Danurejo Temanggung

Desa Danurejo Bergiat Kelola Lingkungan

TEMANGGUNG. Dua minggu belakangan ini Kades Taufik Muqorobin dan beberapa warga rajin mengrimkan foto kerjabakti pemasangan paving ke grup WA Messenger “Eksotika Danurejo”. Foto-foto tersebut membuat saya penasaran dan ingin melihat kegiatan tersebut.

Oleh karena itu saya langsung meluncur ke Desa Danurejo, Kedu, Temanggung, ketika mendapat pesan dari Kades, Kamis (30/11/2016): “Pak hari ini ada kerjabakti di depan SD dekat lapangan, dilakukan oleh wali murid dan masyarakat.”




Semangat kerja bakti warga Desa Danurejo Temanggung untuk kebaikan lingkungan bersama.
Semangat kerja bakti warga Desa Danurejo Temanggung untuk kebaikan lingkungan bersama.

Gerimis mengantar saya sampai di lokasi Gang VII Dusun Sono, tempat kerjabakti memasang paving 1.880 meter persegi, berbiaya sekitar Rp 200 juta, untuk merapikan jalan kurang lebih 600 meter dengan lebar 3 meter. Ternyata tak hanya di Dusun Sono, kegiatan serupa juga sedang berlangsung di Gang VI Dusun Sabrang (1.160 meter persegi, Rp 120 juta) dan Gang IV Dusun Sepelas (550 meter persegi, Rp 60 juta).

Hujan mengusir saya dari lokasi kerjabakti menuju kantor desa. Pak Kades sedang menerima dua orang tamu pendamping desa, dan saya langsung ikut nimbrung. Setelah melepas lelah sejenak, sambil mengunyah camilan kue mangkok saya bertanya: “Pak sejak kapan dilakukan pavingisasi di desa ini?”

“Sudah lama ya, kami memulai tahun 2010 dengan biaya berasal dari beberapa sumber seperti swadaya masyarakat, APBD Pemkab, aspirasi anggota dewan, dan PPIP. Baru pada tahun 2016 ini menggunakan dana desa. Mudah-mudah tahun depan semua jalan di Desa Danurejo sudah terpasang paving, baik bikinan sendiri maupun beli,” jawabnya.

Memang benar, hampir seluruh jalan di tengah pemukiman warga sudah terlihar rapi. Sedangkan jalan yang belum diperbaiki berada di lingkar pinggir desa bagian barat, selatan dan timur desa, termasuk jalan akses keluar melalui belakang di sebelah timur Dusun Sono.

Kades Taufik menjelaskan bahwa biaya jalan paving lebih murah dibanding aspal. Secara teknis perawatannya sangat mudah sehingga bisa ditangani secara mandiri. Dan perbaikan jalan paving tidak mengakibatkab permukaan semakin tinggi. Secara artistik jalan paving terlihat lebih rapi dan indah. Namun yang paling utama adalah ramah lingkungan karena mampu menyerap air.

“Sejak awal menjabat sebagai kades, saya mencoba melakukan sosialisasi dan pendekatan kepada para pemangku dan tokoh masyarakat untuk menjelaskan pentingnya membangunan desa yang berwawasan lingkungan. Visi ini penting disampaikan agar masyarakat tumbuh kesadaran untuk menjaga kelestarian alam Desa Danurejo yang luar biasa. Njenengan sendiri pernah bilang kalau Danurejo sangat eksotis, bukan?,” imbuhnya tanpa menunggu pertanyaan saya mengenai dasar pemikiran pavingisasi.

Serius Mengelola Lingkungan

Kades Danurejo tidak omong kosong, beberapa embrio pengelolaan lingkungan sudah dibuat. Sebagai contoh, di Dusun Sono terdapat sanitasi dan penampung kotoran manusia secara terpusat. Upaya ini dilakukan demi menjaga kesehatan warga dan mencegah pencemaran tanah. Ke depan akan dilengkapi dengan instalasi bio gas.

Selain itu sampah di Desa Danurejo juga dikelola dengan baik oleh masyarakat. Sampah rumah tangga dikumpulkan oleh remaja dengan menarik iuran seribu rupiah per minggu. Di tempat penampungan dilakukan pemilahan untuk diolah menjadi pupuk kompos dan barang rosok, sedangkan sisanya ditimbun dengan tanah.

“Dulu sampah yang dikelola oleh warga Gang II bisa menghasilkan uang Rp 6 juta digunakan untuk pengajian dan kegiatan remaja. Sedangkan Gang III menggunakan hasil sampah untuk studi banding pengelolaan sampah di Sleman dan Purworejo.” kata Pak Kades sambil berdiri minta ijin ke belakang.

Tak hanya itu, rupaya kelompok peternak sapi Dunurejo juga menerapkan pengelolaan limbah ternak menjadi bio gas. Namun karena jumlah sapi hanya delapan ekor maka baru bisa digunakan untuk dua kompor gas. Sapi yang dikelola berasal dari bantuan anggota DPR-RI. Sekarang sedang direncanakan usaha peternakan kambing yang dikelola oleh masyarakat, berdampingan dengan peternakan ikan air tawar.

Desa Danurejo termasuk gemah ripah loh jinawi, memiliki sumber daya alam yang terdiri dari lahan pertanian subur, mata air yang berlimpah, dan pengairan pertanian yang berasal dari tiga aliran sungai. Selain itu juga pemandangan alam desa yang sangat indah, berupa hamparan sawah yang berpadu dengan bentang alam gunung Sindoro-Sumbing yang megah. Namun mereka tidak lerlena dengan kondisi yang memanjakan.

Sekarang sudah tumbuh kesadaran mengenai keseimbangan alam. Sehingga tidak heran untuk menjaga kualitas air tanah Danurejo sejak 2012 sudah dibuat sumur resapan sebanyak 15 buah yang tersebar di pekarangan rumah warga. Sumur berukuran lebar 1 meter persegi dengan kedalaman 3 meter, diisi batu, koral, dan paling atas ijuk. Fungsi sumur resapan untuk menampung air hujan agar tidak langsung terbuang tapi meresap ke dalam tanah.

Sebelum obrolan dihentikan oleh makan siang, Kaur Kesra Ma’ruf menambahkan bahwa konsep Pertanian Permakultur atau Pertanian Ekologis yang mengintegrasikan budidaya pertanian, peternakan, pengelolaan limbah menjadi pupuk dan energi –yang pernah kami bahas bersama kades dan perangkat desa– akan direalisasi tahun 2017.




“Alhamdulillah” kata saya. Kemudian Pak Kades mengakhiri berpincangan dengan penutup: “Saya sudah konfirmasi kepada BPD bahwa program pembangunan desa yang sudah dilakukan dan sedang direncanakan bisa dilanjutkan”.(Andy Yoes Nugroho)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Keranjang Belanja