fungsi pohon menampung air hujan

Bagaimana Pohon Menampung Air Hujan?

Bagaimana Pohon Menampung Air Hujan? – Saat musim kemarau melanda di Indonesia, sering kali cuaca panas begitu menyengat, terutama ini terjadi di wilayah bagian barat. Pada periode ini, hujan jadi jarang turun yang menyebabkan suhu udara tinggi dan kondisi semakin gerah. Bahkan, hal itu terjadi di malam hari.

Namun, ketika hujan akhirnya mulai turun di bulan November, banyak makhluk hidup, termasuk pohon mendapatkan berkahnya. Kini, berkat hujan yang sering turun di bulan Desember, suhu udara tak lagi panas. Hujan tidak hanya membawa kesejukan bagi manusia tetapi, ia juga rahmat bagi sumber kehidupan yang penting bagi pohon.

Sama seperti manusia, pohon juga sangat bergantung pada air untuk bisa bertahan hidup. Air hujan inilah yang menjadi salah satu sumber utama bagi pohon dalam proses fotosintesis dan pertumbuhan.

Lantas, sebuah pertanyaan muncul, bagaimana pohon menampung dan memanfaatkan air hujan? Proses yang nantinya akan melibatkan berbagai mekanisme alami untuk memungkinkan pohon menyerap, menyimpan, dan menggunakan air secara efisien untuk mendukung kehidupannya, bahkan saat musim kering nantinya melanda.

Cara Pohon Menampung Air Hujan

air hujan di dahan pohon

Di buku The Hidden Life of Trees: What They Feel, How They Communicate yang terbit pada 2016 karya Peter Wohlleben, seorang ahli kehutanan Jerman, ia mempelajari perilaku pohon beech dan pohon lainnya selama dua dekade. Dirinya meyakini bahwa pohon memiliki bahasa dan cara komunikasi yang unik. Termasuk juga bagaimana cara pohon menerima air hujan dan menyimpannya, yang kemudian membantu mereka tetap bertahan dalam beberapa musim kering.

Ia mencontohkan kasus pohon beech. Seperti banyak pohon peluruh lainnya, pohon beech akan memiringkan cabang-cabangnya ke atas. Saat mahkota pohon membuka, daunnya tidak hanya untuk menangkap sinar matahari tetapi juga untuk menampung air. Hujan yang jatuh pada ratusan ribu daun itu lalu airnya menetes dari daun ke ranting. Dari sanalah, air mengalir di sepanjang cabang – tempat aliran air kecil bersatu menjadi sungai yang mengalir deras di sepanjang batang. Saat mencapai bagian bawah batang, air mengalir turun begitu cepat dan ketika menyentuh tanah, air berbusa.

Selama terjadi badai hebat, pohon dewasa akan menyimpan ratusan air untuk disalurkan ke akarnya. Di sana, air disimpan di tanah sekitarnya, ini dapat membantu pohon selama beberapa musim kering berikutnya. Kalau di Indonesia, contoh pohon peluruh ini seperti pohon Jati, Pinus, hingga Mahoni.

Berbeda dengan pohon beech, pohon cemara tidak bisa melakukannya. Pohon cemara yang cerdik suka membaur dengan pohon beech, sementara pohon cemara yang biasanya saling menempel, berarti mereka haus. Pohon cemara tidak bisa mengolah air hujan dan mengalirkannya ke sepanjang batang hingga menempel tanah. Makanya, saat kita terjebak dalam hujan dan menempel di dekat batang pohonnya, kita tidak akan basah sama sekali karena mahkota pada pohon cemara berfungsi seperti payung yang akan melindungi kita dari hujan.

Curah hujan yang cukup deras akan bertahan sepenuhnya di daun jarum dan dahan pohon cemara. Ketika awan menghilang, air ini akan menguap dan semua kelembapan hilang. Mengapa pohon cemara melakukan ini? Menurut Wohlleben alasannya sangat sederhana, karena pohon cemara tidak pernah belajar beradaptasi jika seandainya kekurangan air. Lantaran, pohon cemara merasa nyaman di daerah dingin, karena suhu rendah, air tanah hampir tidak pernah menguap.

Baca juga: Stabilitas Adalah Kunci Bertahan Hidup Bagi Pohon

Kehebatan Pohon dan Air bagi Makhluk Hidup Lain

Pohon dan air memiliki hubungan yang sangat erat, khususnya dalam konteks ekosistem hutan yang kompleks. Di Pegunungan Alpen, misalnya, pohon-pohon tumbuh subur di bawah garis pepohonan, di mana curah hujan yang tinggi memastikan bahwa kekeringan tidak akan pernah menjadi masalah.

Hujan yang melimpah ini tidak hanya menyuplai kebutuhan air bagi pohon, tetapi juga menjadi penyedia kehidupan bagi berbagai makhluk hidup lainnya yang bergantung pada kelembapannya.

Oleh karena itu, menurut Wohlleben, kehadiran air hujan pun bisa menciptakan mikrohabitat unik di hutan. Genangan dan air hujan yang membeku menyediakan lingkungan sempurna bagi siput air tawar, yang menikmati suhu stabil sepanjang tahun. Hutan tidak hanya menjadi rumah bagi makhluk-makhluk kecil ini, tetapi juga melindungi ekosistem sungai.

Bayangan hutan menjaga suhu air tetap stabil dan dingin, mendukung kehidupan organisme seperti larva salamander dan kecebong yang sangat memerlukan kondisi air tetap stabil.

Perjalanan Wohlleben dalam menjelajahi hutan memang menarik. Termasuk bagaimana keterikatan pohon dan air bersatu untuk turut membantu kehidupan makhluk hidup lainnya.

Seperti yang terjadi saat musim gugur, pohon akan menggugurkan daunnya, sinar matahari bisa menembus dan menghangatkan air sungai di bawahnya, menciptakan kondisi ideal bagi kehidupan air. Sebaliknya, penemuan lainnya soal aliran sungai yang dikelilingi pohon konifer cenderung lebih dingin dan dapat membeku, ini menantang organisme yang hidup di dalamnya. Namun, dominasi yang dilakukan pohon gugur bisa menjaga suhu air tetap stabil, memungkinkan makhluk air berkembang.

Lebih dari itu, ketika pohon mati dan jatuh ke sungai, mereka membentuk struktur mirip bendungan yang memperlambat aliran air, menciptakan kantong-kantong kecil sebagai tempat berlindung spesies yang tak tahan arus kuat. Kehadiran kayu mati sendiri sangat penting untuk menjaga kualitas air tetap bersih dan mendukung berbagai kehidupan.

Jadi, hubungan antara pohon dan air lebih dari sekadar keberadaan fisik. Pohon berfungsi sebagai penjaga dan penyedia, membentuk ekosistem yang saling bergantung dan mendukung beragam makhluk hidup. Dalam ekosistem hutan, kehebatan pohon dan air bersatu untuk menjaga keseimbangan kehidupan. Hal ini menunjukkan bahwa setiap bagian alam memiliki peran yang amat penting.

Baca juga: Bagaimana Pohon Berkomunikasi Satu Sama Lain?

Penulis: Aprilia Tri Wahyu Ningrum

Admin: Fadhil Azzam

Keranjang Belanja