Boleh Kami Ikut Les di Odesa?
“PAK, boleh kami ikut les yang diadakan Odesa?” pertanyaan itu dilontarkan Ika, siswa kelas II sebuah SMA di kawasan Jln. A.H. Nasution Kota Bandung. Dia datang bersama tiga teman sekolahnya ke Batutemplek, Kec. Cikadut, Kab. Bandung, tempat acara seremonial pembukaan les tahun ajaran baru digelar, Minggu (22/7).
Ika adalah warga Kampung Cikawari, Desa Mekarmanik, Cimenyan, Kab. Bandung. Kampungnya terletak sekitar 4 km di sebelah utara Batutemplek atau 6 km dari Lapas Sukamiskin Kota Bandung, Sementara jarak antara kampung dan sekolahnya sekitar 8 km. Perjalanan itu ditempuhnya dengan menggunakan jasa ojek.
Keempat anak-anak buruh tani itu mengetahui ada kegiatan les gratis yang dilaksanakan Odesa belakangan dari salah seorang warga. Padahal jika tahu lebih awal, mereka tentu akan mengikuti les pada tahun ajaran sebelumnya.
“Saya juga baru tahu kemarin. Kegiatan ini harus diperluas lokasinya. Sangat bermanfaat,” kata Engkos, orangtua salah satu siswa tersebut.
Sejak tahun 2016 lalu Yayasan Odesa Indonesia mengadakan kegiatan les di Kampung Sekebalingbing, 200 meter dari Villa Alam Sentosa. Tahun 2017 kemudian membuka kegiatan di Kampung Cisanggarung, 1 Km dari Wisata Batu Templek. Di dua tempat itu terdapat peserta kursus yang aktif mencapai 126 peserta. Mereka berasal dari berbagai tingkatan pendidikan, mulai SD hingga SMA. Waktu kursus adalah hari minggu. Dan khusus tahun ini dimulai kegiatan dengan dua hari, yaitu Sabtu Minggu dan diberi nama Sekolah Sabtu-Minggu (SSM).
Menurut Ketua Divisi Pendidikan Odesa, Ahmad Baiquni, ada dua hal pokok yang ditenkan pada kegiatan les. Yaitu meningkatkan kemampuan bahasa Inggris dan pembangunan karakter.
“Karakter yang dimaksud tiada lain adalah akhlakul karimah, atau yang dikenal dengan kepribadian berkeutamaan. Kita ingin para peserta Sekolah Sabtu Minggu ini selain pinter-pinter juga punya karakter yang terpuji, akhlak yang baik,” katanya.
Pada tahun ajaran sekarang, Baiquni merencanakan membuka les di dua lokasi baru yakni di Cikawari dan Waas, Desa Mekarmanik, Cimenyan. Supaya ikhitiar untuk memajukan pendidikan warga semakin meluas. Namun usaha ini masih menghadapi kendala.
“Kita masih kekurangan tenaga pengajar untuk kegiatan les. Dibutuhkan para relawan yang tahan banting, punya idealisme untuk memajukan pendidikan warga kampung. Silakan yang terpanggil untuk datang ke Odesa,” kata Baiquni yang juga CEO Mizan Wacana, sebuah penerbitan buku yang tersohor di Indonesia.
Pada kesempatan tersebut, para siswa peserta les diperkenalkan kembali pada permainan tradisional seperti balap engkle, jajangkungan, maen kaleci, dan lompat karet. Berbaur dengan mereka, sejumlah mahasiswa dasri Unpad, ITB, UPI dan siswa SMK Prakarya Internasional.[Enton Supriyatna]