Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), sebanyak 95,5% orang Indonesia kurang konsumsi buah dan sayur dalam jumlah yang cukup. Sementara, rata-rata konsumsi serat masyarakat Indonesia hanya sekitar 10,5 gram per hari, yang mana idealnya adalah 29-37 gram per hari.
Kondisi ini tentunya dipengaruhi oleh berbagai faktor. Berdasarkan survei, masyarakat kita masih memiliki persepsi bahwa makan itu yang penting kenyang. Tidak ada pertimbangan bahwa kita juga perlu memperhatikan komposisi makanan yang dikonsumsi seperti adanya sayur dan buah yang sering kali dilupakan.
Selain itu, tidak semua bagian masyarakat bisa memiliki akses mudah untuk mendapatkan buah-buahan di daerah tempat tinggalnya. Apalagi di desa masih banyak daerah yang kurang memiliki tanaman buah. Sehingga hal ini menjadi pertimbangan bagi masyarakat sekitarnya untuk mengonsumsi buah dan serat yang cukup. Bagaimana jika kondisi ini terjadi kepada para petani miskin di desa? Bagaimana mereka bisa memenuhi kebutuhan serat tersebut?
Risiko Jika Kita Kekurangan Serat
Menurut WHO dan FAO kurangnya asupan buah dan sayur bisa meningkatkan risiko kematian yang diakibatkan oleh kanker saluran cerna, jantung koroner, dan stroke. Hal ini dikarenakan serat yang cukup akan membantu mencegah masalah obesitas, kerusakan sel, dan munculnya penyakit degeneratif.
Serat memiliki peran penting dalam tubuh manusia, yaitu meningkatkan kesehatan saluran cerna, mencegah penuaan dini, dan meningkatkan daya tahan tubuh. Buah dan sayur yang mengandung serat larut akan membantu memperlambat proses penyerapan gula sehingga dapat bermanfaat untuk mencegah penyakit diabetes.
Ketika konsumsi serat kita kurang maka selain susah buang air besar, berbagai risiko penyakit tidak menular juga bisa meningkat. Apalagi jika dibarengi dengan pola hidup kurang sehat sehari-harinya. Begitu juga dengan penurunan sistem imun yang akan memengaruhi tingkat kesehatan kita.
Bagi masyarakat yang ada di desa dengan kondisi lingkungan yang kurang sehat, tentunya sudah berisiko memengaruhi tingkat kesehatannya. Apalagi jika mereka kesulitan untuk mendapatkan asupan penting seperti serat karena tidak mampu membeli buah dan sumber serat sebagai sumber makanan tambahan.
Oleh karena itu, perlu adanya upaya khusus untuk dapat memenuhi kebutuhan akan buah dan sayur secara lebih optimal yang tetap dapat menguntungkan, terutama bagi masyarakat miskin di desa. Sehingga dengan begitu mereka bisa tetap memenuhi kebutuhan serat dan meningkatkan kesehatannya dari memperbaiki asupan makanan harian.
Baca juga: Memajukan Pertanian Indonesia dengan Menanam Buah-Buahan
Memenuhi Kebutuhan Serat Masyarakat dengan Menanam Pohon Buah

Bicara tentang pemenuhan kebutuhan pangan tentunya juga tidak lepas dari pertimbangan tentang pendapatan sebuah keluarga. Apalagi bagi seorang petani desa yang pendapatannya bergantung pada berbagai faktor. Petani skala kecil di Indonesia rata-rata memiliki pendapatan bersih sebesar Rp5,23 juta per tahun.
Dengan jumlah pendapatan tersebut, untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sehari-hari saja sudah sangat kesulitan, apalagi membeli sayur dan buah sebagai sumber makanan tambahan. Oleh karena itu, Odesa Indonesia membangun sebuah gerakan dengan menanam tanaman buah terutama di desa-desa perbukitan.
Mulai dari memberikan bibit tanaman buah, hingga mengawasi proses penanaman sampai buahnya bisa dipanen oleh masyarakat sekitar. Dengan adanya kegiatan menanam pohon buah ini maka kebutuhan serat bagi masyarakat juga dapat terpenuhi secara lebih optimal dan mudah. Mereka bisa memanen buahnya dan dikonsumsi sebagai sumber serat tanpa harus mengeluarkan uang lagi.
Odesa Indonesia terus mendorong untuk setiap petani untuk menanam berbagai jenis buah di kebunnya. Berbagai jenis buah seperti mangga, nangka, sirsak, jambu, matoa, pepaya, dan jenis-jenis lainnya. Selain itu, di sekitar tanaman buah juga bisa ditanami berbagai tanaman lain seperti kelor sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan sumber gizi bagi masyarakat.
Menurut Faiz Manshur, Ketua Yayasan Odesa Indonesia, setidaknya setiap keluarga harus setidaknya memiliki 10 pohon pepaya agar dapat memenuhi kebutuhan gizi masyarakat sekitar. Jika memang para petani ini bisa menanam lebih dari itu maka kelebihan hasil panen bisa dijual sebagai tambahan pendapatan bagi mereka.
Tentu saja penanaman pohon ini juga harus dikerjakan dengan serius agar nantinya dapat berhasil meningkatkan gizi, sekaligus kesejahteraan masyarakat. Sehingga harapannya masyarakat desa bisa meningkatkan kesehatan dan penyediaan bahan pangan secara mandiri dengan menanam lebih banyak pohon buah.
Baca juga: Inovasi Memajukan Desa dengan Menanam Buah
Penulis: Arinda Eka Putri
Admin: Fadhil Azzam