Jumat pagi itu, beberapa relawan Yayasan Odesa Indonesia seperti Khoiril Anwar, Didin Sudeni, Andini Putri, Rusmana bergiat membagikan bantuan beras dan pakaian ke kampung Cikawari, Desa Mekarmanik, Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung.
Di kampung yang berjarak sekitar 7 km dari Lapas Sukamiskin Kota Bandung itu, mereka door to door menemui satu persatu keluarga yang mayoritas buruh tani. “Kita pilih keluarga yang paling menderita,” kata Khoiril kepada https://odesa.id 29 Maret 2018 lalu.
Khoiril Anwar dan teman-temannya aktif berbakti sosial dan kegiatan pendampingan karena ia melihat kenyataan terdapat ribuan keluarga buruh tani yang selain pendapatan ekonominya rendah, juga hidup dalam rumah yang tidak layak huni. Kebutuhan beras dan pakaian dilakukan karena hal tersebut merupakan persoalan mendasar, selain juga sedang mengusahakan untuk perbaikan sarana MCK.
“Syukur-syukur kita juga bisa menarik perhatian teman-teman di kota untuk membangun rumah tidak layak huni bagi keluarga Pra-Sejahtera,” kata Khoiril.
Di Cikawari, dalam satu RW, terdapat lebih 30 rumah reyot berdempetan dengan sanitasi yang sangat memprihatinkan karena keadaanya sangat kumuh. Banyak genangan air melewati depan atau samping rumah. Sarana Mandi, Cuci dan Kakus memakai plastik hitam bekas penutup gulma pertanian, terkadang juga terlihat spanduk bekas melingkar sebagai penutup.
“Di kampung-kampung Cimenyan banyak sekali rumah tangga yang tinggal dalam rumah tidak layak huni, dan keadaan sarana MCKnya tidak sehat. Kalau musim hujan seperti sekarang mereka memiliki problem jalan yang becek. Kalau musim kemarau mereka akan memiliki problem saluran air yang macet dan debu-debu mengotori rumah mereka. Ini sangat buruk terutama untuk anak-anak dan bayi,” jelas Khoiril.
BPS dan Kemiskinan desa
Kisah kehidupan buruh tani di perdesaan Cimenyan ini mendapat perhatian Yayasan Odesa Indonesia karena pemerintah Daerah, Provinsi dan Pemerintah Pusat tidak pernah menyentuh problem akar rumput. Menurut Pendamping Ekonomi Keluarga Petani dari Yayasan Odesa Indonesia, Basuki Suhardiman, kisah rumah tangga buruh tani desa di Cimenyan adalah bagian penting yang harus diselesaikan oleh negara.
“Kalau kita ingin perbaikan konkret, mestinya negara harus mengambil peran detail pada kehidupan rumah tangga perdesaan, terutama kelurga pra sejahtera. Negara kita punya data yang selalu diupdate dari BPS (Badan Pusat Statistik), tetapi sering diabaikan,” kata Basuki Suhardiman.
Data BPS yang diabaikan tersebut misalnya, pada Bulan Maret 2018 BPS meluncurkan data Sosial Ekonomi Strategis, yang menunjukkan persoalan paling mendasar Indonesia. Misalnya, peran 61,4%penduduk miskin berada di perdesaan. Kemudian ditemukan, keadaan Pendidikan rendah (Tidak tamat SD danTamat SD (75,69%), semuanya juga paling banyak ditemukan di perdesaan. Ada juga fakta, bahwa mayoritas penduduk miskin bekerja di sektor pertanian (49,90%). Selain itu, ada peran Garis Kemiskinan ditentukan oleh Makanan sangat dominan mencapai 73,35%. Ditambah lagi beberapa problem mendasar, yaitu minim aliran listrik, jumlah jam kerja yang rendah, minim sarana sanitasi dan air bersih tidak memadai.
“Indonesia memiliki problem yang panjang dan tak pernah mendapatkan perhatian secara serius dalam hal-hal seperti ini sehingga kualitas Sumber Daya Manusia dan Kualitas Kesejahteraan Rakyat sangat rendah. Ini akan menjadi beban panjang kalau tidak cepat diselesaikan,” terang pria Ahli Teknologi dari Comlabs Institut Teknologi Bandung itu.
Masalah ekonomi desa lanjut Basuki mengalami ironi, karena pada satu sisi pangan dihasilkan dari dunia pertanian, tetapi keluarga petani mengalami kemiskinan di mana-mana. Data yang sama dari BPS menurut Basuki misalnya, pada ekspor pertanian Januari-Pebruari 2018, jumlahnya hanya 0,49 Milliar Dollar, pertumbuhannya -12,48 %. Sementara kita lihat dari Data BPS itu impor barang konsumsi senilai 2,74 milliar Dollar, dan pertumbuhannya mencapai 44,30%.
Solusi konkret
Keadaan itu menurut Basuki harus diselesaikan secara akurat dan tepat pada keluarga miskin, terutama mereka yang menyandang status keluarga Sangat Miskin atau disebut Pra-Sejahtera. Basuki juga menekan agar pemerintah serius mengurus keluarga petani ini dengan beberapa program mendasar, yaitu pembangunan rumah tidak layak huni, sanitasi dan MCK yang memadai, pendidikan ekonomi keluarga petani kecil agar bisa mendapatkan matapencaharian secara cukup berbasis kewirausahaan kecil, dan juga menyediakan tunjangan pendidikan yang memadai.
“Program yang baik untuk mengatasi sengkarut petani miskin harus komplet. Program-program untuk petani kecil ini asalkan tepat tidak akan boros. Sebagian anggaran ditujukan bersifat personal seperti beasiswa dan pendidikan tani pekarangan atau tani tumpeng sari, sebagian dana bisa kolektif seperti pembangunan sarana MCK. Tanpa kemauan dan kemampuan menyelesaikan masalah keluaga petani desa itu, Indonesia sulit bangkit,” terangnya.-Ida/test.odesa.id
Komentar ditutup.