Tasban Doloan, Berbakti Sepenuh Hati

Suatu hari di musim kemarau di bulan Juni 2020, di pinggir jalan perbukitan yang kering-kerontang itu, beberapa tentara terlihat sedang mengayunkan cangkul. Sebagian lagi sedang sibuk menyiangi rumput. Ada juga yang sedang menyiram pohon.

Enton Supriyatna, Wartawan Pikiran Rakyat yang kebetulan sedang melintas di perbukitan Merak Dampit Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung itu agak heran karena petani sedang berhenti meladang, tetapi justru ada orang sibuk nyangkul.

Ketika Enton mendekat, ternyata ada satu sosok yang ia kenali, namanya Tasban Doloan (40 Tahun), seorang militer dari Babinsa Cimenyan Kabupaten Bandung.

“Ini harus kita urus supaya tetap hidup,” kata Tasban kepada Enton.

Ringkas cerita, di akhir tahun 2019 lalu, Yayasan Odesa Indonesia menggerakkan aksi tanam pohon di kawasan Cimenyan Kabupaten Bandung. Tasban sering ikut serta dengan para relawan dari Kota Bandung dan para petani. Bersama rekannya dari kesatuan yang berbeda, Serka Suyanto, Subsektor 17 Sektor 22 Citarum Harum, Tasban juga melibatkan anggota lainnya secara intensif bergiat penghijauan.

Di mata Faiz Manshur, ketua Yayasan Odesa Indonesia, Sosok Tasban punya sisi positif karena memiliki semangat kerjanya melampaui urusan kedinasan. Paling tidak terlihat dari seringnya kegiatan dadakan sekalipun dirinya sedang sibuk tetap menyempatkan. Bahkan urusan lain di luar jam kerja ia jalankan tanpa banyak keluh-kesah.

“Itu Pak Tasban dan Pak Suyanto orangnya tanggungajawab luar biasa dan komunikasinya dengan masyarakat sangat baik. Baktinya sepenuh hati. Tidak sekadar menjalankan instruksi kerja kedinasan, tapi punya kepedulian serius urusan lingkungan hidup,” kata Faiz kepada apakabar.news, 28 Oktober 2020 lalu.

Menurut Faiz, sosok Tasban yang berbadan kekar pernah membuat takut anak kecil yang sedang belajar di rumahnya. Tapi itu sekarang mereka nyaman setelah tahu pribadi Tasban yang kontras dengan postur badannya.

“Tampang boleh sangar, tapi jangan salah, pak Tasban itu ramah, humornya melebihi pelawak,” kata Faiz tertawa.

Bertugas di Kecamatan Cimenyan sejak 2016 tidak otomatis membuat Tasban langsung memahami persoalan di masyarakat secara mendalam. Sebab tidak semua urusan kedinasan selalu berurusan dengan masyarakat lapisan bawah, apalagi Kecamatan Cimenyan itu sangat luas dengan jumlah penduduk melewati 120.000 jiwa. Barulah setelah sering terlibat mendalam berhubungan dengan warga bersama Odesa Indonesia, Tasban semakin bisa memahami anerakagam kultur masyarakat dengan rupa-rupa problemnya.

“Saya jadi kenal banyak petani dengan persoalan-persoalan hidupnya,” kata santri Alumni Madrasah Aliyah Luwuk itu kepada apakabar.news, 27 Oktober 2020.

Berkegiatan sosial dengan para petani membuat Tasban semakin tertarik urusan tanaman. Salahsatu terpikat dengan kelor. Sebelum bergiat urusan pertanian di Cimenyan, Tasban sudah mengenal  kelor karena di kampung halamannya, Bunggai kepulauan, Provinsi Sulawei Tengah, orang-orang di kampung halamannya sudah terbiasa mengonsumsi daun bernama Moringa Oleifera ini.  Sejak kenal kelor dari Odesa sekarang ia punya pandangan lain karena Odesa Indonesia mengembangkan pertanian kelor dengan target khusus, yaitu memperbaiki gizi masyarakat dan mencegah erosi tanah. Kisah Kelor dari Cimenyan

“Jadi ingat masa lalu di kampung. Sekarang saya kembali makan kelor. Teman-teman tentara, termasuk komandan kami juga sudah banyak yang menanam kelor. Jadi saya dapat pengalaman baru berkegiatan bersama petani di Cimenyan,” ujarnya.

Tasban sampai sekarang terus bekerja untuk masyarakat. Ia bergerak bukan semata tugas negara, melainkan kesadaran membaktikan dirinya untuk masyarakat lapisan bawah.

“Karena sudah tahu ada problem, rasanya tidak mungkin tidak terlibat. Setidaknya membantu komunikasi antar warga. Lagi pula jadi banyak teman dari wartawan maupun mahasiswa,” terangnya.(Abdul Hamid)

Partisipasi Membangun Desa 

Benih Agroekologi untuk Perbaikan Pertanian

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Keranjang Belanja