Serat Wedhatama kaya akan ilmu untuk pembangunan karakter diri. Bagi anak muda, hal ini tentu sangat penting karena sedang membutuhkan pedoman hidup. Di dalam serat Wedhatama terdapat kekayaan nilai-nilai kepemimpinan, moral, dan petunjuk untuk menjalani kehidupan dengan lebih berkualitas.
Tulisan ini merupakan sepenggal pembahasan dari salah satu Kajian Serat Wedhatama Abdul Hamid yang membacakan buku Wedhatama untuk Orang Modern Anand Krishna yang Menafsir Wedhatama Sri Mangkunegoro IV, ditulis oleh Arinda Eka Putri.
Serat Wedhatama diajarkan di Odesa Indonesia
Serat Wedhatama ditulis oleh KGPAA Mangkunegara IV. Ini adalah karya sastra Jawa kuno dengan nilai filosofis sangat tinggi. Secara makna serat itu artinya tulisan, Wedha berarti ilmu pengetahuan atau ajaran, dan tama artinya kebaikan.
Serat Wedhatama ini sangat kental dengan nilai religius. Sehingga penting untuk anak muda dan masyarakat lainnya mempelajari tentunya makna mendalam dari karya sastra ini.
Ajaran moral dan etika dituangkan dalam bentuk prosa dan puisi di Serat Wedhatama ini. Tujuannya jelas untuk membimbing manusia agar dapat menjalankan kehidupan dengan baik dan benar.
Baca juga: Odesa Serukan Anak Muda Membaca Naskah Kuno Nusantara
Nilai-Nilai Penting dalam Serat Wedhatama
Ada berbagai nilai kehidupan yang dapat berguna sebagai pedoman menghadapi berbagai kondisi dan tantangan hidup. Sehingga dengan belajar lebih dalam tentang Serat Wedhatama maka akan semakin teratah kehidupan kita.
Dalam karya sastra ini, KGPAA Mangkunegara IV sudah berhasil untuk menyampaikan pesan berharga dan bahkan relevan dengan kehidupan saat ini. Sehingga mencoba belajar mengamalkan nilai-nilai di dalamnya akan buat kehidupan jadi lebih punya makna.
1. Nilai kesederhanaan
Bagi manusia, penting untuk punya gaya hidup sederhana. Dalam artian, tidak terpaku dengan kekayaan secara materi dan hal-hal duniawi lainnya. Sehingga di kondisi apa saja akan tetap mensyukuri keadaan.
Dalam Serat Wedhatama memberikan pengajaran bahwa sebenarnya kebahagiaan itu bukan terletak pada materi dan kekayaan, tapi lebih pada kepuasan dan kedamaian batin.
2. Nilai sosial sesama manusia
Menjaga hubungan baik dengan sesama manusia juga tentu sangat penting. Wedhatama ajarkan manusia untuk bisa saling menghargai, tolong menolong, dan menghormati ketika berinteraksi satu sama lain.
Dengan sikap seperti itu maka akan terjalin kehidupan manusia yang damai dan harmonis. Hal ini harus jadi catatan untuk kita karena setiap harinya kita melakukan hubungan sosial dengan masyarakat sekitar.
3. Nilai spiritual
Serat Wedhatama mengajarkan untuk menjaga hubungan dengan Tuhan. Menjalani kehidupan yang penuh kebajikan sesuai ajaran agama masing-masing. Tentunya dengan saling bertoleransi antarumat beragama.
Tersirat juga di dalamnya kita harus beribadah dengan ikhlas dan tulus. Berusaha menjalani kehidupan yang baik dan lurus. Sehingga hubungan dengan Tuhan akan terjalin lebih dekat dan menjaga kita dari perbuatan yang buruk.
Target utama dari Wedhatama ini adalah olah rasa, menyingkirkan hawa nafsu sehingga bisa menjadi manusia dengan budi luhur. Sehingga memang sangat penting memahami Wedhatama ini sebagai bagian penting dari perjalanan kita jadi manusia lebih baik.
Menjadi Manusia Berbudi Luhur Menurut Serat Wedhatama
Kehidupan ibarat berada di dalam gua yang gelap ketika tidak diterangi dengan cahaya ilmu. Ngelmu iku kelakone kanthi laku, lekase lawan kas artinya ilmu itu dapat tercapai dengan cara laku, ada rumus tirakat yang harus dilakukan dimulai dari kemauan.
Agar bisa mencapai hidup yang dicahayai oleh ilmu maka hal yang harus dilakukan menurut Serat Wedhatama adalah jangan iri dan dengki. Selain itu, jangan gampang marah, jangan ganggu orang lain, jangan lampiaskan hawa nafsu, dan lebih baik diam agar tenang.
Dalam Serat Wedhatama juga ada pesan untuk para pencari ilmu. Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh pencari ilmu ini agar nantinya menjadi berkah dan bukan hanya untuk kepentingan duniawi.
- Lila lamun kelangan nora gegetun (rela kalau sampai kehilangan ilmu yang dimiliki).
- Trima lamun ketaman saserik sameng dumadi (menerima dengan kesabaran ketika mendapat perilaku menyakitkan hati dari orang lain).
- Legawa nalangsa srah ing Bathara (iklhas menyerahkan diri sepenuhnya pada Tuhan).
Ketiga hal tersebut harus menjadi pedoman bagi para pencari ilmu. Sehingga ilmu itu akan menjadi cahaya kehidupan dan membawanya pada jalan hidup lebih baik ke depannya.
Mengutip dari Serat Wedhatama, orang pencari ilmu yang tidak punya ketiga pedoman tersebut maka nggugu karsaning priyangga, nora nganggo peparah lamun Angling, lumuh ing ngaran balilu, uger guru aleman, nanging janma ingkang wus waspadenh semu, sinamun ing samudana, sesadon ingadu manis.
Makna dari bait tersebut adalah menuruti kemauan sendiri, saat berbicara tidak pakai pertimbangan, tapi tidak ingin dianggap sebagai orang bodoh. Selain itu, selalu ingin mendapat pujian.
Dalam bait lain tertulis, mengkono ngelmu kang nyata, sanyatane mungkin Weh reseping ati, bungah ingatan cubluk, sukeng tyas yen denina, nora kaya sipunggung anggung, ugungan sadina Dina, aja mangkono wong urip.
Seperti itulah ilmu yang nyata, senyatanya memberikan ketenangan dalam hati. Tetap senang dikatakan bodoh, tetap gembira jika dihina. Tidak seperti di dungu yang selalu sombong, ingin dipuji setiap hari. Jangan seperti itu orang hidup.
Jadi memang begitu banyak pelajaran hidup yang bisa kita dapat dari Serat Wedhatama ini. Sebagai pedoman hidup baik secara spiritual maupun bersosial dengan masyarakat. Anak muda pastinya harus mempelajarinya untuk bisa mendapatkan ilmu dan pedoman menjalani hidup lebih baik.[Faiz Manshur]
Simak pembacaan Serat Wedhatama:
Membaca Buku Wedhatama Sri Mangkunagoro IV yang ditafsir Anand Krisna- Bagian I Pupuh Pangkur
Membaca Serat Wedhatama Karya Sri Mangkunegara IV yang ditafsir Anand Krishna -Bagian II Pupuh Sinom
Membaca Serat Wedhatama Sri Mangkunagoro IV yang ditafsir Anand Krishna Pupuh Pucung III
Membaca Serat Wedhatama Sri Mangkunagoro IV yang ditafsir Anand Krishna Pupuh Gambuh IV