Mengapa pendidikan menjadi penting bagi setiap orang?
Ini merupakan lontaran pertanyaan dari KH. DR Asep Salahudin kepada peserta buka puasa bersama di Sekretariat Odesa. Berbicara di depan 15 wali murid penerima beasiswa dan ibu-ibu petani, Asep Salahudin memancing dialog pada acara buka bersama di sekretariat Odesa Indonesia, Sekebalingbing, Desa Cikadut, Kec. Cimenyan Kab. Bandung, Jumat (30/4/2021).
Menurut Rektor Institut Agama Islam Latifah Mubarokiyah (IAILM) Suryalaya Tasikmalaya ini, pendidikan merupakan upaya penting untuk meningkatkan derajat hidup seseorang. Dengan pendidikan diharapkan terjadi perubahan lebih baik yang terus menerus terhadap individu dan lingkungannya. Pasti setiap orangtua juga menginginkan anak-anaknya lebih baik dari dirinya.
“Ya misalnya, kalau ayahnya seorang Ketua RT, atuh anaknya mah jadi Ketua RW. Kalau ayahnya adalah ketua RW, Ayahnya ingin anaknya jadi kepala desa. JIka ayahnya seorang camat, wajar kalau ada keinginan menjadi bupati atau bahkan gubernur. Kalau ayahnya beristri satu, atuh anaknya beristri….,” ujar Asep yang disambut tawa hadirin.
“Nah kalau beristri lebih dari satu mah saya tidak setuju,” seorang ibu nyeletuk.
Tentu pembicaraan bab tentang “beristri” tidak berlanjut. Karena memang pertemuan sore itu bukan untuk membahas masalah pernikahan. Penulis produktif di berbagai media massa itu kemudian mengupas tentang ajaran agama yang berkaitan dengan pendidikan.
“Bapak-bapak, ibu-ibu, tahu kan bunyi ayat pertama dalam surat Al-Alaq?” tanya Asep. “Iqro…” hadirin menjawab.
“Iqro itu artinya bacalah. Jadi, perintah membaca. Membaca diri kita, membaca lingkungan, membaca keadaan, membaca alam semesta. Membaca itu maknanya luas. Perintah membaca juga bisa diartikan sebagai perintah untuk mempelajari ilmu pengetahuan. Itulah kaitannya dengan pendidikan,” tuturnya.
Diterangkan pula ayat Alquran pada surat Al-Mudatsir yang berbunyi, “Wahai yang berselimut, bangunlah!” Hal itu merupakan penegasan agar manusia membebaskan diri dari berbagai selimut, yang membuatnya hidupnya terhambat.
“Bebaskan segera diri kita dari selimut kebodohan, selimut kemalasan, selimut kekerdilan berpikir, dan berbagai selimut lainnya yang membuat hidup kita tidak berkembang,” ungkap Asep Salahudin.
Dengan pendidikan yang baik, maka orang tidak akan mudah percaya pada kabar bohong atau tidak jelas. Juga tidak akan mempercayai hal-hal yang justru membodohi masyarakat. Perihal isu babi ngepet dan gosip-gosip lain menurut Asep Salahudin adalah cermin rendahnya pendidikan di Indonesia.
“Misalnya seperti kasus babi ngepet, di mana itu bu?” tanyanya. “Di Depoook…” ibu-ibu itu serentak menjawab.
Sebelumnya, relawan senior Odesa Indonesia, Ninna Dany Hilman juga berdialog dengan para orangtua seputar masalah mendidik anak. Banyak orangtua yang bertanya tentang persoalan yang mereka hadapi ketika berinteraks dengan anak-anaknya. Termasuk juga bagaimana cara menumbuhkan kepercayaan diri anak-anak.
Beasiswa pendidikan
Sejak tiga tahun terakhir, Odesa Indonesia giat mengampanyekan keberlanjutan pendidikan bagi anak-anak Cimenyan. Langkah tersebut sebagai upaya untuk ikut mengurangi angkah putus sekolah dan pernikahan dini yang tergolong tinggi di wilayah tersebut.
Selain itu juga agar anak-anak berani memiliki cita-cita tinggi dan mandiri. Bagi mereka yang punya semangat belajar dan memiliki imajinasi, Odesa menyediakan beasiswa pendidikan untuk jenjang SMP, SMA dan perguruan tinggi. Akan tetapi hal itu bisa terwujud jika orangtua memberi dukungan penuh dan mau melepas anaknya jauh dari kampung halaman.
“Pada mulanya memang tidak mudah untuk memberi pemahaman tentang ini. Banyak yang khawatir jika anak-anak mereka sekolah jauh dari rumah dan hidup terpisah dari orangtua. Tidak terbiasa dengan tradisi merantau untuk memperbaiki kehidupan,” ujar Ketua Odesa Indonesia, Faiz Manshur.
Sejak tahun 2017 lalu Yayasan Odesa Indonesia memberikan kesempatan 15 anak belajar lebih lanjut. Sebagian menempuh jenjang SMP dan SMA di Pesantren Al-Mizan Jatiwangi Majalengka. Juga ada dua anak mendapatkan beasiswa kuliah. Satunya di Institut Studi Fahmina Cirebon, satunya lagi di Sekolah Tingggi Agama Islam (STAI), Al-Anwar Rembang Jawa Tengah. Dana pendidikan tersebut berasal dari kebaikan para dermawan yang selama ini menyisihkan rezekinya untuk membantu warga yang membutuhkan.
Menurut Faiz, pihaknya sedang menjajaki kemungkinan kerja sama dengan IAILM Suryalaya dalam pendidikan anak-anak binaan Odesa. Tujuannya supaya anak-anak petani di Kawasan Bandung Utara lebih banyak yang bersekolah lebih tinggi di daerah lain. Rektor IAILM Suryalaya, Dr. Asep Salahudin, menyambut baik rencana tersebut.
“Kita berharap terjadi perubahan di masyarakat, terutama dalam hal perkawinan dini, peningkatan kemampuan bersosial, syukur-syukur nanti bisa menjadi guru yang baik. Perubahan-perubahan saat ini berlangsung sangat cepat. Kita semua harus siap menghadapinya, tidak terkecuali anak-anak Cimenyan,” tandas Faiz Manshur.
Dalam konteks “membaca” pula, Odesa menyelenggarakan Sekolah Sabtu Minggu (Samin) di 11 kampung di Kecamatan Cimenyan. Kegiatan literasi digelar secara rutin di masing-masing kampung dengan memanfaatkan fasilitas yang ada seperti mesjid, saung di tengah sawah, rumah penduduk, atau di alam terbuka.
Pesertanya kebanyakan mulai dari usia pra sekolah hingga kelas 6 SD. Fasilitator samin terdiri dari para mahasiswa dan sarjana. Pada setiap kegiatan literasi, anak-anak desa itu mendapatkan kesempatan membaca anekaragam buku bacaan. Kemudian diminta menceritakannya kembali di depan teman-temannya.
“Dengan cara itu melatih mereka untuk berani bicara di depan umum. Tumbuh kepercayaan diri untuk menyampaikan pendapat,” kata Ahmad Syauqi Ridlo, salah seorang fasilitator. [Enton Supriyatna]