Oleh FAIZ MANSHUR. Ketua Odesa Indonesia
Kemiskinan susah ditanggulangi jika kita tidak mengetahui akar masalahnya. Ketiadaan air bersih yang cukup menjadi sumber persoalan dasar kemiskinan.
Beberapa bulan sebelum Odesa Indonesia berdiri di tahun 2016, relawan yang memiliki kepedulian terhadap kehidupan ekonomi keluarga pra-sejahtera di Cimenyan Kabupaten Bandung menaruh perhatian besar pada gerakan kewirausahaan. Rencananya, hasil-hasil pertanian akan digarap dengan cara modern sebagai cara mengatasi kemiskinan. Satu dua model pendampingan dijalankan selama kurun waktu 4 bulan.
Mengapa Kemiskinan Susah Dientaskan?
Kami juga berpikir perlunya skema bisnis dengan kolektif agar kerja organisasi bisa menyasar pada ratusan keluarga petani miskin. Pasalnya hampir semua usaha tani tidak stabil dan cenderung tanpa daya tawar ketika berurusan dengan market.
Nyatanya kemudian, di luar dugaan, urusan wirausaha yang dijalankan ini menemui beberapa hambatan dari sisi kultural yang tak simetris jika dijawab langsung oleh modeling bisnis modern. Satu contoh kasus misalnya, ketika kita ingin mendorong seorang petani mengemas hasil panen, para petani memiliki problem air bersih yang harus dibereskan terlebih dahulu. Tanpa ketersediaan air bersih yang cukup, jelas masalah pengemasan tak akan tercapai.
Kemudian muncul juga hambatan kultural, bahwa di banyak petani Cimenyan tak punya lahan yang cukup untuk penyimpanan hasil panen barang beberapa hari saja. Padahal, “gudang” atau setidaknya sarana transit hasil panen itu sangat dibutuhkan setiap petani. Kebiasaan petani selama puluhan tahun memanen hasil buminya langsung dibawa ke bandar/penampung dan tak pernah singgah ke rumahnya.
Fakta lebih memprihatinkan kami temukan juga. Jangankan buat mencuci hasil panen berkarung-karung, untuk urusan mandi saja airnya tak mencukupi. Dan ini terjadi bukan menimpa satu atau dua keluarga, melainkan hampir semua warga di kampung-kampung perdesaan Kecamatan Cimenyan.
Pernah suatu kali saya meneliti kecil-kecilan konsumsi air warga satu RT di Desa Mekarmanik. Standar kebutuhan air 60 liter per individu (level perdesaan) hanya terpenuhi antara 25-29 liter perhari.
Dari kasus air ini saja kita kemudian mencoba mencari model gerakan dengan strategi lain. Ketika kebutuhan air tidak terpenuhi, pekerjaan petani menjadi tidak efektif. Bukankah sebuah kemajuan bisnis juga ditentukan oleh parameter kerja yang efektif?
Ada cerita seorang ibu petani harus bangun jam dua malam, bukan karena urusan pekerjaan, melainkan berburu air di musim kemarau, terjadi setiap hari sepanjang 5-6 bulan. Waktu yang semestinya untuk kegiatan produktif, habis terbuang hanya untuk urusan air.
Ada banyak pengakuan urusan mandi hanya dilakukan sehari satu kali yaitu setiap sore hari. Itu artinya pada pagi hari tak mandi. Artinya?……..
Kebiasaan satu hari mandi satu kali ini terkadang oleh petani jujur diungkapkan, tetapi kebanyakan ditutup-tutupi karena ada perasaan malu.
Ada ratusan petani saat bekerja di ladang yang waktunya banyak tersita hanya untuk urusan air. Kesulitan air menyebabkan pilihan menanam semakin sedikit. Begitu kemarau tiba, para petani sudah merasa tak pantas membicarakan ladang. Ringkasnya, kemiskinan itu kekal karena dibangun oleh minimnya pekerjaan, sebab para petani itu hanya bisa berkata, “kalau menanam ya harus menunggu musim hujan tiba”.
Itu artinya sepanjang 5-6 bulan mereka menelantarkan ladang produksi dan beralih bekerja serabutan. Beruntung jika mereka mendapatkan pekerjaan. Jika tidak? Inilah yang kemudian mengekalkan kemiskinan mereka. Setiap hasil panen 2-3 kali sayuran selama satu tahun, harus mensubsidi atas terjadinya pengangguran pada musim sepi pekerjaan. Dengan kata lain, ada faktor struktural yang membelenggu.
Dari sisi kegiatan ekonomi, air jelas merupakan kebutuhan utama,-tentu dalam hal ini bukan hanya petani, siapapun itu, dan berprofesi apapun mesti terpenuhi kebutuhan air bersih untuk urusan dirinya, dan beragam air untuk menopang produksinya. Bahkan kehidupan orang kota membutuhkan air lebih banyak.
SUMBANGAN TEPAT SASARAN MENGUBAH KEADAAN
Bagaimana dengan kesehatan warga yang kurang air?
Orang-orang yang kekurangan air dipastikan akan sengsara hidupnya. Tak akan bisa menjalankan usaha secara produktif, tak akan sehat kehidupan fisiknya, tak akan terpenuhi kebutuhan spiritualnya karena praktik ibadah tak mungkin maksimal tanpa pemenuhan air bersih.
Jika keadaan air sedikit, berarti skala prioritasnya secara otomatis diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dapur, mandi dan mencuci pakaian. Itulah sebabnya mengapa program tani pekarangan di kampung-kampung miskin sulit berjalan karena sulitnya air. Dengan begitu usaha produksi makanan sehat dari pekarangan juga terhambat.
Orang-orang miskin itu kebanyakan juga tak peduli pada kebersihan karena kekurangan air. Di sinilah faktor struktural dalam kemiskinan relevan kita bicarakan. Kemudian juga kita melihat ada faktor kultural (akibat kemiskinan struktural itu) yang mengekalkan perilaku hidup jorok.
Problem struktural dan problem kultural memang berjalan dalam satu wadah yang keduanya harus dicarikan jalan keluar secara bersamaan. Itulah mengapa ketika program pembangunan infrastruktur sanitasi dilakukan, mesti juga menyertakan program kegiatan pendampingan hidup sehat.
Ketika Yayasan Odesa Indonesia membangun beberapa fasilitas sanitasi dengan toilet komunal, warga benar-benar merasakan kesehariannya lebih baik, lebih sejahtera, sekalipun dari sisi pendapatan finansial tidak langsung meningkat.
Donasi Air Bersih Sangat Strategis Mengatasi Kemiskinan
Ketika saya membaca tulisan-tulisan tentang hubungan antara sanitasi buruk dengan kesehatan masyarakat, saya melihat masalah keterbelakangan hidup orang Indonesia, sebagaimana tercermin pada data-data Badan Pusat Statistik (BPS) Republik Indonesia itu sangat nyata adanya.
Rata-rata penyakit atau keadaan kesehatan rakyat Indonesia sangat dipengaruhi oleh sanitasi karena penyakit-penyakitnya, sebut saja diare, tipus, kolera, hepatitis A, polio, disentri. Dari sekian literatur yang saya kumpulkan, berikut terdapat data penting di mana keadaan sanitasi buruk akan berkontribusi besar pada masalah penyakit.
1). Bakteri patogen: sangat berbahaya karena bisa menimbulkan TBC dan pneumonia, termasuk tipus dan kolera.
2). Shigellosis: menyebabkan sakit perut dan diare.
3). Tipus: Demam ringan hingga berat berlangsung dari beberapa hari hingga beberapa minggu.
4). Kolera: Infeksi usus yang dapat menyebabkan diare berair yang menyebabkan dehidrasi.
5). Diare: kotoran berair menyebabkan dehidrasi. Dampaknya bisa fatal bagi anak kecil.
6). Virus merupakan agen infeksi yang dalam situasi buruk sanitasi akan memproduksi lebih banyak virus lain sebagai pemicu penyakit Polio, HIV / AIDS, influenza dan rotavirus.
7). Hepatitis A: Infeksi hati bisa menimbulkan diare dan penyakit kuning.
8). Polio: melemahkan otot, bahkan berujung pada kematian.
9). Protozoa Amoebiasis: Disentri amuba bisa menyebabkan diare ringan dan parah serta kerusakan hati. Sedangkan protozoa Giardiasis menyebabkan infeksi usus kecil dengan berbagai gejala sakit usus seperti diare kronis, kram perut, produksi gas dan sering buang air besar, pucat dan berminyak.
10). Cacing jenis parasit termasuk cacing pita, cacing dan cacing gelang bisa mengintai tubuh anak-anak. Jenis-jenis cacing yang masuk dalam usus ini menjadi problem susutnya berat badan anak, kurang gizi, kurang darah, kerusakan ginjal.
Sanitasi, Jalan Perubahan Indonesia
Jadi, pertanyaan; mengapa Yayasan Odesa Indonesia menaruh gerakan perbaikan sanitasi bagi warga?
Jawabnya, karena secara nasional Indonesia merupakan peringkat kedua di dunia dari sisi buruk sanitasi.
Provinsi Jawa Barat juga memiliki problem besar masalah sanitasi. Terdapat lebih 16 juta orang BAB Sembarangan. Bahkan di Metropolitan Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat dan Cimahi keadaan sanitasinya juga sangat buruk. Dari tahun ke tahun tidak ada program pemerintah yang seris menangani masalah ini.
Perhatian kita harus serius dan berkelanjutan dalam membereskan masalah ini karena keadaan sanitasi (perilaku hidup sehat dan infrastruktur toilet) menentukan kualitas hidup keluarga.
Mari kita bertindak mengubah masalah kemiskinan ini bukan semata pendekatan ekonomi. Perhatikan air. Sebab, sekalipun udara (oksigen) di perdesaan sangat sehat, wajib pula kita mendapatkan air yang sehat untuk konsumsi, kebersihan badan, kebersihan rumah tangga, dan juga memenuhi kebutuhan pertanian.[]
Komentar ditutup.