SHNet, Bandung – Politik demokrasi di Indonesia tergolong tidak produktif. Masyarakat sudah berkembang dalam modernisasi dan seharusnya menggunakan modernisasi untuk usaha humanisasi dan produktivitas hidup seringkali terjebak pada konflik-konflik politik yang urusannya tidak produktif seperti polemik identitas agama.
Pandangan tersebut disampaikan oleh Faiz Manshur, Penggagas Gerakan Civic Islam Indonesia yang belakangan ini bergerak aktif di organisasi Odesa Indonesia mengorganisir para petani di Kawasan Bandung Utara (KBU).
“Banyak persoalan di akar rumput yang membutuhkan perhatian serius. Sampai sekarang negara absen terhadap pelayanan rakyat, terutama pada rakyat kecil. Elit-elit politik tidak serius membawa programnya dalam menjawab persoalan. Kelompok intelektual juga lemah dalam membela hak-hak warga negara marginal,” katanya dalam perbincangan dengan SHNet, Selasa 14 Maret 2016.
Secara terbuka Faiz Manshur mengajak kelas menengah di perkotaan agar terjun ke masyarakat secara langsung karena dengan cara itulah persoalan utama bangsa, yaitu kesenjangan. Beberapa kesenjangan yang menurut Faiz Manshur penting direspon di antaranya adalah kesenjangan ekonomi, kesenjangan informasi, kesenjangan pembangunan infrastruktur, kesenjangan layanan kesehatan, dan pelayanan terhadap warga lemah fisik atau kelompok lanjut usia yang diabaikan oleh negara.
“Menyelamatkan demokrasi perlu terjun ke lapangan. Masuk ke persoalan kehidupan akar rumput. Di sana kita akan menemukan fakta-fakta yang selama ini berbeda jauh dari apa yang kita dapatkan dari media mainstream. Kenyataan tentang problem kemiskinan misalnya, juga berbeda dari konsepsi-konsepsi teoritik yang selama ini kita pelajari. Terjun ke lapangan juga akan memperkaya kita karena di sana terdapat banyak pengetahuan dari kenyataan dan bahkan menuntut kita mengubah cara pandang pengetahuan dan bahkan akan mendorong kita menyusun pengetahuan cara guna menjawab persoalan rakyat,” paparnya.
Menurut Faiz Manshur, saat ini masyarakat membutuhkan aksi-aksi berkarakter Citizenship dari para ilmuwan, peneliti, jurnalis dan aktivis untuk aksi di lapangan. Para aktivis di lapangan ini sangat berguna jika kemudian mampu mewartakan keadaaan-keadaan yang tidak banyak diketahui oleh masyarakat karena sejauh ini media mainstream hanya asyik mewartakan isu-isu perkotaan dan abai terhadap persoalan rakyat bawah.
“Misalnya di Cimenyan Kabupaten Bandung. Hanya berjarak beberapa kilometer dari Kota Bandung situasinya sangat memprihatinkan. Negara tidak hadir di sana. Banyak yang kaget ketika teman-teman kami mengangkat problem warga yang melarat dan hidup seperti situasi 1980an. Ini tantangan bagi kita untuk menguji ilmu pengetahuan yang kita miliki, menguji keyakinan agama untuk berbuat kebaikan, sekaligus menguji komitmen kemanusiaan kita. Apakah kita bisa menjawab persoalan tersebut?,” tantangnya.
Faiz menegaskan, untuk meraih keberhasilan berdemokrasi hanya dengan cara menjawab problem mendasar rakyat. Sebab menurutnya, demokrasi adalah sarana untuk perwujudkan kesejahteraan dan keadilan. Salahsatu caranya adalah kaum intelektual masuk menemui fakta-fakta di lapangan, memahami, kemudian menafsirkan dan menyampaikan fakta tersebut ke ruang publik.
“Dan itu bisa mewujud kalau ada usaha keras dari kelas menengah. Mustahil harapan kebaikan itu tercapai tanpa usaha serius masuk ke persoalan yang sesungguhnya.” (Rais/Fahmi) Sumber:
Sinar Harapan
Komentar ditutup.