Didin Sudeni, Berwirausaha di Kota, Bertani di Desa

Bagi orang Kota, bertani itu merupakan sesuatu yang jauh dari jangkauan. Kehidupan modern perkotaan Bandung menjauhkan jutaan warganya tercerabut dari akar kultur agraris. Kalaupun mau mengolah tanah dan pohon, biasanya orang kota orientasinya tak lebih sebagai hobi, atau iseng-isengan. Sangat jarang yang mau mengelola lahan secara produktif apalagi serius menggarap lahan pertanian. Problem tersebut oleh Yayasan Odesa Indonesia Bandung diatasi dengan cara memetakan lahan, kehidupan petani dan juga membuka jaringan.

Didin Sudeni, salahseorang relawan Yayasan Odesa Indonesia belakangan melakukan hal itu. Bergiat sosial di Yayasan yang aktif mengurus kehidupan petani lapisan bawah yang menjadi korban kesenjangan ekonomi di Cimenyan, menginspirasi Didin dan teman-temannya untuk lebih serius bertani.

“Menjadi petani tentu tidak harus nyangkul. Itu pengertian kuno. Kita mengolah lahan, membawa pengetahuan baru, dan juga mendidik petani atau pengangguran desa. Ribuan hektar tanah subur mangkrak. Ribuan manusia hidup tidak produktif, sementara kebutuhan pangan di perkotaan Bandung saja selalu mengambil dari luar daerah, bahkan harus impor. Inilah yang mendorong kami bergiat,” jelas Didin di tengah kegiatan mengurus pupuk organik di Kampung Cadas Gantung, Desa Mekarmanik, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, Kamis, 26 April 2018.

Bertani, banyak keuntungan
Bagi Didin, bertani merupakan panggilan jiwa. Sekalipun profesinya adalah wirausahawan -Bengkel Service Mobil di Cisaranten Kota Bandung-cukup menyita kesibukan, tetapi ia harus melakoni tambahan kesibukan karena kesadarannya terbangun berkat hubungan intens dengan para petani golongan Pra-Sejahtera (Sangat Miskin) yang membutuhkan perhatian ekonomi, pendidikan dan kesehatan.

“Kami mengambil sektor perbaikan Sumber Daya Manusia petani sebagai langkah awal untuk meningkatkan produksi. Jadi kita tidak berpikir berapa luas tanah yang kita kelola, tapi siapa saja petani yang memungkinkan untuk didorong maju,” jelas penghobi Mobil Blazzer ini.

Bergiat seperti itu bagi Didin sangat menguntungkan dalam artian keuntungan yang luas. Dari sisi sosial ia puas karena secara konkret pada setiap minggu memberikan kebahagiaan keluarga miskin. Kepuasaan berbagi menyalurkan bantuan dari teman-teman di kotanya semakin meningkat manakala mampu menaikkan pendampatan ekonomi hasil pendampingannya. Ia memberi contoh misalnya, petani tersebut tadinya hanya berpendapatan antara Rp 400.000 hingga Rp 600.000, dalam beberapa bulan saja bisa meningkat dua kali lipat. Gerakan pendampingan tersebut meliputi pembibitan, pengolahan pupuk dan juga pemanfatan hasil pasca panen kecil-kecilan.

“Saya kira tadinya sulit. Setelah paham lapangan ternyata kehidupan perdesaan banyak peluang yang bisa dikapitalisasi menjadi sumber ekonomi produktif,” jelasnya.

Pendampingan tersebut bukan saja menguntungkan petani, melainkan juga dirinya dan teman-teman di Yayasan Odesa Indonesia karena menurut Didin setiap hari mendapat ilmu dari lapangan.

“Yang paling bagus adalah hikmah bahwa kita yang selama ini terus menerus merasa kekurangan penghasilan harus sadar karena masih banyak orang yang nasibnya kurang beruntung,” jelas Didin.

Menurut Didin, pengalaman berinteraksi harian dengan petani itu tidak merugikan karena ia bisa lakukan di sela kesibukan mengurus bengkel Blazzsernya. Setiap ada waktu luang 2-3 jam, ia sempatkan mendatangi petani binaan. Dengan rutinitas itu, ia tidak perlu harus beralih profesi. Bahkan kegiatan dari bengkelnya banyak membawa kontribusi kepada petani karena ada barang-barang yang bisa dimanfaatkan untuk pertanian.

“Saya orang bengkel, tapi tidak mungkin makan onderdil dan minum olie untuk makan sehari-hari. Tetap saja harus membutuhkan produk pertanian. Karena itulah mari kita mengurus pertanian,” ujarnya bergurau.

Didin dan teman-teman di Yayasan Odesa Indonesia bahkan mulai membangun tradisi baru di mana setiap pengurus memiliki tugas mengurus kebun milik petani, termasuk mengurus keluarga petaninya. Ada banyak tanaman baru yang mulai dikembangkan seperti Kelor, Daun Afrika, Sorgum, Bidara, Binahong, Bunga Matahari, buah-buahan seperti tin, loquat, jeruk nipis, jeruk varigata, dll.

“Ini pengalaman baru yang mungkin menarik teman-teman kota yang gemar mengurus tanaman. Banyak peluang seperti berkebun tanaman herbal atau tanaman pangan lain dan itu selain mensejahterakan petani kecil juga berdampak baik bagi penghijauan karena Kawasan Cimenyan dilanda krisis lingkungan. Hidup menjadi lebih asyik karena bertambah teman dan bisa berbuat baik tanpa harus menunggu kaya,” katanya.-Agung/test.odesa.id

Visi Yayasan Odesa Indonesia Untuk Apa Odesa Indonesia?
Model Pendampingan Petani Pendampingan ekonomi orang miskin

Sekolahnya Para Aktivis dan Relawan

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Keranjang Belanja