rahasia regenarasi ekosistem

Rahasia Meregenerasi Ekosistem

Sebuah buku berjudul Dirt to Soil karya Gabe Brown menceritakan perjalanan keluarganya dalam melakukan regenerative agriculture. Hal menarik disampaikan Gabe dalam bukunya, petunjuk pertama bahwa mereka sedang meregenerasi ekosistem adalah munculnya cacing tanah. Gabe menyadari bahwa mereka perlu berupaya meregenerasi ekosistem di area rumahnya.

Berdasarkan pengalaman Gabe Brown, gejala sumber daya yang rusak meliputi infiltrasi yang buruk, kesuburan yang buruk, pemadatan, gulma, hasil panen rendah, biaya input tinggi, salinitas, penyakit tanaman, hama invasif, erosi, dan keuntungan yang menurun. Sehingga perlu ada solusi yang tepat agar ekosistem tidak semakin rusak.

Alam Mampu Meregenerasi Dirinya Sendiri

Sebenarnya, penyebab semua gejala tersebut sama, yaitu fungsi ekosistem yang buruk. Gabe menyadari bahwa alam itu mampu meregenerasi dirinya sendiri secara alami. Dengan cara tidak mengolah tanah selama lima tahun, menambah keanekaragaman tanaman komersial, menanam tanaman penutup, membiarkan biomassa di permukaan tanah setelah gagal panen, dan hampir menghilangkan masukan kimia, Gabe telah menciptakan kondisi yang memungkinkan kondisi biologi tanah dapat tumbuh subur lagi.

Terutama untuk jamur mikoriza di dalam tanah akan memiliki kesempatan untuk berkembang biak kembali. Organisme ini berasal dari hubungan simbiosis dengan akar sebagian besar tanaman dan sangat penting bagi kesehatan tanah. Jamur mikoriza mengeluarkan zat seperti lem yang disebut glomalin. Zat tersebut berfungsi untuk membantu mengikat partikel tanah bersama-sama. Jika semakin banyak partikel tanah maka semakin banyak ruang pori

Menurut Dr. Kris Nichols, seorang ahli mikrobiologi tanah di USDA Great Plains Research Station di Mandan, ada berbagai jenis jamur mikoriza dan jamur mikoriza arbuskular adalah pemain kunci dalam pemindahan nutrisi ke seluruh tanah. Perlu kita ketahui bahwa jamur adalah salah satu mikroba paling produktif di planet ini, sehingga sebenarnya punya manfaat yang begitu besar untuk kesehatan tanah.

Dalam sistem pertanian berbasis biologi, jamur tumbuh bersama dengan sebagian besar jenis tanaman, sering kali secara padat. Mereka bertindak sebagai perpanjangan dari akar tanaman inang, meluas jauh ke dalam tanah di mana mereka memperoleh nutrisi yang dibutuhkan tanaman sebagai ganti senyawa karbon yang disekresikan oleh tanaman dari akarnya.

Jika jamur ini dapat berkembang dengan baik maka ekosistem dan kesehatan tanah juga akan membaik. Dari ekosistem yang buruk atau rusak, bahkan bisa kembali menyembuhkan dirinya sendiri dengan kondisi lingkungan sekitar yang baik juga.

Baca juga: Pentingnya Manusia Belajar Hidup dari Kehidupan Hutan

Penggunaan Tanaman Penutup dan Penggembalaan Hewan

ekosistem antar pohon

Menurut pendapat Dr. Ademir Calegari, seorang ahli agronomi Brasil, lahan pertanian atau peternakan harus menerima dua inci curah hujan untuk menanam tanaman penutup, tidak masalah di mana mereka bertani, apakah di tempat kering seperti North Dakota atau tempat basah. Orang-orang biasanya berpikir bahwa kondisi lahan mereka terlalu kering atau terlalu basah. Namun, kenyataannya mereka hanya mencari-cari alasan.

Tanaman penutup tanah dimaksudkan untuk ditanam dalam kombinasi multispesies. Dr. Calegari menjelaskan bahwa sinergi akan terbentuk ketika sekitar tujuh atau delapan spesies ditanam bersama atau dikombinasikan.

Tanah yang gundul merupakan salah satu gejala terburuk dari ekosistem yang rusak di lahan pertanian atau peternakan mana pun. Ini merupakan langkah pertama menuju penggurunan di area rapuh yang memiliki curah hujan terbatas sepanjang tahun. Tanah yang gundul di padang rumput juga merupakan tanda masalah. Jika dibiarkan terus-menerus maka akan merusak kondisi kesehatan ekologi di area tersebut hingga dapat menimbulkan risiko bencana nantinya.

Dr. Nichols menjelaskannya bahwa penggembalaan hewan membuat tanaman tetap dalam keadaan vegetatif, sehingga karbon yang dihasilkan oleh proses fotosintesis akan bertahan lebih lama di bawah tanah. Jika tidak, tanaman akan mengambil karbon untuk digunakan dalam produksi benih dan pertumbuhan selanjutnya. Penggembalaan hewan juga dapat merangsang produksi eksudat (sekresi karbon) di akar karena secara fisiologis tanaman menganggap gigitan hewan sebagai luka. Hal ini memerlukan proses penyembuhan yang serupa dengan apa yang terjadi ketika keropeng terbentuk di tubuh manusia.

Tanaman membutuhkan nutrisi dari tanah untuk melengkapi proses penyembuhan dan mulai mengumpulkan nutrisi tersebut dengan cara melepaskan lebih banyak eksudat akar untuk menarik dan memberi makan mikroba yang haus karbon.

Menurut Dr. Nichols, tingkat stres ini sebenarnya baik untuk tanaman yang cenderung malas dan tidak bekerja sekeras mungkin untuk mendapatkan nutrisi. Istilah ilmiahnya adalah konservasi sumber daya, yang berarti tidak ada organisme yang akan menghasilkan lebih dari apa yang dibutuhkannya. Tanaman mencari keseimbangan. Sehingga mereka membutuhkan stres, tetapi tidak terlalu banyak untuk mencapai kinerja puncak.

Baca juga: Setiap Pohon Berharga dan Bermakna

Penulis: Arinda Eka Putri

Admin: Fadhil Azzam

Keranjang Belanja
  • Your cart is empty.