Wawancara dengan Faiz Manshur. Ketua Odesa Indonesia.
Odesa Indonesia adalah sebuah organisasi sosial yang berada di Kabupaten Bandung. Sejak berdiri tahun 2016 lalu, organisasi yang bergiat di bidang literasi, sanitasi dan ekologi ini sangat aktif dengan ragam kegiatan di lapangan dan kegiatan jurnalistik. Publikasi gagasan secara berkala rutin dilakukan di media massa, website dan media sosial.
Persahabatan Yang Berkualitas di Odesa
Di dalam organisasi ini bukan hanya para sosok terkenal, melainkan juga melibatkan para aktivis muda dari kalangan mahasiswa. Satu hal yang menarik adalah, isi dari orang-orang Odesa Indonesia itu banyak menyertakan partisipasi warga petani di pedesaan di Kawasan Bandung Utara. Dengan kata lain, organisasi Odesa bukan saja berisi orang-orang kota yang terpelajar, melainkan juga banyak diisi kalangan petani pedesaan.
Selain itu ada sisi yang sangat penting untuk diketahui dari Odesa Indonesia, yaitu persahabatan dan persaudaraan di antara mereka. Hal ini sangat menarik karena dari sekian puluh pengurus menampakkan sebuah nilai persahabatan yang begitu kuat. Penasaran akan hal ini, saya (Agus Salim) mewawancarai Faiz Manshur, Ketua Yayasan Odesa Indonesia.
Odesa Indonesia Tumbuh dari Kekuatan Persahabatan.
Persahabat dalam Organisasi Sosial Lebih Penting dari Profesionalitas
Mengenal Visi dan Misi Odesa Indonesia
Mengenal Orang-Orang Odesa Indonesia
Mengenal Relawan Odesa Indonesia
Pada pertemuan bulan puasa lalu Anda menemui puluhan tamu dari kalangan anak-anak muda dari organisasi lain. Saat itu Anda bilang bahwa Odesa organisasi yang tidak profesional dan lebih mengedepankan kekuatan komunal. Saya ingin penjelasan ulang.
Frasa tidak mau profesional itu maksudnya untuk membuka wawasan atau cara berpikir lain kepada anak-anak muda yang setiap kali bicara organisasi selalu klise tentang pentingnya profesionalisme. Saya ingin mereka tahu apa itu sesungguhnya profesionalisme dari sisi personal maupun dari sisi kolektif. Kalau saya bilang Odesa tidak akan profesional ya itu tepat karena dari sisi kompetensi para pengurusnya sudah memiliki kekuatan profesional sebelum masuk Odesa. Kalau kemudian Odesa hanya bicara normatif bagaimana menjalankan profesionalisme itu jelas tidak realistis. Kita harus mengerti bahwa profesionalisme itu ada dua, berlaku bagi individu dengan keahlian dan spesialisasi masing-masing dan yang kedua profesional dalam arti kolektif di mana di dalam organisasi itu bekerja dengan aturan yang baku. Karena orangnya sudah profesional maka sebaiknya profesionalisme itu dijalankan di masing-masing organisasi atau perusahaannya. Kita juga harus paham bahwa Odesa Indonesia ini adalah organisasi sosial yang tujuan awalnya untuk sebuah kontribusi bagi para pengurus dan relawan. Kontribusi artinya mereka mendermakan waktu, tenaga, pikiran atau materi untuk kebaikan melalui Odesa. kalau dibuat profesional itu artinya tidak lagi kontribusi, melainkan pindah kerja. Dan itu mustahil bisa dilakukan karena masing-masing pengurus Odesa bukan pengangguran dan Odesa bukan lembaga yang ditujukan untuk menjamin pekerjaan secara profesional dengan tertib kerja dan tertib gaji. Kita tidak pernah mengonsep organisasi ini dengan gaji bagi para pengurus. Kita juga tahu diri masing-masing punya kesibukan. Saya yang aktif di Odesa juga bosan kalau jadi profesional di Odesa karena saya sudah profesional dengan perusahaan saya. Kalau di mana-mana profesional hidup bisa sumpek. Hidup kok harus profesional. Itu ajaran siapa? haha…..
Boleh dijelaskan dengan pengertian itu akan memberi manfaat apa kepada teman-teman muda?
Ya artinya, kalau mau berorganisasi sosial seperti Odesa mereka juga butuh menjadi orang profesional di institusi masing-masing. Setelah memiliki kemampuan profesional dan bisa hidup di bidang masing-masing, barulah bekerja soal tanpa harus mengedepankan asas profesional di organisasi sosialnya. Saya mendorong anak-anak muda untuk kuat dalam kemampuan spesialisasi tetapi jangan sampai menjadi orang yang terjebak pada spesialisme di mana hidup hanya mampu menjalankan sedikit hal. Saya juga ingin adik-adik relawan mahasiswa itu tidak menjadi aktivis yang terjebak pada aktivisme. Mereka harus menjadi orang pergerakan yang tumbuh berkembang dengan kekuatan gagasan dan kepemimpinan. Ada banyak energi, waktu dan kesempatan untuk mengembangkan hidup yang lebih berkualitas, yakni dengan jalinan sosial, jalinan persahabatan dan ragam kegiatan bersama orang-orang di luar keperluan profesionalisme.
Dengan kata lain Anda ingin mengatakan bahwa di dalam mengelola organisasi itu tidak harus profesional?
Oh iya. Profesional itu hanya satu sisi, alat. Lagi pula dalam memahami profesional juga tidak harus tunggal dalam pengertian keprofesian dan model penerapan kolektif. Manusia itu punya tujuan hidup yang luar biasa yang menyertakan hasrat dari naluri sekaligus hasrat dari akal budi. Tidak semua berurusan dengan profesionalisme. Seorang ilmuwan tidak hanya butuh aktualisasi atas spesialisasi ilmunya, mereka juga butuh aktualisasi sosial seperti pertemanan atau kegiatan lain. Organisasi sosial seperti Odesa itu harus lebih kuat kulturnya karena sudah diisi oleh orang-orang yang kenyang profesionalisme. Dan orang-orang profesional di dalamnya akan lebih nyaman mengambil jalan kultur ketimbang menjadi profesional. Mereka menjadi bagian di Odesa bukan untuk profit bukan juga untuk meniti karier. Mereka ingin bermanfaat bagi masyarakat dan itu tidak harus profesional. Kalau diprofesionalkan dalam arti menerapkan kedisiplinan model organisasi konvensional justru akan hancur.
Istilah apa yang cocok untuk mengatakan Odesa memiliki watak atau sifat tertentu?
Wataknya tetap kolektif dan terpimpin. Tetapi sifat di dalamnya kuat dengan urusan persabahatan, persaudaraan bahkan kekeluargaan. Ini yang sejak awal saya lihat ketika awal pendirian Odesa dan beberapa orang utama di Odesa di awal mendukung seperti Pak Hawe Setiawan, Pak Budhiana, Pak Basuki, Pak Enton. Mereka ndak mungkin jadi profesional di Odesa karena sudah punya kesibukan di masing-masing perusahaannya. Begitu juga dengan orang seni seperti Pak Herry Dim atau Om Boy Worang. Seniman itu susah kalau diajak bekerja konvensional apalagi ala perusahaan. Bahkan jika diprofesionalkan model LSM konvensional pun mereka pasti enggan karena hal-hal seperti itu adalah masa lalu. Masa depan para pengurus Odesa adalah kekerabatan karena selain kebanyakan sudah tua, mereka juga ingin menikmati hubungan-hubungan emosional bahkan kebanyakan aktif di Odesa karena alasan ingin mendapatkan wisdom-wisdom dari setiap urusan. Mereka sudah bisa menerapkan pengetahuan laku hidup dan bisa yakin berkata bahwa teman, kawan, karib, saudara adalah aset yang paling berharga. Karena itulah mereka senang merawat hubungan satu sama lain dengan penuh pengertian, memperlakukan teman sebagai saudara sendiri. Lain dari pada itu, para pengurus Odesa Indonesia adalah kaum intelektual yang hidupnya banyak berurusan dengan ilmu pengetahuan. Mentalnya otodidak. Nah kalau orang otodidak diprofesionalkan itu biasanya juga tidak tulus amat dalam bekerja. Lebih baik mereka diberikan kemerdekaan.
Ya, saya melihat satu sama lain hubungan antar pengurus itu kompak dan penuh dengan keceriaan……
Ya itu memang yang telah dicapai oleh Odesa. Menyenangkan. Sekalipun urusan kita terhadap hal-hal yang menyedihkan seperti melihat banyak anak putus sekolah, kemiskinan akut dan kerusakan lingkungan yang parah, tetapi dalam relasi keorganisasian harus diperkuat rasa persaudaraan saling memperkuat satu sama lain dan harus dalam situasi gembira. Berjuang itu jangan murung dan mengobral kesedihan. Perang saja butuh kegembiraan walaupun ajal sangat dekat. Makanya kalau perang sebagian prajurit harus ada yang bisa melucu, menghibur bahkan melawak. Soal hari itu kemudian tewas itu urusan lain. Dalam berjuang juga harus pinter nyanyi supaya gembira dan tumbuh semangat. Kita ini mengurusi orang-orang susah, maka pengurus tidak boleh susah. Harus cukup materi, cukup ilmu, cukup waktu, cukup energi, dan punya kesediaan pikirannya menerima perbedaan, termasuk bersedia menerima keluhan dan memberikan solusi bagi orang lain yang hidupnya sengsara.
Satu sama lain dengan berbeda latar belakang, mengapa para pengurus bisa menyatu dan saling kenal?
Odesa Indonesia ini sebenarnya hanya muara dari perjalanan para pengurus yang jauh sebelumnya berjalan untuk urusan sosial. Saya pun mengenal satu sama lain tidak sebentar. Saya kenal Pak Hawe Setiawan tahun 2003. Artinya sudah lebih 20 tahun. Saya kenal pak Basuki, Pak Budhiana, Om Boy, Bu Nina, Pak Herry Dim, Pak Andy Yoes Nugroho, Pak Subagyo, Pak Cecep Burdansyah, Pak Asep Salahudin, Pak Marzuki Wahid, semuanya kenal lebih dari 10 tahun sebelum Odesa berdiri. Pada yang jauh tempatnya seperti ekonom Poppy Ismalina saya juga kenal sejak saya kuliah di Yogya dan sampai sekarang banyak membantu Odesa bahkan tanpa banyak interaksi secara langsung. Kemudian teman-teman yang lain sekalipun kenalnya di Odesa tetapi mereka pasti adalah temannya dari teman saya yang sudah akrab puluhan tahun entah karena pertemanan di perusahaannya atau pertemanan dari kampus. Jadi kami ini kenal luar dan dalam, bukan sekadar kenal sesaat serampangan karena kesamaan program keorganisasian. Bukan itu. Kami kenal meliputi dimensi pertemanan yang panjang dan saling kenal satu sama lain dengan keluarganya juga. Bagi saya inilah kekuatan hubungan pertemanan.
Apakah ikatan persahabatan yang seperti itu tidak menimbulkan eksklusivisme?
Wah, jauh. Otaknya orang-orang Odesa itu seperti laut, bukan seperti gua yang kapasitasnya terbatas. Kalau kami eksklusif mana mungkin petani mau merapat. Kami sendiri yang sering membuka pikiran dengan mengunjungi para petani dan kami ini sebenarnya tidak banyak mempengaruhi, tapi lebih dipengaruhi. Misalnya kebutuhan petani adalah A, maka kami yang menyesuaikan atas kebutuhan itu sehingga kami harus membuka pemikiran lain. Kami menganut ilmu etnografi jadi bagaimana kami eksklusif wong kami terbuka pada banyak hal. Filsafat Barat oke, filsafat Sunda yes. Filsafat Jawa asyik. Pemikiran Samin oke.
Berdonasi untuk Perbaikan Ekologi Pertanian di sini
Selama ini banyak orang punya teman, lalu membuat organisasi, tetapi tidak juga cukup untuk menjamin keberlangsungan.
Nah itu sebenarnya pertanyaan untuk masing-masing pengurus. Anda bisa bertanya pada setiap pengurus. Tanyakan apa yang membuat mereka kompak dan bertahan lama di Odesa.
Kalau Anda sendiri menilainya bagaimana?
Kalau saya menilai sih mudah. Karena di antara kita saling percaya satu sama lain dan saling memahami kekuatan masing-masing sekaligus juga saling memaklumi kelemahan masing-masing.
Bisa dicontohkan?
Contohnya. Kalau pada diri Hawe Setiawan jangan kita memperlakukan dia bisa mengurus organisasi apalagi urusan administrasi, apalagi suruh bikin proposal apalagi suruh nyari dana. Beliau tidak punya bakat untuk urusan itu. Tetapi Pak Hawe punya kekuatan besar karena kemampuan gagasannya. Dia kaya gagasan yang membutuhkan saluran organisasi. Dia juga punya kekuatan sebagai pengikat hubungan satu sama lain. Dia berjiwa empati tinggi dan di mana-mana dipercaya orang. Nah, di Odesa dia menjadi orang biasa sekaligus luar biasa. Biasa saat urusan organisasi artinya harus diperintah, luar biasa karena apa yang diperintahkan itu bisa memenuhi hasratnya sebagai pemimpin dengan gagasan. Itu salah satu contohnya. Lalu ada juga bekas tukang bengkel yang kini menjadi wirausahawan otomotif. Namanya Didin Sudeni orang Cisaranten Kota Bandung. Beliau orang yang menurut saya sadar diri untuk mengambil peran. Manakala banyak pengurus tidak bisa melayani urusan transportasi untuk gerakan, beliau menyediakan mobil untuk melancarkan semua aktivitas. Anak-anak desa terlayani, orang sakit tertolong, penyaluran bibit menjadi lebih murah dan lancar. Ilmu otomotifnya juga berguna buat banyak orang di sini. Lain dari itu dia juga banyak mengajak teman-teman dari komunitas mobilnya untuk menyatu dengan kegiatan Odesa. Itu artinya menambah teman. Itu artinya Pak Didin bisa menjadi jembatan hubungan yang secara profesi tidak terhubung menjadi terhubung.
Contoh dari kaum perempuan?
Bu Yuliani Liputo. Dia tidak pas untuk urusan keorganisasian dalam arti sebagai pelaku organiser petani. Selain sibuk di Penerbit Mizan, juga tidak lekat dengan urusan petani. Hal seperti ini jangan dipaksa mengurus petani. Tetapi ilmu dan peran Bu Yuliani Liputo sangat maksimal entah urusan lain seperti donasi buku, ilmu fotografi, ilmu penerjemahan, ilmu editing buku dan juga membantu hal-hal lain seperti mengajar anak-anak dan relawan.
Begitu juga dengan Ibu Nina Dany Hilman. Beliau tidak cukup waktu untuk blusukan dalam hal pemetaaan lingkungan hidup atau secara praktis menjalankan kegiatan mingguan. Urusan rumah tangganya sudah super sibuk. Tetapi saya tahu beliau punya komitmen yang tinggi untuk dua hal, yakni urusan empati pada kemanusiaan. Mudah prihatin pada orang tua yang sengsara atau sangat marah manakala melihat anak-anak putus sekolah. Ia tidak rela melihat anak-anak putus sekolah dan selalu marah pada keadaan. Karena ia ingin meredam amarahnya agar hilang, solusinya ialah kontribusi, memberikan santunan dan selalu membantu petani seperti Mang Toha dan Kang Ujang Rusmana yang di lapangan melayani para petani. Lain daripada itu, keberadaan bu Nina di Odesa bukan hanya personal, melainkan menyertakan anak-anak dan suaminya, Prof. Dr. Dany Hilman Natawidjaja. Satu keluarga biasa berkegiatan di Odesa dan Pak Danny sebagai Geolog banyak berkontribusi kepada para relawan muda untuk memahami geologi, terutama pengetahuan bencana alam. Juga bisa menjadi pemandu adik-adik relawan yang ingin meniti karier sebagai peneliti dan ilmuwan. Kalau urusan perempuan saya juga akan menyebut kontribusi Bu Siti Komariah. Dia penjual tanaman hias di depan area Sport Jabar Arcamanik. Dia saya kenal dan saya tarik untuk menyatu di Odesa karena kemampuannya mengurus botani. Dari situ seorang pedagang kecil pun bisa memberi kontribusi yang luar biasa bagi Odesa karena pengalamannya. Menjadi pengajar sekaligus menjadi penyuluh bagi para pengurus Odesa. Dia juga mahir menata tanaman dan mengenal banyak aneka ragam jenis herbal. Makanya dia sangat bermanfaat. Para pengurus mendapat manfaat para petani juga.
Apa yang paling kuat tertanam dari semangat kolektif Odesa?
Tentu saja gotong-royongnya. Itu watak paling kuat di Odesa. Bagaimana untuk menghasilkan gotong-royong yang baik. Ini pertanyaan yang lebih penting. Nah gotong-royong ini merupakan manifestasi dari kerja sama. Dan kerja sama yang berkualitas mensyaratkan saling percaya. Kerja sama itu jangan dipahami hanya sebagai bareng-bareng kerja. Kerja sama bisa saja satunya terpisah dan mengerjakan di waktu yang berbeda. Tetapi semuanya akan baik-baik saja manakala ada perasaan saling percaya. Saya merasakan betul nikmatnya berkolektif di Odesa karena punya ikatan saling percaya satu sama lain. Tidak pernah ada perasaan aneh-aneh dari masing-masing orang. Kebetulan saya ini orangnya gampang mempercayai orang lalu dapat teman yang juga mempercayai saya. Dan itu saya rasakan sebagai kenikmatan hidup yang luar biasa. Bekerja di Odesa dengan banyak beban mengurus para petani jadi terasa ringan. Dan saya pikir ini sebuah capaian ilmu pengetahuan juga karena secara biologis manusia tidak hanya butuh banyak teman, melainkan juga butuh pertemanan yang berkualitas.
Manfaat apa yang didapat dari para pengurus Odesa selama 8 tahun belakangan ini?
Saya sebenarnya ingin tahu juga dari masing-masing pengurus, termasuk para relawan dan para petani. Kalau saya sendiri sih jelas merasa bermanfaat. Kalau tidak ada manfaatnya pasti akan saya tinggalkan. Tetapi jika boleh mengklaim, saya akan katakan “mereka mendapatkan manfaat karena mereka memberi manfaat bagi orang lain dan bagi lingkungan”. Ini dugaan, tetapi saya rasa benar adanya. Sebab dari semua pengurus itu rata-rata punya kualitas hidup yang secara ekonomi tercukupi, keluarga yang baik, dan menyukai ilmu pengetahuan sekaligus menyukai hubungan sosial. Tapi sebaiknya ditanyakan langsung kepada masing-masing pengurus.
Video Lucu Siaran Penerima Beasiswa Odesa
Unsur apa yang membuat mereka menyatu? Tentu bukan hanya soal persahabatan…..
Ya. Ini pasti. Kalau sekadar pertemanan para pengurus juga sudah banyak teman. Ya itu saya katakan tadi, teman yang berkualitas. Nah apa kualitas pertemanan yang ada di Odesa? Dugaan saya karena sama-sama menyukai ilmu pengetahuan dan gemar belajar. Kegemaran pengurus berliterasi baik membaca, berdiskusi dan menulis adalah salah satu unsur kekuatan yang menyatukan kita. Kita kuat dalam usaha penyebaran ilmu pengetahuan. Program literasi odesa untuk anak-anak miskin di pedesaan terbukti mampu berjalan bahkan dengan anggaran yang super seret. Tetapi kita masih punya buku, dan kita punya ilmu untuk mengajak adik-adik mahasiswa bekerja menjadi motor penggerak literasi. Hanya mengandalkan duit, tentu program gerakan yang melibatkan 300 anak setiap pekan itu akan sulit. Buku dapat gratis. Diskusi rutin mingguan minimal 2 kali berjalan terus. Program kursus-kursus juga berjalan. Nah karena para pengurus kompak dalam urusan ilmu pengetahuan maka di sinilah saya kira kekuatan itu ada. Kami saling melekat satu sama lain untuk ilmu. Itulah mengapa Odesa Indonesia ini sebenarnya adalah sekolahan. Sekolahnya para pembelajar yang haus akan ilmu pengetahuan. Yang percaya bahwa hanya dengan mengutamakan ilmu itulah perubahan dan perbaikan akan terus berjalan.
Jika kekuatannya adalah ilmu maka tentu ini adalah sebuah pendidikan. Bagaimana Odesa menjalankan misi pendidikan?
Ya. Semua yang dilakukan Odesa memang pendidikan. Bertani juga pendidikan. Mendidik diri kita para pengurus untuk tahu manfaat tanaman obat dan manfaat pangan serta lingkungan. Bertani juga pendidikan agar para petani meningkat ekonomi dan meningkatkan pangan serta mengurangi risiko lingkungan. Diskusi juga urusannya ilmu. Para petani mendapatkan manfaat ilmu baru, dan para pengurus pun mendapatkan kekayaan ilmu dari praktik di tengah-tengah masyarakat. Dan saya senang bisa berkontribusi kepada kaum muda untuk mendapatkan pengetahuan dan praktik transformasi sosial. Mereka menjadi aktivis militan di desa-desa untuk banyak urusan. Mereka yang tadinya tidak suka membaca menjadi suka. Mereka yang tadinya tidak suka menulis menjadi suka. Mereka yang tadinya lembek dan manja menjadi kuat karena peran mereka dibutuhkan masyarakat. Saya yakin jika para relawan itu tahan dan militan menjadi aktivis di Odesa selama 4-5 tahun pasti akan jadi kader-kader yang baik untuk menjadi pemimpin.
Ke depan Odesa Indonesia ini akan jadi organisasi apa?
Haha. Pertanyaan “jadi apa” itu sepantasnya untuk anak kecil yang sedang merintis cita-cita. Kalau sudah dewasa mestinya pertanyaannya adalah mau melakukan apa. Jadi kalau Anda masih kecil tanyakan cita-citanya akan jadi apa. Kalau sudah tua masak masih kayak anak kecil. “Menjadi apa” itu tidak penting karena yang terpenting adalah “melakukan apa”. Tindakan atau memproduksi ilmu pengetahuan adalah kehendak kami semuanya. Dengan capaian menghasilkan ilmu yang bermanfaat bagi masing-masing individu, bagi organisasi dan bagi masyarakat itulah kita akan bahagia.[]
Penulis: Agus Salim
Admin: Fadhil Azzam.
Odesa Indonesia dan Gerakan Kaum Mudah Meraih Jalan Kebijaksanaan