Harapan di ladang yang terlupakan

Menemukan Harapan di Ladang yang Terlupakan

Astrid Novianti

Oleh Astrid Novianti
Penulis Freelancer. Kontributor website odesa.id

Di balik ladang yang subur, ada orang – orang yang berjuang dengan tantangan yang terus digerus oleh arus modernisasi. Untuk mengubah Nasib, diperlukan kerja sama yang melibatkan berbagai pihak

Kemiskinan bukan sekedar angka yang tertera di laporan statistik; ia adalah cerita yang tak terungkap dari ribuan orang yang hidup dalam bayang-bayang ketidakpastian. Di setiap sudut dunia, banyak orang yang terjebak untuk melawan kekurangan—berjuang untuk mendapatkan makan, tempat tinggal dan juga akses terhadap pendidikan yang layak.

Pada September 2024, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa hampir 25 juta orang di Indonesia masih terjebak dalam kemiskinan. Penyebabnya beragam, mulai dari ketimpangan akses pendidikan dan kesempatan kerja hingga kurangnya layanan kesehatan yang memadai. Berdasarkan data Bank Dunia, banyak penduduk miskin tinggal di daerah pedesaan dengan akses terbatas terhadap fasilitas pendidikan dan pelatihan keterampilan yang memadai. Selain itu, ketidaksetaraan distribusi pendapatan menyebabkan sebagian besar kekayaan terpusat di kalangan segelintir orang, sementara sebagian besar penduduk, terutama di daerah luar Jawa, tetap terperangkap dalam kemiskinan struktural yang sulit diatasi tanpa reformasi sistemik.

Data terbaru yang dirilis pada Januari 2025 mengungkapkan bahwa sebagian besar dari mereka adalah petani dengan pendidikan yang terbatas, banyak di antaranya hanya menyelesaikan pendidikan setingkat SD. Namun, kondisi ini menjadi lebih kompleks ketika kita mempertimbangkan bahwa meskipun sektor pertanian adalah tulang punggung ekonomi Indonesia, banyak petani yang terpaksa bergantung pada lahan terbatas dan hasil yang sangat dipengaruhi oleh cuaca dan musim.

Tanpa dukungan teknologi pertanian modern dan akses pembiayaan yang memadai, petani kesulitan meningkatkan hasil panen, yang semakin memperburuk keadaan ketika pendapatan mereka tidak berkembang seiring dengan meningkatnya biaya hidup. Pendidikan yang terbatas menambah tantangan mereka, memperkecil peluang untuk memperoleh pekerjaan dengan gaji lebih tinggi atau keterampilan yang lebih produktif. Akibatnya, banyak petani terjebak dalam siklus kemiskinan yang sulit diputuskan

Baca juga: Pentingnya Manusia Belajar Hidup dari Kehidupan Hutan

Membangun Kekuatan Kolektif untuk Kesejahteraan

Mengacu pada hasil International Conference Food and Agriculture Organization (FAO), petani kecil di negara berkembang, termasuk Indonesia, berada dalam posisi yang sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim. FAO menekankan bahwa untuk meningkatkan ketahanan mereka, petani membutuhkan akses yang lebih baik ke teknologi modern dan pelatihan yang dapat memperkuat kapasitas mereka dalam menghadapi tantangan tersebut. FAO juga menggarisbawahi pentingnya  peran aktif masyarakat, pemberdayaan petani, serta aksi kolektif—yang mencakup kolaborasi antara petani, kelompok masyarakat, dan berbagai lembaga—dalam mengubah sistem pertanian yang ada.

Dalam konteks ini, gerakan sosial punya peran besar dalam memperjuangkan hak-hak petani dan mendorong kebijakan yang benar-benar berdampak pada hidup mereka.. Bayangkan jika petani, komunitas lokal, dan organisasi lainnya bersatu untuk memperkenalkan teknik pertanian berkelanjutan, memerangi ketimpangan akses terhadap teknologi, atau bahkan berjuang untuk harga yang adil di pasar. Gerakan semacam ini bisa menciptakan gelombang kesadaran yang luas, mendorong lebih banyak orang untuk terlibat, dan memberi dorongan bagi para pembuat kebijakan untuk bertindak. Saat suara-suara ini bersatu dalam aksi kolektif, perubahan bukan lagi sekadar harapan, melainkan kenyataan yang menguntungkan semua pihak—petani, masyarakat, dan sektor pertanian secara keseluruhan.

Di Indonesia, berbagai gerakan sosial telah membawa perubahan yang signifikan bagi petani, memberikan harapan baru di tengah tantangan yang terus menghalangi mereka. Gerakan-gerakan ini bukan hanya tentang membantu petani bertahan hidup, tetapi lebih jauh lagi, tentang memfasilitasi mereka untuk berkembang dan bangkit menuju kesejahteraan yang lebih baik. Melalui inisiatif pemberdayaan, petani kini memiliki kesempatan untuk mengakses pasar yang lebih luas, mendapatkan teknologi pertanian yang lebih canggih, serta memperoleh pelatihan yang membekali mereka dengan keterampilan baru untuk meningkatkan hasil pertanian mereka.

Dampak gerakan sosial sebagaimana yang dijalankan oleh Yayasan Odesa Indonesia di Bandung misalnya, lebih dari sekadar peningkatan produksi.  Gerakan ini juga mengambil peran ekologi dengan  memadukan antara kemajuan ekonomi dan kelestarian alam. Oleh pengurus Odesa, petani diajak untuk mengadopsi praktik pertanian yang ramah lingkungan, yang tidak hanya meningkatkan hasil panen tetapi juga menjaga keseimbangan ekosistem. Dalam konteks ini, keberlanjutan bukan hanya menjadi pilihan, melainkan suatu keharusan yang dapat memastikan masa depan yang lebih cerah, baik bagi petani itu sendiri maupun bagi generasi yang akan datang.

Yang lebih menggembirakan, gerakan sosial seperti yang dilakukan Odesa Indonesia tersebut juga memberikan petani rasa percaya diri dan kontrol atas nasib mereka. Mereka tidak lagi menjadi pihak yang terpinggirkan dalam sistem pertanian, melainkan menjadi pelaku utama yang mampu membuat keputusan yang menentukan arah pembangunan pertanian di tanah air. Dengan dukungan yang mereka terima, petani kini lebih mandiri, lebih berdaya, dan memiliki peran penting dalam menciptakan sistem pertanian yang tidak hanya produktif, tetapi juga ramah lingkungan dan berkelanjutan. Gerakan-gerakan ini tidak hanya menciptakan perubahan dalam dunia pertanian, tetapi juga meresap ke dalam fondasi masyarakat, memberikan pelajaran berharga tentang kekuatan kolektif dalam mengubah masa depan.

Melihat kesuksesan diatas bisa menyadarkan kita bahwa kita semua punya peran dalam mewujudkan perubahan positif bagi petani miskin. Gerakan sosial yang terorganisir dan solid bukan hanya membuka peluang baru untuk mereka, tetapi juga memberikan dukungan yang sangat dibutuhkan, mulai dari akses ke pendidikan, teknologi, hingga kebijakan yang mendukung kesejahteraan petani. Tanpa gerakan sosial yang kuat, tantangan besar di sektor pertanian akan tetap ada, dan kemiskinan akan terus menghambat mereka yang bekerja keras di lahan pertanian.

Oleh karena itu, mendukung gerakan sosial di sektor pertanian menjadi langkah penting untuk menciptakan masa depan yang lebih adil, berkelanjutan, dan penuh harapan. Jangan pernah meremehkan kekuatan bersama, karena setiap langkah kecil kita dapat mengubah hidup mereka yang membutuhkan.[]

Baca juga: Belajar Bijaksana dan Bertahan Hidup dari Alam

Penulis: Astrid Novianti

Admin: Fadhil Azzam

Keranjang Belanja
  • Your cart is empty.