Odesa Indonesia: Tiga Nilai dalam Pertanian untuk Perbaikan Masyarakat Desa

-Catatan Dialog Akhir Tahun 2019. Yayasan Odesa Indonesia, Bandung.

Petani itu membutuhkan jalan keluar. Banyak persoalan tetapi sekaligus selalu ada celah untuk perubahan, demikian yang disampaikan Faiz Manshur, Ketua Yayasan Odesa Indonesia dalam acara Dialog Akhir Tahun 2019 di Pasir Impun Cimenyan Kabupaten Bandung, Selasa 31 Desember 2019.

Faiz pada malam tersebut menyampaikan beberapa pandangan terkait pendirian Yayasan Odesa Indonesia guna mengingat kembali arah gerakan yang tujuannya untuk melanjutkan proses kerja mengurus keluarga petani di Kawasan Bandung Utara (KBU).

“Saya percaya siapapun bisa berubah, asal kita tidak memaksakan apa yang kita inginkan. Yayasan Odesa Indonesia didirikan sebagai fasilitator untuk memberikan kesempatan bagi siapa saja yang ingin berproses. Apa yang akan diubah? Ialah kapasitas sumber daya manusia di perdesaan,” kata Faiz.

Faiz Manshur menambahkan, pembangunan kapasitas atau kemampuan SDM di perdesaan tersebut harus dilakukan secara kontekstual. Manusia desa lekat dengan pertanian, maka arahnya harus dilaraskan dengan dunia petani. Perubahaan sosial, pendidikan, kesehatan, hingga urusan agama pun harus senafas dengan pertanian yang di dalamnya terdapat varian-varian kebiasaan atau pola hidup.

“Maka dari itu, pertanian yang kita dorong ini modelnya baru supaya bisa menjadi solusi.
Pembaharuannya dilakukan dengan menambah, bukan mengganti jenis tanaman baru. Kami gerakkan aneka ragam herbal, anekaragam pangan bergizi, dan juga buah-buahan,” terang Faiz.

Tiga Nilai Pertanian Odesa
Menurut Faiz Manshur, pembaharuan pertanian tersebut diwujudkan secara visioner dengan mengedepankan nilai dari setiap program. Pertama, nilai gizi. Yayasan Odesa akan mengajak petani memahami apa yang ditanam itu bermanfaat bagi sumber gizi. Setiap petani mendapatkan pencerahan nilai-nilai gizi bagi manusia. Oleh karena itu Yayasan Odesa selalu meneliti terlebih dahulu manfaat gizi karena yang utama dalam masyarakat adalah perbaikan gizi.

“Gizi menjadi bagian penting dalam kesehatan sumberdaya manusia petani itu sendiri, dan di masyarakat non petani juga butuh pangan bergizi yang menyehatkan,” kata Faiz.

Kedua, menurut Faiz, setiap tanaman harus benar-benar memberi hasil bagi perbaikan ekonomi keluarga petani. Karena alasan tersebut, komoditi pertanian di dalam Odesa Indonesia diperhatikan mulai dari penyediaan benih, bibit, perawatan, pasca panen, marketing, bahkan termasuk memperhatikan resiko kegagalan.

“Jangan hanya karena gizi tetapi tidak bisa menghasilkan nilai ekonomi bagi petani. Jadi konsep Odesa adalah, memproduksi pangan bergizi sekaligus memberi solusi ekonomi bagi keluarga petani,” jelasnya.

Pada nilai ketiga Yayasan Odesa Indonesia menawarkan pertanian yang bernilai bagi perbaikan ekosistem. Ramah lingkungan juga harus mewujud. Jangan sampai hanya demi alasan gizi atau ekonomi, tetapi merusak lingkungan. Memang tidak ada tanaman yang merusak lingkungan, tetapi praktik pertanian harus diakui banyak yang abai terhadap lingkungan.

“Minimal dengan tiga nilai yang kita bundel sebagai program inilah peluang terjadinya perubahan bagi masyarakat dan juga ekosistem akan bisa diwujudkan,” Kata Faiz optimis.

Jika tiga hal tersebut dilakukan dan benar-benar menancap sebagai tradisi kerja, Faiz yakin bahwa ketiga kegiatan tersebut secara otomatis akan memberi nilai lebih bagi pendidikan. Sebab menurutnya, masyarakat Indonesia kebanyakan tidak mendapatkan pendidikan dalam usaha pertanian yang produktif dan menjawab persoalan kesehatan serta lingkungan.

Praktik Gerakan Kebudayaan Berbasis Kelor

“Kami punya pemikiran dari produksi pertanian tersebut lahir nilai edukasi yang berguna bagi masyarakat luas. Setiap pohon, setiap satwa, setiap tindakan adalah ilmu. Dan ilmu yang baik adalah ilmu yang lahir dari tindakan, dari praktik yang produktif. Itulah etnografi,” jelas Faiz.

Masyarakat Tergerak karena?
Odesa Indonesia sejauh ini dikenal sebagai organisasi yang telaten mengorganisir para petani. Pelaksanaan programnya berbasis pendampingan yang lebih mengedepankan proses kerja sungguh-sungguh sebagai teman kerja para petani di kampung-kampung Desa Cikadut dan Desa Mekarmanik Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung.

Sutardi, 62 tahun, pada malam dialog tahun tersebut menyampaikan bahwa apa yang ia jalankan selama bersama Odesa Indonesia menanam Hanjeli, Kelor, Sorgum dan tani pekarangan mendapatkan respon dari para petani.

“Sudah beberapa petani yang meminta benih ke saya untuk ditanam. Artinya mereka juga memiliki niatan untuk mendapatkan panen sesuai dengan program Odesa karena mereka sudah tahu tujuannya,” kata Sutardi.

Sementara itu Toha, Ketua Himpunan Orang Tani Niaga (Hotani) Desa Mekarmanik Kecamatan Cimenyan juga menyampaikan perihal respon petani yang mulai mengikuti. Karena program Odesa Indonesia tidak menyuruh, melainkan menunggu petani meniru apa yang dilakukan beberapa petani pioner, maka Toha pun harus menunggu waktu lebih 2 tahun terkait dengan apa yang dilakukan.

“Kalau kelor butuh waktu 2 tahun baru masyarakat paham dan sekarang butuh. Kalau sorgum 2 x panen juga ngikut. Hanjeli lebih mudah karena hanya sebagai tanaman tambahan,” kata Toha.

Toha tidak ingin petani menanam sesuatu dari Odesa tanpa kesadaran atau hanya ikut-ikutan. Sebab menurutnya kalau hanya mengajak petani menanam itu mudah. Ia ingin petani punya tujuan yang jelas misalnya tahu tentang manfaat kelor untuk kesehatan sehingga yang dipikir adalah mengonsumsi terlebih dahulu.

“Saya ingin petani juga paham maksudnya. Kalau cuma ikut-ikutan nanti celaka, seperti program Jagung Pemerintah. Panen 1 kali disubdisi petani senang, panen selanjutnya jagungnya dibuang-buang buat pakan ternak. Semua karena tidak ada pendampingan,” kata Toha.

Toha menambahkan, para petani meminati sorgum misalnya karena istrinya sering memasak sorgum dan menyuguhkan kepada tetangganya. Dari situlah banyak peminatnya karena masyarakat kemudian tahu sumber makanan tidak harus dari beras. –Abdul Hamid/Odesa.

Keberagaman Sebagai Model Gerakan Odesa

Pohon Sebagai Aktor Perubahan

1 komentar untuk “Odesa Indonesia: Tiga Nilai dalam Pertanian untuk Perbaikan Masyarakat Desa”

  1. Pingback: Keberagaman Gerakan Odesa Membuka Ruang Luas Pengabdian – Odesa Indonesia

Tinggalkan Balasan ke Keberagaman Gerakan Odesa Membuka Ruang Luas Pengabdian – Odesa Indonesia Batalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Keranjang Belanja