Fasilitator Pendidikan Sekolah SAMIN Yayasan Odesa Indonesia, Yuliani Liputo mengatakan, anak-anak dari desa tertinggal bisa mendapatkan pengetahuan yang baik dengan catatan para penyelenggara pendidikan menemukan model yang tepat. Menurutnya, anak-anak petani yang belajar Sekolah SAMIN Yayasan Odesa Indonesia itu memiliki rasa ingin tahu yang besar, semangat tinggi dan antuasias dalam setiap menjalankan instruksi-instruksi praktik pembelajaran aktif.
“Masa-masa awal kami berkegiatan mereka terlihat kikuk, tidak percaya diri, tetapi setelah lebih 8 pertemuan, saya melihat mereka berubah begitu cepat. Mereka bahkan kelewat agresif dalam belajar karena keakraban mereka dengan fasilitator,” kata Penerjemah Penerbit Mizan ini, sesuai mengajar puluhan anak-anak petani di Pasir Impun, Desa Cikadut Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung, Minggu 12 Agustus 2018.
Menurut Yuliani model implementasi materi pembelajaran pada anak-anak, terutama yang hidup dalam situasi terbelakang harus lebih mendekatkan diri dengan dunia kehidupan mereka. Setiap bahan pelajaran diusahakan dekat dengan lingkungan keseharian mereka atau dekat dengan imajinasi mereka. Dan yang terpenting pada praktik tersebut kegiatan pendidikan harus bersandar pada prinsip kebebasan berekspresi. Salahsatu model literasi yang diterapkan dan mendapat perhatian anak-anak peserta didik adalah model writing prompt.
“Writing Prompt ini adalah usaha memancing kemampuan menyusun kalimat panjang dengan cara memancing dengan satu kalimat dasar. Dengan pendampingan ini mereka bisa lebih cepat maju dalam bahasa, menulis dan berbicara,” terangnya.
Sekolah SAMIN yang digelar Yayasan Odesa Indonesia ini adalah sekolah Sabtu-Minggu, disingkat SAMIN. Sekolah SAMIN yang digelar di Pasir Impun dan Cisanggarung Desa Cikadut Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung ini merupakan kegiatan Pendidikan Luar Sekolah guna melayani waktu luang anak-anak desa dengan prinsip sekolah yang menyenangkan. []