

Jumat, 26 Juni 2020, Ramlan Gumilar, Ketua Odesa Garut berkoordinasi ke Yayasan Odesa Indonesia di Cimenyan. Ia mengambil buku bacaan, mengambil bantuan pakaian untuk fakir-miskin, dan juga mengambil bibit tanaman herbal.
Ramlan meminjam buku bacaan anak-anak petani yang berdomisili di Kp. Cigalumput Desa Sindangsuka Kecamatan Cibatu.
karena pekan lalu kegiatan literasi Odesa Institute di Garut sudah dimulai. Kegiatan literasi ini akan mengadopsi model kegiatan Sekolah Samin (Sabtu Minggu) yang sudah dilakukan di Cimenyan Kab.Bandung.
Hanya saja, seperti biasa, saat memulai kegiatan selalu muncul kekurangan atau gagap praktik. Itu sudah biasa. Dulu waktu Ramlan pingin menggerakkan menanam kelor juga sedikit gagap. Tetapi nyatanya saat praktik mudah sekali dilakukan. Beberapa orang yang sepaham merapat ke Odesa Indonesia dan belajar kemudian langsung dipraktikkan. Tiga bulan kemudian bibit berhasil dimiliki, kemudian pada enam bulan kemudian bibit menyebar di ladang-ladang petani. Semua dilakukan dengan teladan, dengan aksi langsung.
Ramlan seorang aktivis Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dan Pengurus KNPI Garut. Ia menginginkan pergerakan sosialnya benar-benar nyambung dengan kehidupan masyarakat yang dihadapinya. Dan memilih menyatu dengan Odesa Indonesia karena punya program yang jelas dan bisa dilakukan secara mudah.
Terkait dengan literasi, sebenarnya memang mudah dilakukan di desa-desa. Syaratnya adalah 1) ada penggerak satu orang yang benar-benar merasa dituntut kewajibannya untuk mengajar. Ia sadar bahwa mengajar literasi itu wajib sehingga jika tidak dilakukan ia merasa berdosa. Ramlan memang baru insyaf bahwa pergerakan di organisasi sering tidak menjawab problem.
Sementara problem kecil seperti anak-anak melek bacaan disertai pembangunan karakter tidak pernah dilakukan oleh banyak organisasi besar. Jadi dengan dirinya memulai, sebagaimana ia melakukan menanam kelor dengan praktik, nyatanya berhasil dilakukan. Bagi kita yang sadar tangggungjawab sosial, lakukanlah kegiatan literasi.
Soal jumlah siswa jangan jadi acuan. Ajak yang bersedia. Mulailah dari 1 anak. Nyatanya di Garut dengan mobilisasi sederhana yang datang pertama kali 9 orang, kemudian minggu depan peserta mendaftar lebih 20 orang.
Syarat ke 2, adalah kesediaan seseorang fasilitator untuk konsisten. Jangan sering meliburkan kegiatan. Apapun alasannya kegiatan pada hari minggu sebagai hari belajar bersama adalah wajib. Syukur-syukur dilakukan juga pada hari yang lain.
Kesukarelawanan dalam pendidikan ini sebenarnya bisa dilakukan oleh banyak orang yang berpendidikan lebih tinggi. Sayangnya memang banyak alumni perguruan tinggi pulang ke kampungnya juga tidak peduli literasi dan enggan mengajar anak-anak desa.
Sekarang Garut punya kegiatan literasi bernama #Segar atau kependekan dari #SekolahGarut. Tujuannya adalah memperkokoh ilmu pengetahuan bagi anak-anak petani di desa dengan praktik literasi.
Urusan hidup warga desa tentu meluas bukan sekadar urusan pertanian dan anak-anak petani. Kita bicarakan juga problem ekonomi, krisis lingkungan dan persoalan politik lokal.
Diskusi memecahkan problem yang terjadi pada level-level perdesaan selalu menarik. Kita punya peluang mengubah banyak keadaan dengan pergerakan karena dunia literasi sesugguhnya memang harus diperkuat dari perdesaan. [Faiz Manshur]
Leave a Reply