Krisis ekonomi yang berlangsung akibat pandemi Covid-19 mengundang keprihatinan tokoh Pertanian K.H Fuad Affandi. Akibat krisis tersebut banyak orang kehilangan pekerjaan. Banyak juga buruh tani yang semakin kekurangan pendapatan. Pengasuh Pesantren Agribisnis Al-Ittifaq Rancabali Kabupaten Bandung tersebut memberi support kepada para tenaga kerja yang kehilangan pekerjaan. Menurutnya, setiap kesulitan menuntut berpikir keras dan bertindak cepat.
“Berpikirlah yang pasti. Pasti itu maksudnya bahwa kebutuhan dasar hidup kita adalah makan. Maka fokuslah mengusahakan sumber pangan. Kalau tidak bisa semuanya, sebagian saja. Misalnya tidak bisa menanam padi atau jagung, ya susah menanam sayuran. Tanam buah juga bisa yang cepat misalnya tanam ciplukan. Gizinya bagus,” kata tokoh peraih penghargaan Kalpataru Presiden RI tahun 2003 itu kepada test.odesa.id, selasa 21 Oktober 2020.
Menurut ulama yang akrab dipanggil Mang Haji itu, kegiatan pertanian harus dijalankan karena merupakan solusi paling realistis. Keadaan alam Indonesia sangat mendukung dan masih ada peluang menanam sekalipun pada lahan terbatas.
“Kalau ada sejengkal tanah jangan sampai menganggur. Itu dosa. Kita harus mengurus lahan. Lagi pula banyak orang tidak mau bertani karena masalah gengsi. Itu mengapa demi menjaga gengsi lalu tidak mau menanam? Memang kalau tidak menanam lalu lebih bergengsi?” kata Mang Haji.
Petani Bergengsi
Menurut Mang Haji, bertani itu kerja penuh gengsi dan sangat bermartabat karena bukan semata status pekerjaan. Bertani adalah merawat alam, menyediakan makanan, dan juga menjadikan hidup lebih sehat baik jasmani maupun ruhani. Banyak orang berpikir bekerja di pertanian itu terbelakang dan tidak bergengsi. Hal ini karena cara pandang yang salah.
“Kami mencintai pertanian karena dengan tani keluarga bisa berkecukupan dan terus bisa bersekolah. Juga bisa lebih banyak berderma. Itu bukan kerja saya, tapi kerja para petani. Tidak usah menunggu kaya-raya, tapi bisa berderma,” jelas Mang Haji.
Bersolidaritas Membangun Petani Miskin

Mang Haji berharap muncul banyak petani kecil yang kreatif mengelola lahan karena krisis ekonomi tidak bisa cepat pulihnya. Pekarangan bisa menghasilkan sayuran. Warga harus bergotong-royong mengurus sumber air supaya pertanian berjalan baik. Dan setelah panen tidak usah bingung karena banyak mulut siap mengunyah makanan itu.
“Orang kita itu, kadang belum menanam saja sudah takut hasil panennya kemana. Padahal hasil panen mudah terjual. Orang sering takut sebelum melakukan. Nyatanya setelah panen mudah laku,” jelas Mang Haji meyakinkan. [Abdul Hamdi]
KH. Fuad Affandi: Petani Miskin, untuk Apa Perguruan Tinggi?
https://odesa.id/siaran-kegiatan-pertanian-odesa-indonesia-metro-tv/