Bagi kebanyakan petani, musim kemarau adalah musim meninggalkan pekerjaan pertanian. Sebagian memilih mencari pekerjaan di luar pertanian, bahkan sibuk mencari kerja di perkotaan sebagai tenaga kerja upahan. Tetapi bagi petani binaan Yayasan Odesa Indonesia di Cimenyan, hal itu justru disambut sebagai gerakan tanam.
“Kalau kemampuan tanam hanya di musim hujan anak kecil juga bisa,” kata Toha Odik, 38 tahun, Ketua Himpunan Orang Tani Niaga (Hotani), grup pertanian yang bernaung di bawah Yayasan Odesa Indonesia. Toha beralasan, setiap orang makan saban hari dan butuh duit saban hari. Karena itu pekerjaan harus diciptakan di lahan pertaniannya dengan serius.
Bagaimana musim kemarau justru bertanam?
Basuki Suhardiman pendamping ekonomi pertanian Odesa Indonesia punya strategi. Setelah panjang memperhatikan persoalan pertanian, ia gulirkan wawasan ekonomi pertanian dan negara lain yang sering ia datangi, dan juga memahami keadaan masyarakat pertanian di Cimenyan.
“Pertama. Negara kita ini tropis. Punya dua musim. Ini sangat menguntungkan. Hujan dan kemarau, tinggal dimanajamen. Lahan yang masih berpotensi dengan air tinggal diatur pengairannya. Yang tidak ada air harus diatur jenis tanamannya. Misalnya kalau lahan minim air ya jangan tanam padi basah, tapi padi gogo. Dengan kata lain, memilih komoditas pertanian juga harus kreatif. Apalagi pasar kita ini sangat terbuka karena panen pertanian kita semuanya lemah,” terangnya.
Kedua, lanjut Basuki, model pekerjaan petani selama ini hanya ikut-ikutan tanpa pola yang intensif harus diubah. Tumpang sari jarang diterapkan. Satu petani tanam sayur semua ikut sayur. Satu tanam jagung semua ikut jagung. Akibat dari ikut-ikutan kebiasaan ini tidak terbangun tradisi berpikir secara kontekstual. Padahal menurut Basuki, petani masih bisa memanfaatkan beragam jenis tanaman.
“Itulah mengapa kami dari Odesa Indonesia menambah keanekaragaman bibit pertanian karena syarat kuatnya budaya pertanian adalah kaya akan keanekaragaman hayati, artinya kaya akan hasil panen. Dengan begitu bisa mendekatkan pada peningkatan ekonomi, termasuk meningkatkan keamanan ekosistem,” papar Pegawai Institut Teknologi Bandung ini.
Ketiga, dalam pertanian menurut Basuki sebenarnya petani bisa memperkuat ekonomi dan memperkuat tanaman itu melalui sistem pembibitan. Dengan kemampuan membibit sendiri petani bukan saja mendapatkan kemurahan untuk modal tanam di ladang, melainkan juga sebagai modal usaha penjualan bibit.
“Kami punya contoh konkret para pembibit kelor. Tanaman ini masih berpeluang besar untuk komoditas pangan sehat, minimal untuk herbal. Ada 18 pembibit yang bekerja di pekarangan mampu meningkatkan pendapatan ekonomi karena bibit kelor laris dijual. Lain dari itu bibit kelor juga bisa untuk penghijauan serta sebagai tumpang sari dengan tanaman lain seperti pada pertanian sayuran atau kebun kopi,” jelas Basuki.
Perlu tradisi baru pertanian
Ketiga pandangan di atas telah dipraktikkan oleh beberapa petani di yayasan Odesa Indonesia sehingga pertanian baik musim kemarau maupun musim penghujan tetap dinamis berjalan. Musim kemarau yang melanda Cimenyan sejak bulan Mei 2019 dan kemungkinan akan berakhir pada akhir Oktober 2019, dalam pandangan Basuki harus peluang usaha yang bagus tanpa perlu keluh-kesah.
“Minimal petani bekerja membibit tanaman. Kelor misalnya butuh waktu 8 bulan. Kopi butuh waktu 9 bulan. Kalau nanti kita tanam di ladang di musim penghujan, maka sekaranglah waktu yang tepat. Ada juga beberapa jenis tanaman lain yang masih mungkin ditanam di ladang seperti sorgum, jagung dan hanjeli,,” paparnya.
Basuki Suhardiman menambahkan, sejak bulan Mei 2019 lalu beberapa petani juga tetap menanam tanaman pangan. Selain terus menanam kelor, juga menanam sorgum (Sorgum putih untuk tepung dan sorgum merah untuk beras. Juga menanam hanjeli sebagai penghasil pangan bergizi untuk bubur dan kue. Grup pertanian Tanaman Obat Cimenyan (Taoci) juga mengembangkan perluasan tanaman Bunga Telang yang bermanfaat untuk minuman sehat. Ada juga program tanaman kumis kucing dan daun afrika.
“Kita harus membangun tradisi baru dalam pertanian supaya gerakan dinamika pertanian kita maju. Dengan pertanian model baru, teknologi yang tepat dan berguna, pengolahan pasca panen yang penuh keilmuan dan juga pemasaran yang serius kita optimis akan meraih kemajuan,” jelasnya. Odesa.id