Liburan “Musim Corona”: Anak-Anak Desa Senang Membaca

Wabah Corona menghentikan kegiatan sekolah formal. Anak-anak di kota mungkin masih beruntung karena masih bisa mendapatkan kesempatan belajar melalui saluran internet. Orang-orang tua yang berpendidikan juga lebih peduli pada kegiatan belajar sehingga bisa mendampingi anak-anaknya. Bagaimana di desa?

Abdul Hamid, seorang relawan Sekolah Samin Yayasan Odesa Indonesia di Bandung punya cerita. Banyak dari anak-anak petani di desa-desa pinggir kota Bandung, tepatnya di Kecamatan Cimenyan nyaris tak ada kegiatan belajar selama “liburan musim Corona”. Pasalnya internet tidak ada. Kalaupun sebagian di desa sudah terhubung ke internet, anak-anak petani itu juga tidak punya ponsel pintar. Bahkan saluran televisi, program TVRI pun sebagian tidak dipedulikan.

“Orantuanya mayoritas tidak bisa mendampingi belajar anaknya. Sebagian besar buruh tani yang rendah pendidikan dan tidak bisa mengenal pelajaran sama sekali,” kata Hamid, Minggu 19 April 2020.

Satu tahun belakangan ini Abdul Hamid bergabung dengan Yayasan Odesa Indonesia menjadi fasilitator sekolah Samin. Sekolah Samin adalah kepanjangan Sabtu-Minggu di mana Yayasan Odesa Indonesia menggalakkan kegiatan pendidikan pada hari Sabtu dan Minggu. Hari sabtu sebagian pendidikan fokus untuk ilmu pertanian para petani, sedangkan hari minggu digunakan untuk praktik pembelajaran media aktif yang menekankan karakter. Prinsip pendidikan yang digerakkan Odesa Indonesia, sebagaimana kegiatan pendampingan ekonomi dan kesehatan adalah pelayanan sehingga dalam kegiatan literasi pun relawan Odesa Indonesia mendampingi sampai ke rumah masing-masing.

Sekolah Samin Melayani Pendidikan Anak-Anak Desa Bandung Utara

“Tiap minggu saya bersama 8 relawan lain mengajar di 6 kampung. Biasanya setiap minggu di kampung itu berkumpul anak-anak untuk belajar. Tetapi karena sekarang situasi Corona, maka sistem belajarnya dengan meminjam buku yang kami antar. Tidak berkerumun, dan tetap kami dampingi,” papar Hamid.

Pekan ini Hamid bersama relawan lain, Khoiril, Yayan Hadian dan Zainal Mutaqin masuk ke perbukitan Kawasan Bandung Utara. Mereka jemput bola blusukan menemui satu persatu anak. Setiap pekan paling tidak menemui antara 120 hingga 150 anak-anak desa di Bandung Utara. Konsepnya adalah perpustakaan keliling. Meminjamkan buku di hari minggu, dan mengambilnya di hari minggu kemudian. Dengan mobil Panther tuanya mereka mengisi ratusan buku cerita anak-anak. Juga mengangkut puluhan beras yang dibagikan untuk orangtua wali siswa.

Video Kisah Kesukarelawan Sekolah Samin Odesa Bandung

“Jadi kami membagi peminjaman buku. Pekan ini kami pinjamkan 2 buah buku yang mereka pilih sendiri, pekan depan kami ambil untuk diganti. Begitu seterusnya. Tentu tidak sekadar membaca, melainkan juga tetap diajak komunikasi tentang apa yang mereka baca. Bahkan sebagian siswa sudah memiliki kemampuan mencatat apa yang mereka baca. Sedangkan beras hasil donasi dari dermawan dari Kota kami berikan untuk orangtuanya yang kebetulan juga sah menerima bantuan karena keadaan lemah ekonomi,” jelas Hamid.

Sinta, seorang siswa kelas 4 sekolah SD Cikawari Desa Mekarmanik yang meminjam dua buku cerita fiksi memberi komentar kalau dirinya mau membaca buku yang dipinjamkan karena bebas memilihnya. Hal ini berbeda dengan kegiatan membaca yang dianjurkan di sekolah formalnya karena kebanyakan berupa kewajiban membaca soal tanya jawab untuk PR.

“Kalau ini saya suka. Ceritanya asyik,’ kata Sinta.-(test.odesa.id)

Sekolah Samin Literasi Menebarkan Empati

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Keranjang Belanja