Setelah satu tahun kegiatan pembibitan dan penananman Kelor dilakukan oleh Grup Pertanian Tanaman Obat Cimenyan (Taoci) berjalan, Rusmana dan teman-teman petani di Cimenyan sudah mulai mengembangkan ribuan pohon Kelor di perkebunan. Kalau sebelumnya hanya tanam di sekitar pekarangan dengan sistem tanam stek, sampai bulan April 2018, sudah lebih 8.000 pohon ditanam di beberapa kebun.
“Peminatnya sangat banyak. Kita pun mengembangkan pengolahan secara tradisional dengan cara yang tepat. Target kami adalah mensosialisasikan tanaman pangan yang berkualitas di masyarakat desa agar mendapatkan gizi yang bagus dan juga mengembangkan ekonomi pasca panen dengan mengolah teh dan makanan olahan seperti pudding dari daun Kelor,” kata Rusmana.
Namun Rusmana menambahkan, Kelor yang menjadi sasaran untuk warga desa tergolong lambat dibanding antusiasme warga Kota seperti Bandung, Jakarta, Bogor, dan Kota-kota besar lainnya. Menurutnya, banyak dari orang kota yang berpendidikan lebih memahami tentang Kelor. Bahkan karena pengetahuan itu, warga kota sudah selektif dan memilih beragam hasil panen Kelor.
“Ada yang pingin serbuk karena sistem pengawetannya, ada yang ingin teh karena vitamin-nya tinggi, dan ada pula yang ingin daun segar karena alasan antioksidan dan vitaminnya lebih baik ketimbang serbuk,” tutur Rusmana.
Selain bermanfaat bagi pengembangan pertanian dan kesehatan, di Cimenyan, tanaman Kelor ini juga banyak sekali diminati oleh warga Perkotaan Bandung. Menurut Rusmana, setiap hari sabtu dan minggu selalu ada warga Kota Bandung yang membeli bibit kelor dan teh daun kelor. Bibit kelor itu sebagian besar ditanam warga perkotaan Bandung di pekarangan perumahan.
“Kalau kepada petani desa Kegiatan Taoci biasanya membagikan bibit gratis, kepada warga Kota Rusmana memberi harga dengan asumsi warga perkotaan keadaan ekonominya lebih beruntung. Berbeda dengan petani yang akan keberatan menanam kalau harus membayar, apalagi pada keluarga yang sedang mengalami pesakitan,” katanya.
Untuk warga perkotaan, Rusmana memberikan harga biibit bervariasi, Rp 30.000, 50.000 dan Rp 100.000 untuk bibit besar. Menurut Rusmana tergolong murah karena sudah usia lanjut dan akan cepat berkembang manakala dipindah ke tanah. Sebab kalau mengandalkan bibit stek juga tidak mudah selain stoknya masih sedikit juga mudah mati. Sedangkan bibit dari biji dalam polybag lebih aman karena bisa langsung hidup.
“Kami juga memberikan panduan tanam supaya teman-teman bisa sukses membudidayakan Kelor di perkotaan maupun perdesaan,” jelasnya.-Agung Ph/test.odesa.id
Komentar ditutup.