Kisah Negeri Kurang Gizi dan Cara Mengatasinya
Oleh Faiz Manshur
Ketua Odesa Indonesia
Bangsa Indonesia memiliki masalah kemiskinan yang gawat. Lebih dari 25 juta rakyat Indonesia hidup dalam keadaan miskin yang kemampuan konsumsinya di bawah Rp 500.000 per bulan.
Sementara di lapisan atasnya atau mereka yang tergolong tidak miskin masih banyak yang kemampuan konsumsinya hanya Rp 1,2 juta rupiah perbulan.
Rendahnya kemampuan ekonomi tentu saja berdampak pada kelemahan dalam banyak hal. Bukan hanya lemah dari sisi pendidikan, tetapi juga lemah dalam kemampuan mendapatkan akses gizi.
Sangat memprihatinkan bahwa di zaman semaju ini, terdapat 183,7 juta, atau sebesar 68 persen rakyat Indonesia yang tak mampu memenuhi kebutuhan gizinya akibat kemiskinannya. Fakta ini merupakan hasil riset dari Harian kompas yang dipublikasikan 10 Desember 2022.
Keadaan buruk ini diperkuat oleh Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dari kementerian kesehatan republik Indonesia menyatakan 95,5 persen rakyat Indonesia masih kurang konsumsi buah dan sayur.
Kekurangan gizi adalah kelemahan bangsa Indonesia. Yayasan Odesa Indonesia yang bergiat dalam pemberdayaan kaum miskin di Kawasan bandung utara juga menemukan hal itu secara faktual. Banyak temuan karena kurang gizi ini fisik masyarakat lemah. Mereka mudah sakit. Selain menemukan fakta buruk dari lapangan secara langsung, Odesa juga melihat adanya jalan keluar karena di desa-desa sangat mungkin akses gizi tersebut dipenuhi dengan mendorong petani menanam sayuran dan buah-buahan di lahan kosong mereka. Dengan kata lain, Yayasan odesa tidak hanya memahami akar persoalan, melainkan juga memberi solusi yang tepat.
Selama 9 tahun bergiat mengatasi kemiskinan, program penyebaran bibit herbal dan buah-buahan berjalan sangat baik dan menghasilkan perubahan, bukan hanya menyediakan gizi, tetapi juga berdampak pada perbaikan lingkungan karena lebih dari 900 ribu pohon yang ditanam para petani berhasil menyehatkan tanah yang sakit. Lahan-lahan pun menjadi semakin hijau. Semakin banyak tanaman yang hidup di desa, semakin baik pula ekonominya karena hasil sumber gizi itu juga memajukan perdagangan desa.
Faiz Manshur, Ketua Odesa Indonesia mengatakan, agar gerakan produksi pangan bergizi untuk rakyat ini lebih fokus dalam meningkatkan gizi rakyat, maka Odesa memperbanyak penyebaran tanaman kelor dan pepaya. Memang, urusan gizi bukan hanya pada dua jenis tanaman ini, tetapi pada keduanya penting dijadikan andalan karena menurut Faiz, pepaya dan kelor itu praktis ditanam dan kualitas gizinya sangat bagus.
Selain praktis ditanam, keduanya juga sangat mudah dikonsumsi tanpa pengolahan yang ribet. Baik pepaya maupun kelor, manfaatnya juga berguna bagi ternak petani. Dan lebih dari itu, manfaat gizinya sangat luar biasa bagus bagi kesehatan anak, remaja, dewasa hingga orang lanjut usia.
Hasil dari kegiatan Gerakan penyebaran bibit tanaman pepaya dan kelor di Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung yang dilakukan Odesa memiliki dampak bagus. Para petani mendapatkan kemudahan dan kemurahan dalam mendapatkan bibit. Dan yang lebih penting lagi mereka mau mengonsumsinya karena merasakan manfaat secara konkret setelah mengonsumsinya. Banyak orang merasakan kesehatan pada badan mereka setelah mengonsumsi buah pepaya dan daun kelor.
Bagi organisasi Odesa, rakyat desa bisa dibangkitkan daya survive-nya dengan dua tanaman ini. Kita tahu, pepaya dan kelor juga merupakan dua jenis tanaman yang gizinya direkomendasikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa agar dikonsumsi rakyat di seluruh dunia.
Karena tidak semua petani sudah mengenal dan memahami manfaat kelor dan pepaya, maka sebaiknya ada gerakan edukasi gizi pada kedua tanaman ini. Tetapi edukasi yang baik menurut Faiz, tentu saja harus menyertakan bibit gratis kepada para petani. Jika tidak disertai gerakan pembagian bibit, para petani akan kesulitan untuk menanam. Mereka mau menanam dan mau mengonsumsi bukan karena wacana, melainkan karena modal nyata berupa bibit.
Kelor dan pepaya membutuhkan pembibitan selama dua bulan, kemudian dibagikan kepada para petani. Dan beberapa bulan kemudian para petani akan menikmati makanan bergizi yang sangat bagus dari kelor dan pepaya.
Dengan cara itu, kita lebih strategis dalam mengusahakan perbaikan hidup bagi rakyat desa. Kita tahu masih ada kesempatan ini karena di desa-desa banyak lahan kosong. Menanam kelor dan pepaya juga bukan hal yang sulit karena petani memiliki modal pengalaman bercocok-tanam. Sayangnya hal mudah seperti ini tidak menjadi perhatian pemerintah, termasuk organisasi sosial. Kita harus secepatnya memperbaiki Indonesia, dan itu paling strategis jika dilakukan di desa-desa. Cara yang tepat adalah menggerakkan para petani menghasilkan sumber gizi. Jika gizi mereka tercukup niscaya hidup mereka akan lebih sehat. Setelah gizi mereka terpenuhi, dampak ekonominya pun akan tercipta. Dan lebih dari itu jika juga akan melihat dampak positif lain berupa perbaikan oksigen dan air.
Dalam usaha memperbaiki gizi dan ekonomi petani miskin, Yayasan Odesa terus Gerakan kebaikan ini dengan melibatkan banyak pihak. Di Cikadut Kabupaten Bandung, Yayasan Odesa memiliki beberapa petani yang menjadi agen komunikasi yang terhubung dengan lebih ribuan petani yang tersebar di desa-desa di Kawasan Bandung Utara.
Siapa saja yang ingin melihat perubahan secara nyata, bisa berkontribusi dalam kegiatan Bersama Odesa Indonesia. Dengan menjalan pembibitan, edukasi secara rutin, dan juga berbagi bibit, program perbaikan gizi ini berjalan secara tepat sasaran dan memiliki dampak positif yang berkelanjutan.[]
Simak juga siarannya di Youtube Kisah Negeri Yang Hidup di Bumi Subur Tetapi Rakyatnya Miskin dan Kurang Gizi – YouTube
Baca juga: Hobi Makan Tak Pernah Menanam. Sebuah Esai Kebudayaan
Penulis: Faiz Manshur
Admin: Fadhil Azzam