Cadas Gantung – Odin (47 tahun) tinggal di kampung terisolir Cadas Gantung, Desa Mekarmanik Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung. Keadaan hidup Odin di Cadas Gantung bersama tetangganya yang berjumlah 72 warga terdiri dari 13 rumah itu memang sampai sekarang tergolong memprihatinkan. Kemiskinan dan keterbelakangan sosial mendera kehidupan mereka.
Ironis, karena kampung ini sebenarnya tidak terlalu jauh dari Jalan Raya dan hiruk pikuk metropolitan. Dari Jalan Nasional A.H Nasution hanya butuh waktu 15 menit naik kendaraan mobil atau motor.
BACA Pesan Murung dari Cadas Gantung Bandung
Yayasan Odesa Indonesia sudah 13 bulan mendampingi kampung tersebut. Sering relawan membawakan bantuan beras dari Alumni Elektro InStitut Teknologi Bandung (ITB) angkatan 1986. Beberapakali membantu pakaian untuk warga. Pernah Alumni ITB tersebut membantu pembangunan sarana Mandi Cuci, Kakus (MCK) komunal yang sekarang berhasil memperbaiki urusan air.
Saking memprihatinkannya, relawan Odesa Indonesia Khoiril Anwar dan teman-temannya juga mendampingi dalam hal ekonomi. Pernah ada bantuan ikan untuk warga agar ada perbaikan gizi. Ada juga bantuan ternak bebek, dan tahapan lain adalah budidaya Kelor.
BacaTragedi di Cadas Gantung Bandung
“Ini kami lakukan karena kehidupan keluarga Pra-sejahtera butuh pendampingan serius. Bayangkan saja. Mereka hidup dalam keterbelakangan. Tidak berinteraksi secara luas dengan masyarakat lain. Tidak memiliki RT karena kampung ini mengikuti RT dengan kampung Cikored, dan keterbelakangan pendidikan membuat mereka tidak berdaya dalam melakukan inovasi ekonomi,” kata Khoiril, Senin (25/12) setelah mengecek pembibitan kelor yang dikembangkan Odin.
Kelor mengubah keadaan
Menurut Khoiril, pembibitan Kelor atau Moringa Oleifera ini dimaksudnya untuk mentradisikan warga agar makan bergizi. Kelor bersama kumis kucing, daun Afrika, dan tanaman lain dikembangan di Cadas Gantung agar petani bisa memanfaatkan lahan pekarangan yang subur dan menganggur. Setahap setahap Pak Odin didampingi secara serius dengan tujuan ia menjadi motor perubahan para tetangganya.
“Pendampingan kegiatan pertanian itu cukup sulit karena tidak semua petani menerima gagasan baru. Mereka bilang minat tapi kalau tidak segera menghasilkan uang dalam sehari mereka memilih menjadi kuli batu. Padahal kegiatan bertani itu tidak harus melulu menghabiskan waktu satu hari penuh. Banyak petani yang waktunya kosong. Tani pekarangan adalah usaha untuk membuat waktu luang berguna. Dan Pak Odin kini telah membuktikan hal tersebut,” tutur Khoiril.
Saat Jurnas.com memantau di sekitar kampung Cadas Gantung, tampak di pekarangan Rumah Pak Odin terdapat ratusan bibit kelor. Menurut Odin, relawan Odesa Indonesia membantu benih dari biji kelor, polybag dan ilmu pengetahuan. Sekalipun Odin dan Istrinya buta huruf namun Odesa Indonesia bisa mengatasi masalah itu. Salahsatu anak Odin (Wandi), siswa kelas 5 SD adalah guru orangtuanya saat mereka menerima bacaan panduan budidaya kelor.
Tanah Cadas Gantung menurut Khoiril sangat subur, terlebih para petani memiliki pupuk kandang kambing yang sering tidak dimanfaatkan. Dari pupuk dan tanah itulah pembibitan Odin mampu menghasilkan bibit kelor yang cepat dan unggul.
“Saya sangat berterimakasih kepada teman-teman Kota (Relawan Odesa-Red) yang sering ke sini dan membantu kami. Dalam dua bulan bibit kelor sudah terjual banyak, menghasilkan uang Rp 600.000 dan pengemasan pupuk sederhana menghasilkan uang Rp 400.000,” kata Odin kepada Jurnas.com.
Kelor selama ini dikenal sebagai tanaman herbal yang telah direkomendasikan Oleh Lembaga Internasional Perserikatan Bangsa-Bangsa. Melalui organisasi FAO dan WHO, kelor dianjurkan ditanam para masyarakat karena terdapat gizi yang baik untuk kesehatan masyarakat. Bahkan saat ini kementrerian Kesehatan Republik Indonesia juga ikut serta menganjurkan masyarakat mengonsumsi pohon bernama latin Moringa Oleifera tersebut.
Dari rangkaian kegiatan Odesa Indonesia terkait dengan pemberdayaan, Kelor dan usaha ekonomi inilah muncul perbaikan hidup warga karena terbukti mampu menaikkan pendapatan ekonomi, memperbaiki gizi, dan menghijaukan lingkungan sekitarnya.
Sayangnya, karena tanaman Kelor baru dikembangkan beberapa bulan, pohon-pohon kelor yang ditanam di Cadas Gantung belum tampak menonjol.
“Nanti setengah tahun lagi pasti sudah besar,” kata Odin optimis. (Rusdi)
Sumber: jurnas.com
Baca Menjual Bibit Kelor