Pentingnya Keterhubungan Intelektual dengan Petani

Oleh FAIZ MANSHUR. Ketua Odesa Indonesia.
Jika kita punya gagasan dan ingin menyebarkannya maka harus ada saluran. Tanpa saluran yang tepat, gagasan kita, apalagi untuk perubahan sosial di masyarakat tidak akan tercapai.

Odesa Indonesia dalam beraktivitas mengubah keadaan sosial petani kecil di Cimenyan Kabupaten Bandung sejak masa awal perintisan sejak tahun 2016 hingga 2018 mula-mula membangun saluran. Bentuknya adalah menjaring Sumber Daya Manusia di desa yang memiliki kemampuan untuk mengeksekusi tindakan. Pencariannya dengan rajin turun keluar masuk ke kampung-kampung, mengenal masyarakat dan melibatkan mereka berkegiatan. Lalu dari situlah kita akan mendapatkan potensi SDM yang bisa memahami arah gerakan.

Beberapa orang mendapatkan pendidikan tentunya. Model pendidikannya praktis dengan kegiatan harian atau mingguan. Semua gerakan ekonomi harus terintegrasi dengan kegiatan sosial, dan semua kegiatan sosial, termasuk amal/derma harus diarahkan demi kepentingan pendampingan karena kami percaya bahwa perubahan sosial tidak bisa instan.

Terasa sulit pada awal karena kita tidak bisa menarik petani untuk bekerja sesuai bidang kita, sementara kita tidak banyak tahu pertanian. Usaha kita di masa awal adalah memproduksi ilmu pengetahuan bersama petani. Kita membaca banyak literatur dan studi kasus, serta memantau setiap ilmu pengetahuan yang dibutuhkannya. Keseriusan kita membuahkan hasil; pada tahun kedua begitu menyenangkan. Satu persatu SDM petani yang berpendidikan rendah, sebagian lulus SD, sebagian jebolan SD, sebagian ada yang sekolah SMP dan hanya 1 orang yang sekolah SMK itu kompak menerapkan model gerakan pembaharuan pertanian, meliputi pangan, ternak, literasi dan teknologi.

Kami percaya bahwa ilmu pengetahuan hanya akan berguna sebagai alat perubahan sosial jika ada jembatan antara kaum intelektual dengan rakyat. Kami percaya bahwa tidak semestinya kaum intelektual itu nangkring di perkotaan dengan kesibukan administrasi dan kegiatan panggung intelektual, memburu media massa untuk publisitas sementara di sekeliling mereka hidup jutaan manusia yang pendidikannya rendah tanpa kepemimpinan sosial.

Kita sedang membangun sebuah sarana aktualisasi ilmu pengetahuan karena kami percaya bahwa produk nalar (sains) harus digali dari akar persoalan masyarakat, bukan semata dari diktat-diktat kuliah yang lebih banyak tidak nyambung untuk jalan perbaikan. Ilmu kami dalam transformasi sosial berbasis spirit etnografi, yang konsen dasarnya adalah memproduksi ilmu pengetahuan dari lapangan sekaligus mengatasi problem yang terjadi.

Dunia akademik kita masih kolot dengan banyak ilmu pengetahuan tetapi tidak punya modal baru dalam menjawab problem sosial. Dengan menetapkan model saluran gerakan, baik keilmuan maupun aksi lapangan itulah, Yayasan Odesa Indonesia bisa menjadi bagian dari laboratoriun sains-sosial; memungkinkan segenap ilmu pengetahuan kaum intelektual terhubung dengan persoalan di masyarakat, dan memungkinkan sejuta harapan lahirnya ilmu pengetahuan baru.

Yayan Hadian (24 tahun) petani muda menerapkan agroekologi

Model gerakan sosial dengan dasar “keterhubungan” antara kaum intelektual dengan rakyat jelata inilah yang kemudian menghasilkan tindakan penting. Salahsatu contohnya adalah soal penghijauan. Apakah kita membayangkan selama ini petani bergerak ke urusan penghijauan? Di mana-mana fakta lapangan menyebutkan petani lebih banyak merusak lingkungan pertaniannya dengan model pertanian konservatif, pro kimiawi, dan salah pasar.

Dasar masalahnya adalah ketiadaan ilmu pengetahuan gerakan pertanian ramah lingkungan. Petani hidup dalam kegelapan, sementara di lain pihak orang-orang berpendidikan di kota juga berkontribusi parah dalam merusak lingkungan, dengan membangun perumahan tanpa memperhatikan erosi, tanpa memperhatikan lingkungan sosial di sekitarnya.

Studi gerakan pemerintahan Cina tahun 2008 hingga 2014 memperkaya kita untuk semakin memantabkan pergerakan; bahwa kesuksesan petani dan lingkungan hidup harus lahir dari bawah. Ketika sebelumnya Cina melakukan kebijakan topdown dalam penanaman pohon sementara petani tidak paham maksud, akhirnya terjadi pembabatan pohon yang ditanam.

Kemiskinan petani menyebabkan bergerak serba instran. Negara menanam pohon, petani menebanginya. Tahun 2014 kemudian, Cina mengubah langkah. Petani harus mendapatkan pendidikan dalam ekonomi mereka. Bertani dan menghijaukan lingkungan bukan saja menguntungkan mereka, tetapi berdampak pada keuntungan sosial yang lebih luas.

Sekarang kami juga bisa memastikan, bahwa para petani bisa menjadi aktor perubahan sosial dalam lingkungan hidup asalkan terintegrasi dalam tindakan bersama selama masa kurun waktu berbulan-bulan. Mereka tidak hanya membutuhkan keterhubungan dengan kita, melainkan juga keterhubungan antara tanaman pangan dan tanaman pro lingkungan, bahkan setiap gerakan harus juga terhubung dengan urusan rumah tangga mereka.
Solidaritas Sosial Petani untuk Penghijauan
Kita membawa misi ini dengan studi serius dari pengalaman negara lain. Hasil makalah-malah FAO bdan riset-riset lembaga terkemuka dunia yang secara mudah kita unduh dari internet sangat kaya untuk memberi pengalaman lapangan. Sayangnya modul-modul tebal berharga itu tidak pernah dibaca oleh kalangan intelektual kita, apalagi mempraktikkannya.

Enton Supriyatna (kiri). Pendamping sosial keluarga petani. Banyak berkontribusi memperbaiki kehidupan petani kecil di desa-desa

Pada sisi Sumber Daya Alam (SDA), Indonesia bukan masalah besar untuk menyediakan pangan dan kemakmuran petani, termasuk kemakmuran non petani. Tetapi problem besarnya adalah pada Sumber Daya Manusia (SDM). SDM intelektual kita sangat jarang yang paham arah hidupnya. Kebanyaka ilmu penggunaannya sebatas untuk karir, pelayanan terhadap Oikos (rumah tangga) dan belum berorientasi pada Demos (tindakan sosial berkeutamaan). Padahal demokrasi merupakan kesempatan kita, untuk menggerakkan beragam model inovasi dalam lapangan rakyat kecil. Sementara, SDM pekerja tani kita tidak memiliki obor pencerahan (literasi) untuk inovasi ekonomi dan sosial mereka.

Jembatan, saluran dan keterhubungan adalah kunci perubahan sosial. Agroekologi kita tegakkan.Kelas menengah saatnya membumi dalam kebersamaan bersama petani. Akan ada perubahan besar dari mengurus orang-orang kecil. []

Amal Sosial untuk Keluarga Petani Mengubah Keadaan

Solidaritas Sosial Untuk Perubahan Nasib Petani



1 komentar untuk “Pentingnya Keterhubungan Intelektual dengan Petani”

  1. Pingback: Bumi Pucat Petani Melarat. Apa yang Harus Kita Lakukan? – Odesa-Indonesia

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Keranjang Belanja