Mengulas Misteri Siklus Alam
Oleh Gabriella Chandrakirana
Asisten Peneliti
Memasuki musim hujan, bencana tanah longsor atau erosi mulai banyak terdengar. Seringkali alam disalahkan atas terjadinya bencana tersebut. Namun, apakah kita paham mengenai siklus yang terjadi di alam?
Bagaimana Siklus Alam Bekerja?
Fenomena tentang cara alam menjaga keberlangsungan kehidupan menjadi hal yang menarik untuk dibahas. Peter Wohlleben dengan dengan ulasannya berjudul “Creatures in Your Coffee” mengungkapkan bahwa material organik dan anorganik di alam hidup berdampingan dan membentuk siklus. Siklus yang terjadi di alam berperan penting dalam menjaga kehidupan.
Jadi, sebuah bencana terjadi juga akibat dari siklus. Lalu, apakah benar-benar menjaga kehidupan atau justru menghancurkan? Kita bahas bersama-sama pada artikel ini, ya!
Air Sebagai Fasilitator Proses yang Ada di Alam
Keberlangsungan siklus di alam membutuhkan sebuah fasilitator yang dapat mengangkut nutrisi dari tanah. Air memainkan peran fasilitator tersebut. Sebagai fasilitator, air mentranspor nutrisi untuk pohon-pohon di hutan serta tanah di berbagai belahan bumi.
Air yang berbentuk cairan mampu melarutkan senyawa esensial yang dibutuhkan tanaman. Nantinya, tanaman akan menyerap nutrisi tersebut melalui akar. Sekarang pertanyaannya, bagaimana jika nutrisi tersebut habis?
Air Mampu Mentranspor Nutrisi
Sumber daya alam sejatinya tidak akan pernah habis. Alam telah menyediakan semuanya dengan jumlah yang sangat banyak. Bahkan alam mampu mendaur ulang, sehingga sumber dayanya tidak pernah habis.
Ketika tanaman hidup, mereka mengkonsumsi nutrisi di dalam tanah yang larut oleh air. Ketika tanaman mati, tanaman akan mengembalikan nutrisi tersebut ke dalam tanah. Ajaib, bukan?
Dekomposer, seperti bakteri dan jamur berfungsi untuk memecah bangkai tanaman menjadi nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman. Sehingga, tumbuhan yang hidup tidak akan pernah kekurangan nutrisi. Material organik dan anorganik yang digunakan untuk bertumbuh, dikembalikan lagi ke alam sehingga tanaman yang baru dapat tumbuh dengan baik.
Menjaga Ketersediaan Air di Alam
Air tanah atau dikenal sebagai groundwater memberi kehidupan bagi banyak organisme. Seperti Crustacea, hingga kutu air menggantungkan hidupnya dengan groundwater. Mereka hidup di tempat yang dalam dan gelap, lalu sesekali muncul ke permukaan seperti kopi di pagi hari.
Air sangat penting bagi keberlangsungan hidup berbagai spesies, mulai dari mikroba sampai manusia. Ajaibnya, tanaman dapat menjaga stok air di bumi. Bagaimana caranya?
Studi menunjukkan bahwa tanaman dapat berperan sebagai spons alami. Mereka dapat membantu penyerapan air hujan ke dalam tanah, sekaligus mencegah pengikisan permukaan tanah.
Tetapi, penyerapan air secara optimal hanya dapat dilakukan oleh pepohonan yang ada di hutan. Ukuran pohon yang besar berpengaruh terhadap kapasitas penyerapan air. Sehingga penting bagi kita untuk turut menjaga hutan agar jumlah air tetap melimpah, serta siklus alam tetap berlangsung.
Baca juga: Belajar Bijaksana dan Bertahan Hidup dari Alam
Bencana Alam Merupakan Bagian dari Siklus Alam
Dalam tulisannya, Peter Wohlleben menyampaikan hal yang menarik bahwa bencana alam merupakan bagian dari siklus alam. Namun gagasan tersebut menimbulkan pertanyaan, apabila alam dikatakan sebagai sumber kehidupan, bukankah idealnya tidak terjadi bencana?
Bencana alam adalah bentuk sebab-akibat dari aktivitas yang berlangsung di alam. Kerusakan alam dapat mengganggu keseimbangan. Karena ada satu bagian yang rusak, maka siklus alam justru menimbulkan bencana.
Kembali pada bencana alam yang sempat kita singgung di awal, yaitu erosi. Terjadinya erosi adalah akibat dari aliran air deras yang tidak dapat diserap sempurna ke dalan tanah. Ketika terjadi hujan deras, lapisan tanah di area vertikal perlahan-lahan akan terkikis bersamaan dengan material organik yang ada.
Sebetulnya, erosi adalah peristiwa alami yang melibatkan perpindahan nutrisi dari tanah dari suatu area ke area yang lain. Kita hanya tahu erosi bersifat menghancurkan, tanpa mengerti bagaimana siklus alam bekerja. Selain itu, alam ini cerdas. Alam memiliki caranya sendiri untuk menghentikan erosi.
Pepohonan di hutan merupakan benteng yang mencegah kerusakan akibat erosi. Dedaunan berperan sebagai kanopi yang memperlambat penurunan air ke tanah. Tujuannya yaitu untuk memberi waktu bagi tanah agar dapat menyerap air.
Bayangkan saja jika tidak ada pohon. Apakah siklus alam dapat berlangsung sempurna? Meskipun ada lahan hijau yang tersusun dari rerumputan atau tanaman perkebunan, kemampuan rumput dalam menyerap air jauh berbeda dari pohon.
Menjaga Siklus Alam dengan Perspektif Baru
Seperti pada ulasan sebelumnya, bahwa alam memiliki caranya sendiri dalam menjaga keberlangsungan hidup. Kita sebagai manusia tidak perlu menginterupsi proses yang ada di alam. Kita hanya perlu membiarkan alam dengan tatanan normalnya.
Misalnya seperti mengganti lahan hutan untuk perkebunan namun membabat habis pohon-pohon yang sudah ada. Jika nanti terjadi erosi dan tanah longsor sepenuhnya, itu salah siapa?
Apalagi suhu bumi belakangan ini terus mengalami peningkatan akibat perubahan iklim. Aktivitas manusia yang mengeksploitasi lahan, pembakaran, serta penggunaan gas-gas beracun menjadi beberapa penyebab perubahan iklim.
Ketika terjadi peningkatan suhu, maka penguapan air tanah terjadi lebih cepat. Padahal dalam kondisi kekeringan pohon juga memerlukan banyak air, sama seperti manusia. Peristiwa tersebut menyebabkan stok air tanah menipis.
Dalam peristiwa genting pun, pohon tetap dapat menjaga stok air tanah. Tapi, masalah kemudian muncul apabila hutan dieksploitasi menjadi lahan pertanian. Hal tersebut menimbulkan efek domino, hingga ujungnya adalah bencana alam. Lantas, ketika bencana alam terjadi manusia justru menyalahkan alam.
Selalu ada makna dari tatanan alam yang sudah ada. Komponen yang ada di alam hidup saling berdampingan untuk memastikan kehidupan tetap berjalan dengan semestinya. Kita sebagai manusia boleh menikmati hasil alam, asal jangan mengeksploitasi.
Baca juga: 5 Manfaat Bunga Matahari untuk Memajukan Pertanian di Indonesia
Penulis: Gabriella Chandrakirana
Admin: Fadhil Azzam