Petani Desa Mekarmanik Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung, mulai memanen hanjeli (coix lacryma jobi) atau yang dikenal jaji-jali. Tanaman yang dinegeri Cina disebut Ma Yuen itu dikenal sebagai bahan pangan bergizi dan medis karena kemampuannya mencegah beragam jenis kanker.
Oleh Yayasan Odesa Indonesia, Hanjeli jenis beras ini dikembangkan di Kawasan Bandung Utara untuk beberapa tujuan 1) Sumber Gizi petani, 2) Mengatasi pengangguran terselubung petani di musim kemarau, 3) Mencegah erosi, 4) Pengendali hama bagi tanaman pangan dan tanaman buah lainnya, 5) Penyubur tanah karena akar hanjeli kaya nitrogen dan phospor. 6) Sumber pakan ternak domba/sapi.
Ketua Pembina Yayasan Odesa Indonesia Budhiana Kartawijaya yang pada tahun 2018 lalu mengusahakan dan menyebarkan ke para petani di desa Cikadut dan Mekarmanik berharap para petani mulai membangun kekuatan pangan bergizi dari rumah tangganya.
“Mau dapat makanan ya tanam, bukan beli. Itu cara pikir yang kita kembangkan. Adapun setelah petani mendapatkan gizi, sebagian di jual itu tujuan kedua. Kita harus pikirkanbahwa kualitas gizi anak-anak petani di desa harus dioptimalkan karena sumber daya manusia Indonesia harus bagus gizinya, Kata Budhiana yang hari itu menyempatkan waktu dari Kota Bandung menuju bukit Oray Tapa berjarak 20 km untuk mengapresiasi kerja para petani Kelompok Himpunan Orang Tani Niaga (Hotani).
Menurut penuturan banyak petani di Cimenyan, pada era pra 1990an, Hanjeli sudah ada di Bandung Utara, sayang karena tidak ada edukasi pemanfatan orang hanya tahu sebagai bahan mainan. Budhiana melihat bahwa tidak seriusnya pemerintah mendorong ilmu pertanian menjadikan petani tidak produktif. Kekayaan tanaman sering hilang bahkan dengan model pertanian monoculture sayuran pendek menyebabkan erosi.
“Kita harus terus meningkatkan pengetahuan karena setiap tanaman banyak memberi manfaat besar bagi kemajuan manusia di desa,” jelas Budhiana.
Sejak tahun 2018 Yayasan Odesa Indonesia melalui Grup Pertanian Tanaman Obat Cimenyan (Taoci) telah mendorong petani menanam tanaman ini di beberapa ladang desa Cikadut. Menurut Budhiana, mulanya para petani ragu karena khawatir tidak bisa mengelola hasil panen dan menjualnya. Namun seiring dengan rutinitas pengorganisasian, para petani mulai banyak yang menerima gagasan Odesa Indonesia karena Odesa Indonesia juga melayani proses penggilingan serta mengajarkan kuliner sederhana sebagai bahan makanan olahan terutama bubur jali.
“Kalau kita telaten dan mendampingi mereka dari hulu hingga hilir, termasuk kesediaan menampung hasil panen dengan pembayaran, para petani tertarik melakukan hal-hal yang baru. Target kita kegiatan pertanian Ramah Lingkungan ini menjadi tradisi. Kita mulai dari 12 petani pada tahun 2018, dan sekarang sudah lebih 25 petani menanam hanjeli, juga menanam sorgum dan kelor. Petani didampingi ekonomi dan pengetahuannya, anak-anak petani juga mendapatkan kesempatan belajar tentang manfaat botani,” jelas Budhiana. https://odesa.id