Halal bi Halal Odesa dan Sejarah Kupat

Halal bi Halal tak lepas dari Sejarah Kupat-. Minggu, 21 April 2024 di Yayasan Odesa Indonesia ada kemeriahan. Puluhan orang yang terdiri dari pengurus, relawan dan petani berkumpul bersama bersilaturahmi dalam acara Halal Bi Halal. 

Idul Fitri Kupat
Lebaran Kupat Odesa Indonesia.

Di hari ke-12 Syawal 1445 H atau 21 April 2024 ini Odesa Indonesia menggelar acara halal bi halal yang tujuannya untuk mempertemukan para pegiat Odesa Indonesia. Uniknya, tema ketupat menjadi isu yang ditonjolkan oleh panitia dalam kegiatan tersebut.

Menurut Faiz Manshur Ketua Odesa Indonesia, kupat atau yang sekarang akrab disebut ketupat adalah bagian penting dari diri kita sebagai warga negara Indonesia. Kupat bukan sekadar makanan untuk nutrisi, melainkan memiliki makna penting terkait dengan filosofi, pangan, dan kebudayaan. 

Apa itu arti kupat? Yuk, kita kenali dan pahami supaya kita mendapatkan makna lebih jauh tentang salah satu budaya lebaran Indonesia tersebut.

Lebaran Kupat
Idul Fitri Kupat Odesa Indonesia 2024.

Sejarah Kupat Asal-Usulnya dari Sunan Kalijaga

Bicara masalah kupat atau ketupat tentu kita tidak akan lepas dari sosok Sunan Kalijaga, salah satu dari Walisongo. Dia memang bukan pembuat kupat, tetapi seorang yang menjelaskan dimensi kupat dengan pengertian khusus yang akan kita ketahui dalam bagian selanjutnya pada tulisan ini.

Setelah memiliki pemaknaan tentang kupat, Sunan Kalijaga saat itu memperkenalkan kupat sebagai unsur penting silaturahmi dalam perayaan idul fitri dengan menyebut kupat dengan menjelaskan kepanjangannya dari ngaku lepat, artinya memohon maaf atas kesalahan.

Tradisi silaturahmi setelah bulan puasa yang dikenal dengan bakda kupat ini biasa dilaksanakan oleh masyarakat muslim Jawa seminggu setelah lebaran. Mereka akan membuat olahan kupat untuk dimakan bersama-sama. Dengan mengedepankan kupat sebagai makanan itu secara simbolis orang Islam di kerajaan Demak berkumpul, makan bersama dan saling memaafkan satu sama lain.

Kebiasaan ini terus dilakukan secara turun-temurun dengan keragaman budaya di masing-masing daerah sampai saat ini. Harapannya agar antara saudara dan masyarakat sekitar bisa saling memaafkan sekaligus mempererat tali silaturahmi.

Perayaan kupatan ini juga menjadi simbol kebersamaan dan lambang kasih sayang dengan sesama. Tentu kita bisa merasakan kebersamaan yang begitu hangat saat bercengkerama sambil menyantap ketupat bersama-sama.

Apalagi momen lebaran biasanya jadi saat untuk berkumpul dengan keluarga yang tinggal berjauhan dan jarang bertemu di hari-hari biasa. Sehingga momen seperti ini pasti yang paling ditunggu-tunggu setiap tahunnya.

Sejarah Kupat
Kupat Idul Fitri Punya Sejarah.

Filosofi Kupat yang Menyimpan Makna Mendalam

Istilah kupat sendiri sebenarnya dimaknai sebagai “laku papat” atau empat tindakan. Keempat tindakan tersebut terdiri dari lebaran, luberan, leburan, dan laburan. Masing-masingnya punya makna tersendiri sebagai berikut.

1. Lebaran

Maknanya adalah tindakan yang sudah selesai. Sebagai tanda kita telah usai menjalani ibadah puasa dan sampai di hari kemenangan yang fitri.

2. Luberan

Simbol untuk bersedekah layaknya air yang meluber dari wadahnya. Jadi saat lebaran biasanya juga ada tradisi untuk berbagi atau bersedekah sebagai kebiasaan umat Islam di Indonesia.

3. Leburan

Maknanya adalah melebur dosa dengan saling bermaaf-maafan dan menjalin tali silaturahmi dengan sanak saudara juga kerabat lainnya. Sehingga terjalin hubungan yang baik dan mempererat tali persaudaraan antarsesama.

4. Laburan

Asalnya dari kata labur yang artinya mengoles dengan kapur putih. Maknanya tentu saja tentang hati kita yang kembali menjadi putih dan suci setelah menjalani ibadah di Bulan Ramadan juga saling bermaafan saat lebaran.

Selain itu, bentuk anyaman janur yang dipakai untuk membuat ketupat juga merupakan simbol dari keterikatan dan kesatuan antara keluarga juga masyarakat. Dalam proses pembuatannya membutuhkan ketelitian dan proses yang panjang. Mengajarkan kita tentang kesabaran, keseimbangan, kesempurnaan, persatuan, dan tentu saja keberkahan.

Makna di Balik Perayaan Lebaran Kupat

Meskipun memang identik dengan budaya masyarakat Jawa, lebaran ketupat ini juga dilakukan oleh masyarakat di beberapa daerah lainnya. Tentu saja dengan kearifan budaya dan kebiasaannya masing-masing.

Lebaran ketupat ini seperti rangkaian acara lanjutan dari lebaran idul fitri. Sehingga kita bisa berkumpul lagi, terutama dengan saudara atau kerabat yang belum sempat bertemu saat momen idul fitri.

  • Jadi simbol rasa syukur kepada Tuhan

Menyajikan ketupat dengan berbagai olahan masakan lainnya seperti opor ayam, rendang, kari ayam, dan lainnya adalah wujud rasa syukur kepada Tuhan. Rasa syukur atas segala rezeki dan keberkahan yang telah diberikan dalam kehidupan kita.

  • Penghormatan untuk padi

Ketupat yang berbahan dasar beras menggambarkan pentingnya budaya agraris terutama bagi masyarakat Jawa. Padi menjadi lambang kemakmuran dan kesuburan tanah. Membuat ketupat adalah salah satu cara masyarakat memberikan penghormatan pada berkah alam tersebut.

  • Penghargaan terhadap tradisi dan budaya

Menjalani tradisi lebaran ketupat tentu menjadi bagian dalam melestarikan dan menghargai budaya yang sudah ada sejak lama. Apalagi momen ini menjadi waktu yang tepat untuk menguatkan hubungan keluarga dan masyarakat.

Keikhlasan, kebersamaan, dan rasa syukur adalah makna yang tersirat dari tradisi lebaran ketupat ini. Setiap daerah mungkin memiliki ciri khas budayanya masing-masing, tetapi intinya tetap sama, yaitu mempererat tali silaturahmi.

Semoga kita bisa selalu diberikan kesehatan, kesempatan, dan keberkahan untuk bisa menjaga tradisi bakda lebaran seperti ini. Menyatu dalam kehangatan bersama keluarga, sekaligus mensyukuri rezeki kelimpahan pangan yang alam berikan untuk kita.[]

Penulis: Arinda Eka Putri

Admin: Fadhil Azzam

Pemaknaan Sejarah Kupat Odesa Indonesia

Bagi-Bagi Kupat Lebaran Odesa Indonesia

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Keranjang Belanja