Buruk Sanitasi di Perdesaan Mesti Mendapatkan Perhatian
Persoalan sanitasi buruk masih menjadi bagian penting untuk diperhatikan di Kabupaten Bandung Jawa Barat. Hal itu dikatakan oleh Komandan Sub 07 Sektor 22 Satgas Citarum, Sersan Mayor Abdullah Fauzi saat meninjau kampung Cikoneng I Desa Cibiru Wetan Kecamatan Cileunyi Kabupaten bandung. Bersama dua rekannya, Tasban Doloan dan Cece Supriyadi, Abdullah Fauzi menyaksikan langsung kekumuhan tersebut.
“Bukan hanya kotoran ternak yang mengalir ke selokan, tetapi terlihat juga kotoran pemilik ternaknya,” ungkap Abdullah Fauzi saat sidak di sebuah sudut kampung, tepatnya di RT 01 RW Satu Kampung Cikoneng, Selasa 21 Februari 2023 lalu.
Dampak dari kekumuhan tersebut, selain menimbulkan bau tinja yang menyengat juga berpotensi menyebarkan penyakit. Kehadiran Satgas Citarum di Kampung Cikoneng kali itu bersama para relawan peduli Sanitasi dari Yayasan Wakaf Salman Institut Teknologi Bandung dan Yayasan Odesa Indonesia yang memiliki rencana sosial untuk mengatasi masalah warga di sana.
Sebelumnya, pada tahun 2021 lalu keprihatihan atas sanitasi buruk itu sudah dimulai oleh Odesa Indonesia dan bahkan telah membantu melakukan pembangunan satu toilet dari salahsatu blok kampung tersebut.
Kedatangannya sekarang ialah untuk menambah bantuan bagi warga yang keadaan sanitasinya buruk. Selama setengah hari survei berkeliling di satu RW pada 21 Februari itu, mereka mendapatkan tiga hal yang penting untuk dijadikan perhatian.
Pertama, keadaan warga di Cikoneng tersebut tidak pernah mendapatkan perhatian secara khusus tentang pentingnya sanitasi. Itu terlihat dalam masa beberapa tahun belakangan tidak ada satupun program pembangunan yang berurusan dengan sanitasi.
Kedua, buruk sanitasi di Cikoneng tersebut sifatnya meluas dan massif sehingga butuh keterlibatan pemerintah dan masyarakat yang memiliki kepedulian untuk lebih serius memperbaiki keadaan.
Ketiga, banyak warga keadaan ekonomi lemah dan kurang kesadaran keberasihan sehingga membutuhkan partisipasi dari masyarakat luar.
“Sudah saatnya berbenah bersama. Kami dari Satgas Citarum harum mengajak peran serta masyarakat lokal sekitar maupun lembaga dari perguruan tinggi seperti Wakaf Salman agar masalah tidak berlarut-larut,” kata Tasban.
Membangun dua Toilet
Setelah survei selesai, empat hari kemudian pihak Wakaf Salman bersama Odesa Indonesia melakukan pembangunan toilet umum. Satu bangunan menjadi target utama diselesaikan pada pertengahan bulan maret lalu, tepatnya di samping rumah Pak Enceng, satu toilet lagi dengan satu pintu yang berada di belakang rumah Bu Omah diselesaikan pada sepekan selanjutnya.
Keadaan blok kampung yang sebelumnya kumuh, sekarang relatif lebih bersih. Jika sebelumnnya toiletnya hanya bertutup kain terpal dan saluran tinjanya langsung ke tanah, sekarang di sana berdiri bangunan toilet yang lebih sedap dipandang mata.
Bangunan permanen dengan aliran air yang lebih lancar dan bersih serta saluran pembuangan akhir tinja ke septick-tank. Leni (40), istri dari Enceng mengatakan kebiasaan setiap paginya ngantri di jamban Mak Omah.
Di situ terdapat lebih 22 orang yang sering bergantian memakai jamban kecil tanpa penutup yang memadai. “Alhamdulillah sekarang sudah berubah lebih baik.
Rasanya seperti mimpi punya jamban baru. Puluhan tahun begini terus. Selama ini kalau hujan susah. Airnya juga masuk ke dapur. Hatur nuhun dibantu,” katanya.
Menurut Ketua RT setempat, Ujang Suhendi (64), berdirinya jamban itu mengurangi kekumuhan di kampungnya. Dia berharap pembangunan fasilitas MCK seperti itu ditambah.
“Di lingkungan RT kami masih terdapat setidaknya empat titik jamban lagi yang tidak layak,” tuturnya.
Jawa Barat Problem Sanitasi
Pembangunan dua toilet yang telah dilakukan oleh Wakaf Salman bersama Odesa Indonesia dan Satgas Citarum ini tentu saja belum menyelesaikan masalah. Faiz Manshur, ketua Odesa Indonesia mengatakan, hasil dari pemetaan yang dilakukan tim tersebut memperlihatkan masih banyak sudut-sudut kumuh lain.
Selain problem toilet yang tidak layak, banyak warga di kampung Cikoneng I juga memiliki problem dengan pengairan air bersih dan juga pembuangan limbah dari peternakan.
“Pemerintah itu seringkali acuh terhadap masalah-masalah mendasar warga dan memilih pembangunan di bidang lain. Para bupati dan gubernur mesti juga serius dalam urusan menyelesaikan masalah sanitasi. Apalagi di Jawa Barat ini, sanitasinya paling buruk di Indonesia, kata Faiz Manshur.
Faiz mengatakan, persoalan sanitasi buruk di Desa Cibiru Wetan ini juga menyebar di Kabupaten Bandung, termasuk di seluruh provinsi Jawa Barat.
Salahsatu datanya bisa dilihat dari Data Monitoring Data Kementrian Kesehatan Republik Indonesia di laman http://monev.stbm.kemkes.go.id/ pada tahun 2023, di Kabupaten Bandung dari jumlah 906.235 keluarga masih terdapat 285.177 keluarga atau 523,8 ribu jiwa yang masih melakukan praktik Buang Air Besar Sembarangan (BABS).
Sedangkan di Jawa Barat, dari sumber data yang sama menyebutkan dari jumlah penduduk sebanyak 54,15 juta jiwa, masih terdapat 8,52 juta jiwa yang BABS.
Kecamatan Cileunyi, merupakan salah satu contoh daerah di Kab. Bandung yang masih belum terbebas BABS. Data kumulatif dari Monitoring Data Kementrian Kesehatan tentang perilaku BABS menyebutkan, dari 43.380 KK di Cileunyi terdapat 9.926 keluarga yang masih BABS. Jika rata-rata jumlah anggota keluarga empat orang, maka kita temukan angka 39.704 orang. [Abd/H/korangala]
Sanitasi Buruk Kabupaten Bandung Tak diperhatikan Pemkab
Di Kab. Bandung Lebih dari Setengah Juta Orang Masih BAB Sembarangan