Jangan Asal Berderma. Mesti Berkolaborasi Agar Terjadi Perubahan
Ada banyak orang minat berderma untuk kaum papa, tetapi banyak yang kesulitan menyalurkan bantuan secara tepat sasaran. Sudah tepat sasaran pun belum tentu mengubah keadaan. Odesa Indonesia punya cara.
Budhiana Kartawijaya, Ketua Pembina Odesa Indonesia selama tiga tahun mempimpin kegiatan filantropi melayani kaum papa di Kawasan Bandung Utara menemukan satu langkah yang strategis untuk mengubah keadaan, bukan saja mengubah keadaan orang miskin, melainkan juga mengubah keadaan pelaku terutama mahasiswa.
“Para donatur mungkin tidak punya waktu karena kesibukan. Bahkan tidak tahu di mana orang-orang sengsara itu berada. Tinggal di perkotaan tak akan banyak memahami keadaan hidup saudara-saudara kita di pedalaman apalagi para buruh tani yang tinggal di balik perbukitan. Menurut saya, donatur berdonasi, dan mahasiswa menjalankan misi kegiatan pendampingan. Itu langkah yang tepat,” kata Budhiana Kartawijaya, Kamis 9 Januari 2019.
Menyatukan donasi dermawan dengan mahasiswa yang telah dilakukan Odesa Indonesia merupakan bagian catatan penting dalam pergerakan yang harus diperluas. Menurut Budhiana, para dermawan yang membawa donasi seperti pangan sehat bergizi, pakaian atau bibit tanaman tidak punya banyak waktu.
“Sebagai contoh beberapa anak balita yang mengalami kurang gizi dan bahkan stunting bisa kita damping. Ada juga banyak orangtua tanpa pekerjaan yang susah pangan bisa kita tangani. Kebutuhan mereka harian. Artinya butuh pendampingan, bukan sekadar aksi seremoni satu jam,” kata Budhiana.
Jika dermawan berkegiatan sendiri, menurut Budhiana, selain menghabiskan waktu biasanya tidak punya kesempatan mendampingi para petani untuk urusan perubahan kesehatan, pendidikan atau perbaikan ekonomi. Karena alasan itu, Yayasan Odesa Indonesia di Pasir Impun Cimenyan Bandung memiliki base camp yang bisa digunakan sehari-hari untuk aksi kegiatan pendampingan. Cara penyalurannya tidak melalui event, melainkan rutinitas masuk ke desa-desa, melibatkan mahasiswa dan warga desa.
“Keuntungannya, dermawan bisa lebih efektif menyalurkan bantuan dan mahasiswa mendapatkan pengetahuan dari lapangan. Masuk ke rumah tangga fakir miskin itu memberi banyak ilmu, termasuk membangun sendi kemanusiaan. Mereka lalu tumbuh kesadaran empati yang lebih tinggi,” jelas Budhiana.
Wartawan Senior itu berpendapat penting para dermawan memainkan mahasiswa karena potensi mahasiswa untuk mengambil peran kemanusiaan. Mereka rata-rata sedang membutuhkan pembangunan kesadaran mengurus rakyat. Dengan mendorong aksi mahasiswa, donasi para dermawan selain membantu kaum papa, juga memberikan kesempatan praktik pembelajaran sosial kepada mahasiswa.
“Model gerakan kombinasi antara dermawan dengan pendamping dari Odesa Indonesia yang melibatkan mahasiswa ini sangat penting untuk mewujudkan keadilan dengan aksi-aksi kemanusiaan,” jelas Budhiana.-hamid/test.odesa.id