Keluarga Pak Aep dan Bu Aas Butuh Uluran Tangan

Bagaimana jika kita hidup tanpa rumah, pekerjaan tidak jelas dan urusan sehari-hari tidak tercukupi?

Jika ada penghasilan rutin tentu masalahnya bisa diatasi dengan mengontrak. Namun jika pekerjaan tidak jelas sementara beban hidup sehari-hari saja kekurangan tentu urusan menabung atau mencicil rumah bukan hal yang mudah.




Itu terjadi pada dua keluarga Pak Aep Sapari dan Ibu Aas, Keduanya berada di Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung. Keluarga Aep Sapari dengan tanggungan istri dan ketiga anaknya selama 6 bulan pernah berada di Gubuk Pembuangan sampah. Di tempat pembuangan sampah, letaknya satu kilometer dari Kampung Sentak Dulang, Desa Mekarmanik Kecamatan Cimenyan, Aep Sapari membangun gubuk 4×5 meter persegi. Di tengah kepungan bau busuk dan serba kotor itu, istri Aep mengais sampah saban hari sedangkan Aep saban hari sibuk “bekerja mencari pekerjaan”, alias serabutan tanpa kejelasan penghasilan.

Sementara keluarga Ibu Aas di Kampung Sekebalingbing Desa Cikadut Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung yang selama dua tahun belakangan ini menumpang di rumah saudaranya. Kejadiannya dipicu oleh masalah rumah tangga. Setelah bercerai dengan suaminya, rumah dijual oleh suaminya sementara Ibu Aas tidak mendapatkan bagian sehingga harus menumpang di rumah saudaranya.

Dalam satu kamar berukuran 3 x 6 meter, Ibu Aas dan ketiga anaknya tidur menyatu satu kamar. Urusan kamar mandi, cuci dan kakus menumpang di rumah saudaranya yang kebetulan tergolong hidup pas-pasan.

Baik Pak Aep maupun Ibu Aas tidak memiliki pekerjaan yang jelas. Saat ini Aep Sapari dalam pendampingan Odesa Indonesia. Sejak ditemukan relawan Odesa Indonesia pada bulan Pebruari, keluarga Aep ini langsung dikontrakkan di Kampung Cikawari Kecamatan Cimenyan.

Koordinator Amal Sosial Odesa Indonesia, Ir. Didik Harjogi M.Eng mengatakan, dua keluarga ini saat ini sedang diusahakan untuk memiliki rumah. Sebab menurut Didik, pemerintah tidak mengerti masalah-masalah seperti ini sebagai tanggungjawab negara sehingga keterlantaran warga dianggap lumrah.




“Kalaupun pemerintah tahu urusannya pasti tidak akan praktis disebabkan program pemerintah hanya pada bantuan Rumah Tidak Layak Huni (Rutilahu) yang itu syaratnya harus punya tanah dan punya rumah dengan kategori tidak layak. Sementara yang tidak punya syarat tersebut dipastikan tidak akan menjadi pembicaraan kebijakan publik,” kata Didik kepada Odesa.id di Kantor Yayasan Odesa Indonesia Cisanggarung Cimenyan Kab.Bandung, Selasa, 17 Mei 2017.

Usaha memberikan bantuan rumah ini menurut Didik melalui sistem penggalangan dana. Tanah yang dicari sudah dapat di kawasan Cisanggarung. Menurut Didik, ada seorang guru ngaji yang berbaik hati memperbolehkan petak tanah dibeli dengan sistem pembayaran cicil. Sementara untuk rumahnya, sedang diusahakan.

“Ada dua skenario. Pertama membeli rumah panggung yang dipindahkan. Kedua, membeli Rumah Instan Sederhana Sehat. Semoga sebelum Agustus 2017 keduanya sudah bisa kita bereskan,” kata Dosen Politeknik Negeri Bandung itu.




Bagi para donatur yang berkenan membantu dua keluarga ini bisa menyalurkan bantuan dana ke Yayasan Odesa Indonesia. Rekening BRI Unit Sindanglaya Bandung A.H. 763701000854506. A/n Yayasan Odesa Indonesia. Konfirmasi donasi melalui Tlp/WA 082127884870-Didik Harjogi.[]

BACA JUGA Kisah Tentang Penghuni Gubuk
Kisah Keluarga Bu Aas

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Keranjang Belanja