OLEH KHOIRIL ANWAR. Pendamping Keluarga Pra-Sejahtera
Mencari uang itu tidak mudah. Siapapun yang belum memiliki ketetapan sebuah usaha akan merasakan hal tersebut. Keadaan susah mencari sumber penghasilan ini menjadi problem dalam kehidupan masyarakat lapisan bawah, terutama di kalangan pendapatan di bawah Rp 1.500.000 setiap bulan, atau Rp 50.000 setiap hari. Semakin sedikit pendapatan, semakin sulit mengembangkan ekonominya. Biasanya golongan ekonomi level bawah ini hanya bisa meningkatkan ekonominya dengan kompensasi berpisah dari keluarganya, dan itupun pasti akan terkena pengeluaran yang tinggi.
Fenomena usah meningkatkan pendapatan ekonomi pada kelas berpenghasilan di bawah 4 USD ini merajalela dari tahun ke tahun, dari zaman ke zaman di negara-negara dunia ketiga dan negara miskin.
Masyarakat di pinggir Kota Bandung (wilayah Kabupaten Bandung) tempatnya Odesa Indonesia bergiat mengurus keluarga pra sejahtera misalnya, kini berhasil mendorong banyak petani berpikir realistis. Ketika mencari uang itu tidak mudah, mereka harus bekerja demi kelangsungan hidupnya.
Lahan yang sempit juga menjadi problem. Tetapi yang terpenting dalam mengatasi problem ini, harus selesai dulu soal kesediaan mengubah diri mereka; dari yang tadinya tidak tahu belajar menjadi tahu. Dari yang tadinya malas mengurus tanah kecil menjadi semangat penuh dedikasi. Dari yang tadinya tidak menjadi uang kemudian berubah menjadi uang.
Jejen Asikin dan Ai Wahyu misalnya, ia merupakan bagian dari gerakan Odesa Indonesia. Kehidupan mereka di bidang transportasi sebagai sopir tidak akan selalu menolong kebutuhan hidup mereka. Sementara di rumahnya satu petak tanah bisa memberikan semangat hidup. Perubahan setahap demi setahap berlangsung. Bahkan yang tadinya tidak minat bertani kini akan memilih bertani dengan cara mencari kontrak lahan.
“Saya mulai mengerti bagaimana bertani yang menghasilkan dan saya bersedia bertani serius dengan cara yang baru ini,” kata Ai Wahyu, seorang Sopir Bus jurusan Bandung-Tuban yang beberapa bulan belakangan harus undur diri karena dirinya didera penyakit stroke. Ai Wahyu semangat dalam pertanian ini karena selain menghasilkan, juga menyehatkan. Penyakit strokenya yang pulih juga dibantu oleh makanan herbal yang ia konsumsi saban hari yaitu Daun Afrika dan Kelor.
Kehidupan orang-orang kecil yang butuh solusi keci selanjutnya dimajukan dalam ruang kebesaran ekonomi kreatif adalah sangat penting ditegakkan.
Odesa Indonesia melihat kenyataan tersebut sebagai sesuatu yang paling penting untuk diselesaikan. Orang-orang kekurangan ekonomi biasanya buntu dalam berpikir, karena itu harus dicarikan jalan keluar. Tani pekarangan adalah solusi bagi mereka yang pendapatannya di bawah Rp 50.000. Sebab dengan tani pekarangan mereka secara langsung akan mengurangi beban biaya hidup. Mereka bisa mengonsumsi hasil panen sayur dan tanaman pangan dari rumah tangga mereka.
Odesa Indonesia tidak sekadar menganjurkan tanaman, melainkan harus selektif dengan memilih tanaman pangan yang kandungan gizinya tinggi, salahsatunya adalah menanam kelor. Kelor sangat strategis untuk menyuplai kesehatan pada petani karena kandungan gizinya, terutama mineral dan vitaminnya luar biasa banyak.
Menanam bunga telang juga sangat cocok untuk tani pekarangan. Bunga telang tergolong mahal harganya kalau dijual. Tetapi akan lebih baik buat petani jika mereka mengonsumsinya karena akan menjadi solusi kesehatan kelompok warga lapisan bawah yang selama ini lemah menjaga kesehatan. Akan sangat bagus nanti kalau di luar kelebihan panen itu para petani menanam dan menjualnya.
Tani pekarangan baik untuk bisnis pembibitan, penghasilan uang atau penghasilan gizi rumah tangga mesti dilakukan pada setiap rumah.
Di desa-desa kita tahu ada peluang perbaikan ekonomi dan kesehatan melalui tani pekarangan karena masih ada banyak celah lahan yang bisa digarap. Ketika tani pekarangan serius dilakukan, keadaan masyarakat lapisan bawah di sebuah bangsa akan bisa lebih cepat membaiknya. Ini sudah dibuktikan di banyak negara. Yang paling fenomenal tentu saja di Kuba. Kemudian di beberapa negara Afrika yang digarap oleh para aktivis NGO. Kemudian Cina juga kuat pertahanan ekonominya karena sendi-sendi pertanian pekarangan dan ladang dekat rumah petani kecil diberdayakan.
Gerakan model ekonomi sesuai konteks kehidupan rakyat miskin ini harus digarap secara sungguh-sungguh karena kalu satu bidang bisa bergerak otomatis matarantai keberhasilan lainnya juga ikut serta,– seperti pengalaman berkegiatan di Yayasan Odesa Indonesia. []