Kesaktian Kopi: Sebuah Kisah Pemberdayaan Petani Kopi di Bandung Utara
Oleh Faiz Manshur
Ketua Odesa Indonesia
Tahun 2017 silam, kami dari Yayasan Odesa Indonesia menyebarkan bibit kopi jenis arabica di Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung. Pencatatan tentang penyebaran bibit kopi ini menjadi bagian penting karena saya percaya jika kita ingin ada perbaikan hidup manusia maka tidak cukup hanya bicara manusia sebagai sentral perhatian (homo centris) melainkan harus menempatkan lingkungan menjadi perhatian (eco centris).
Waktu itu -dari bulan mei hingga desember 2017- saya dan teman-teman Odesa tertarik dengan program penyebaran bibit kopi karena di Hutan Arcamanik sudah banyak tanaman kopi. Kami tinggal melanjutkan dengan mengusahakan penambahan bibit dan mengisi wawasan baru melalui diskusi dengan petani tentang ekonomi dan ekologinya.
Kegiatan kopi itu diawali dari usaha personal rekan saya, Basuki Suhardiman -Pegawai ITB. Sebelum kami mendirikan Organisasi Odesa Indonesia, ia sudah mengusahakan pembibitan sendiri di Sindanglaya dengan menyertakan seorang pembiibit bernama Agus Sarif.
Jumlah bibit kopinya waktu itu 40.000. Karena kebutuhan lanjutan kami mengusahakan tambahan dengan mencari pembiayaan dan berhasil belanja 200.000 bibit kopi arabica. Maka, dalam duakali penyebaran tahun 2016 dan tahun 2017, tersebarlah 240.000 bibit dan pada tahun 2022 mencapai 621.000 pohon. Untuk kerja massal ini, peran petani Toha dan Ujang Rusmana sangat penting karena dengan keduanyalah komunikasi dan praktik budidaya terbukti berjalan baik.
Karena kami percaya keanekeragaman hayati sangat penting, maka kami pun menambahkan penyebaran bibit buah-buahan dan biji-bijian, seperti sirsak, nangka, mangga, jeruk, manggis, pete, jengkol, sukun, durian, matoa, kelor, hanjeli, sorgum dan beberapa jenis tanaman lain. Sampai tahun 2024 penyebaran anekaragam bibit tanaman itu mencapai 892.000 bibit.
Para dermawan dari berbagai latarbelakang dan daerah banyak membantu dengan donasinya. Sedangkan kami dari Odesa membantu petani dengan aksi lapangan yang didalamnya memuat semangat edukasi meliputi perawatan pohon, penanggulangan hama, pengolahan pasca panen dan pemasaran.
Kita masih punya banyak petani dengan lahan yang sangat cocok dan itu akan memberi dampak perbaikan atas kerusakan parah pada Kawasan Bandung Utara. Kopi bisa menjadi bagian penting dalam usaha mengatasi kemiskinan petani dan bahkan menciptakan pekerjaan buruh tani sekaligus menimbulkan matarantai perdagangan. Dan lebih penting dari itu, ekologi pertanian kita akan membaik karena dengan banyaknya tanaman kopi akan mendorog petani menanam pohon lain sebagai pelindung untuk mengontrol sinar matahari.
Dalam usaha pemajuan dan perubahan tatatan masyarakat ada sebuah rumus yang penting untuk dicamkam; setiap tindakan harus memberi dampak berganda dan massif. Prinsip sekali dayung tiga pulau terlampaui harus diperhitungkan.
Dalam usaha memperbaiki tatatan masyarakat desa kita perlu menempatkan kopi sebagai agen perubahan sosial itu sendiri. Semakin banyak tanaman kopi akan memicu perbaikan ekologi karena terdapat rumus; mustahil tanaman kopi bisa baik tanpa pepohonan tinggi lainnya. Dan itu amat bagus jika yang ditanam adalah pohon penghasil pangan bergizi seperti nangka, sirsak, kelor, sukun, manggis, alpukat, durian, jengkol, pete dan beberapa jenis lainnya..
Lebih luas dari sekadar dampak ekologis itu, pertanian kopi juga akan memunculkan kultur ekonomi baru dalam masyarakat sekitarnya sehingga kita bisa mendapatikan sebuah ekosistem kemasyarakatan yang baru. Kopi punya daya kesaktian untuk perubahan masyarakat. Tinggal bagaimana kita menggarapnya. Tentu itu semua bisa berjalan manakala kita memegang mindset ekonomi-ekologis dan ekologi-ekonomis secara sungguh-sungguh. []