Goa Batu dan Sisa Meteor di Majalengka

Catatan Mudik ke Desa, Enton Supriyatna.
MAJALENGKA: Setiap mengunjungi Kabupaten Majalengka, rasanya selalu ada tempat wisata baru yang harus dinikmati. Pada libur Lebaran kali ini, berkesempatan untuk menengok Wana Wisata Seribu Goa Gunungkarang di Kelurahan Babakanjawa, Kec. Majalengka, Kab. Majalengka. Lokasinya berada sekitar 5 kilometer ke sebelah selatan dari pusat kota. Lokasi ini disebut juga stone garden atau taman batu.




Meski jalannya berkelok-kelok, turun naik dan tidak terlalu lebar, namun sudah beraspal sehingga cukup nyaman dilalui kendaraan. Hanya sekitar 400 meter menuju lokasi yang jalannya masih berupa tanah berlapis kerikil. Pepohonan lebat menyambut pengunjung begitu tiba di pelataran parkir.

Dari gerbang jalan setapak menuju gunung, tidak tampak tanda-tanda deretan batu yang istimewa atau lobang-lobang goa. Namun setelah berjalan sekitar 200 meter, di balik rimbunnya pepohonan akan didapati pemandangan tidak biasa. Batu-batu besar yang bertumpuk dan berderet dengan asrtistik, seperti hasil susunan mainan hasil tangan manusia.

Terdapat pula sejumlah batu besar yang menghampar. Para pengunjung bisa melepas lelah di sini, menyantap makanan sambil menikmati keindahan alam sekeliling. Agak ke atas dari tempat tersebut ada susunan batu yang menjadi lokasi favorit untuk berselfie ria. Dari tempat ini bisa dinikmati pemandangan empat sudut mata angin, sekaligus sebagai latar belakang foto yang bervariasi. Dijamin instagramable.

Lalu di mana seribu goa itu berada? Ternyata goa-goa tersebut berada tepat di bawah batu-batu besar itu. Disebut seribu goa, mengacu pada banyaknya ruang yang terbentuk dari tumpukan batu-batu tersebut. Namun tidak semua goa bisa dimasuki, hanya beberapa saja yang dibuka untuk umum. Itu pun harus didampingi pemandu. Jika tidak, bisa-bisa tersesat di lorong batu.

Jangan bayangkan mulut goa itu lebar seperti pada umumnya. Gerbang masuknya adalah ruang sempit di antara batu. Kemudian pengunjung akan dibawa melewati lorong gelap berbelok-belok. Tidak ada senter, cukup bantuan lampu dari handphone saja sebagai alat penerang. Ada kalanya harus melewati lagi lobang seukuran badan, agar bisa masuk ke ruangan lain yang kondisinya lebih lapang. Lingkar badan di luar ukuran yang biasa, jangan memaksakan diri melewati lobang tersebut. Ketika keluar goa, para pengunjung pun haus merangkak.




Pernah menonton aktor Harrison Ford yang berperan sebagai arkeolog Indiana Jones dalam film Raiders of the Lost Ark dan sekuelnya? Nah sensasi menyusuri goa-goa batu di Gunungkarang itu, akan mengingatkan kita pada sepak terjang Sang Arkeolog tersebut ketika mencari benda berusia ratusan rahun, yang amat berharga dan menjadi rebutan banyak orang.

Batu-batu yang berlumut hijau atau berwarna karena proses alam, kemudian ditimpa cahaya matahari dari sela bebatuan, menjadi pemandangan menakjubkan. Kekokohan dan kerasnya batu tidak menimbulkan rasa ngeri, malah memancarkan keindahan yang membuat pengunjung betah berlama-lama di dalam goa.

“Tapi goa ini belum seberapa. Ada goa yang lebih dahsyat lagi. Masuknya sangat sulit, tetapi di dalamnya sangat luas mampu menampung sekitar 70 orang. Goa ini belum dibuka untuk umum, sebab dinilai masih belum aman bagi pengunjung untuk mencapainya. Sudah dilakukan survei secara seksama dengan menggunakan peralatan modern. Hasilnya, bagian dalam goa tidak berbahaya,” kata Eda Suwardaya, salah seorang yang ikut merintis pembukaan tempat wisata tersebut.

Sementara itu Ketua Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Kab. Majalengka, Omo Sarma, mengungkapkan, wisata Gunungkarang yang berluas sekitar 18 hektare tersebut barus dibuka beberapa bulan lalu. Namun ternyata animo masyarakat begitu besar dan kini menjasi salah satu tujuan wisata favorit di hari libur. “Kami sebagai mitra Perhutani, merintis dan dipercaya untuk mengelola tempat ini,” katanya saat ditemui, Selasa (27/6).

Keberadaan bebatuan dan kondisi alam di Babakanjawa, ternyata sudah lama menjadi perhatian sejumlah pakar geologi. Bukit-bukit batu yang memanjang berbentuk setengah lingkaran, tampak seperti mengepung kota Majalengka. Lokasinya ada di sebelah utara, barat, dan selatan dari pusat kota tersebut. Kawasan Babakanjawa adalah salah satu di dalamnya.




Para ahli geologi menyebut formasi ini sebagai “Struktur Majalengka”. Pada tahun 2011 guru besar geologi Institut Teknologi Bandung R.P. Koesoemadinata, menyebutkan, Struktur Majalengka merupakan kompleks kawah hasil tumbukan meteorit yang terjadi sekitar empat juta tahun lalu. Di seluruh permukaan bumi tercatat ada 178 struktur melingkar yang disebabkan tumbukan batu angkasa.-Enton Supriyatnya Sind

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Keranjang Belanja