Budhiana Kartawijaya: Framing Jurnalistik Kemiskinan Harus Tepat

Menurut Wartawan Senior Budhiana Kartawijaya, jurnalisme bisa memberikan kontribusi penting dalam perubahan sosial-kemasyarakatan selagi sang jurnalis memiliki prinsip keberpihakan. Terhadap masalah kemiskinan misalnya, model Journalism of Poverty akan bisa menolong kehidupan warga akar rumput dengan catatan memiliki framing yang tepat.

“Ketika kita sudah mampu memainkan penggalian data menjadi fakta, maka otomatis akan muncul kebutuhan framing. Kenapa framing muncul? Karena setiap individu memiliki sudut pandang yang berbeda dalam menghadapi pilihan terhadap fakta. Dan dalam dunia jurnalistik tidak ada yang netral. Yang netral itu cuma kertas putih atau televisi hilang tayangannya,” katanya di hadapan peserta Kursus Jurnalistik Yayasan Odesa Indonesia di Pasir Impun Desa Cikadut Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, Sabtu, 26 Mei 2018.

Budhiana memberi contoh, seorang jurnalis menemukan fakta seoarng anak yang bodoh, tidak pernah naik kelas, sulit komunikasi, rendah percaya diri dan seterusnya. Sementara di balik fakta-fakta tersebut juga terdapat kelebihan, misalnya rajin belajar. Contoh lain, ada orang melarat, bodoh dan kumuh. Tapi di balik fakta itu seseorang tersebut juga memiliki nilai lebih misalnya tidak suka merepotkan orang lain, semangat gotong-royongnya tinggi, dan pekerja keras. Bagaimana sikap penulis?

“Mau menulis kekurangan mereka? Atau mau menonjolkan kelebihannya, yaitu rajin belajar dan sikap bijaksana orang miskin tersebut. Dari sekian fakta kekurangannya terdapat kelebihan. Begitu juga dalam soal kemiskinan. Apakah kita akan mengekspolitasi kekurangannya, kemiskinannya? Atau mau menonjolkan salahsatu sisi kelebihannya? Kalau saya akan memilih framing melihat sisi kelebihannya,” jelas Budhiana.

Sebab menurut Budhiana, jika seorang jurnalis menempatkan kelemahannya sebagai framing apalagi mengekspolitasi kemiskinan dan kebodohannya hal tersebut tidak akan menolong keadaan mereka.




“Buat saya tujuan jurnalistik adalah mencari kekuatan di balik kelemahan. Dalam journalism of poverty kita berlakukan demikian,” terangnya.

Budhiana melanjutkan, kalau misalnya wartawan atau penulis turun ke lapangan lantas menemukan banyak kekurangan seperti keterbelakangan, kekurangan pangan, buruk pakaian dan lain sebagainya, maka harus melihat sisi kelebihannya misalnya kesabaran, keteguhannya bertahan hidup, atau kebaikan-kebaikannya.

“Itu pilihan yang terbaik. Sebab kalau kita mengangkat hal-hal yang negatif tidak akan menolong seseorang tersebut,” ujar Kepala Pusat Penelitian dan Data Harian Pikiran Rakyat tersebut.

Jurnalistik untuk kesejahteraan
Lebih lanjut Budhiana menekankan, pentingnya kegiatan jurnalistik untuk berbicara masalah nasib kehidupan rakyat bawah. Sebab menurutnya, politik di Indonesia ini baru masuk demokrasi normatif dan belum mengarah pada usaha perbaikan nasib rakyat bawah. Teramat banyak kekeliruan dan kelemahan negara dalam memainkan demokrasi sehingga belum menyentuh problem akar rumput.

Di Kawasan Bandung Utara tempat Odesa Indonesia bergiat misalnya, menurut Budhiana merupakan contoh tentang fakta demokrasi di Indonesia belum mampu menjawab problem kehidupan warga bawah. Karena kesalahan kebijakan negara dengan memasukkan Kecamatan Cimenyan, Cilengkrang dan Cileunyi ke Kabupaten Bandung sekarang berakibat fatal berupa pemiskinan sistematis atau kemiskinan struktrural.

“Dari sisi Administrasi saja sudah menyulitkan, belum urusan anggaran sehingga mengorbankan keluarga petani, terutama anak-anak petani yang pendidikannya tidak mendapat perhatian serius,” paparnya.-Khoiril

Komentar ditutup.

Keranjang Belanja