Cimenyan, Cilengkrang dan Cileunyi Bergabung ke Kota Bandung

ODESA INDONESIA: Metropolitan akan disebut baik jika memiliki basis produksi pertanian mampu mencukupi kebutuhan pangan warganya, lingkungan hijau yang mencukupi pemenuhan kebutuhan oksigen, dan kultur perdesaan untuk sebuah kekayaan lokal wisata berbasis ekosistem. Cimenyan, Cilengkrang, Cileunyi perlu dipindah ke Kota Bandung.

Mendiskusikan persoalan Bandung Raya meliputi Kota Bandung, Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat merupakan bagian penting dari kegiatan Odesa Indonesia. Sebagai Organisasi sosial yang punya fokus terhadap masalah kewargaan, Kawasan Bandung Utara (KBU) oleh Odesa Indonesia didudukkan sebagai salahsatu problem besar warga. Wacana pemekaran Kabupaten Bandung Timur (KBT) termasuk salahsatu topik yang perlu mendapat perhatian serius.




Wacana pembentukan Kabupaten Bandung Timur memang bukan wacana tentang Kawasan Bandung Utara (KBU). Namun hal tersebut tidak lepas dari Kawasan Bandung Utara (KBU) karena tiga kecamatan di Kabupaten Bandung, yaitu Cimenyan, Cilengkrang dan Cileunyi (Cime-Cile-Cile) dianggap tiga kecamatan yang tepat menjadi bagian dari agenda pemekaran Bandung Timur.

Dari hasil kajian Odesa Indonesia selama 7 bulan, tiga kecamatan tersebut tidak cocok saat dimasukkan menjadi bagian dari program pemekaran ke (calon) Kabupaten Bandung Timur) mengikuti kecamatan-kecamatan lain di kawasan Bandung Timur bagian selatan. Beda geografi dan beda persoalan.

5 alasan

Tiga kecamatan tersebut keberadaannya berada di bagian utara Kota Bandung, terutama Cimenyan begitu dekat dengan Kota Bandung. Jika ketiganya dimasukkan sebagai bagian Bandung Timur sangat tidak tepat dan lebih baik menyatu bergabung dengan Kota Bandung.
Beberapa hal menjadi alasan objektif yang mendasari hal tersebut antara lain:

Pertama, Cimenyan, Cilengkrang, Cileunyi lebih dekat secara geografis pada Kota Bandung. Merupakan kawasan Bandung Utara dan bukan Bandung Timur. Selama ini tiga kecamatan ini kehidupan warganya terlantar dari Kabupaten Bandung. Bisa disebabkan oleh jarak bisa juga disebabkan oleh ketidakseriusan Pemkab Bandung, dalam hal ini kepemimpinan Dadang Naser yang dua periode tidak serius mengurusi rakyatnya, termasuk kepemimpinan Gubernur yang punya kewenangan terhadap Kawasan Bandung Utara (KBU) tetapi tidak melakukan kebijakan-kebijakan publik yang signifikan. Pada tiga kecamatan tersebut kehidupan warganya sangat terlantar, jauh dari kemajuan, kemiskinan merajalela, tingkat pendidikan rendah karena pembangunan sekolah lambat, tanah-tanah tidak terurus secara baik, pertanian maupun perumahan digarap tanpa memperhatikan kebaikan lingkungan, dan infrastruktur publik yang buruk. Corak kehidupan warga di Cimenyan, Cilengkrang dan Cileunyi masih seperti era 1980an. Padahal kehidupan warganya saban hari terintegrasi dengan metropolitan Kota Bandung.




Kedua, jika Cimenyan, Cilengkrang dan Cileunyi masuk menjadi bagian Kabupaten Bandung Timur (KBT) hal tersebut hanya akan mengulang kesengsaraan warganya. Mungkin untuk beberapa Kecamatan di Kawasan Bandung Timur selatan akan lebih baik, tetapi pada tiga kecamatan tersebut tidak memiliki nilai lebih sama sekali. Pemekaran bukan jaminan setiap distrik (kecamatan) menjadi lebih baik. Selama ini ketiga kecamatan itu dianggap terlalu jauh dari Ibukota Kabupaten Bandung (Soreang) sehingga urusan birokrasi begitu repot dan berat. Contohnya untuk urusan KTP/KK/SIM. Warga Cimenyan selain harus lama menunggu proses juga harus mengeluarkan uang ratusan ribu hanya untuk urusan KTP/KK atau urusan SIM. Jika pindah ke Bandung Timur situasinya akan sama karena jarak dengan calon Ibukota Kabupaten Bandung Timur, yaitu Majalaya akan tetap jauh, terutama Cimenyan. Cimenyan, Cilengkrang, Cileunyi akan kembali menjadi tiga kecamatan marginal, sebagai daerah pinggiran jika menjadi bagian dari Kabupaten Bandung Timur karena secara geografis memang tidak nyambung. Fakta tersebut bisa dicek pada peta lokasi. Ketiga Kecamatan itu hanya pantas menjadi bagian dari Kota Bandung. Tidak kurang dan tidak lebih.

Ketiga, Penggabungan tiga kecamatan yang masih memiliki aset pertanian tersebut akan menguntungkan Kota Bandung. Kota Bandung yang setiap hari kehilangan area pertanian dan mengalami krisis lingkungan akan bisa mendapatkan lahan pertanian yang bagus, disertai segudang wisata yang selama ini tak terkelola secara baik. Kota Bandung juga akan mendapatkan kekayaan sumber air yang selama ini diterlantarkan oleh Pemkab Bandung. Jika selama ini sumber air dari Cimenyan, terutama di Ciburial dan Perbukitan Puncak Bintang mengalirkan air banjir, kelak urusan penghijauan akan lebih mudah dilakukan oleh Pemkot Bandung dan Kota Bandung akan panen air bersih, bukan air banjir.




Keempat, Tiga Kecamatan, Cimenyan, Cilengkrang dan Cileunyi bisa menghasilkan Pendapatan Asli Daerah dari hasil pertanian bagi Pemkot Bandung dan dengan itu urusan pangan bisa lebih mudah didapat. Selama ini pasokan makanan Kota Bandung 90% didatangkan dari luar daerah. Tidak ada kemandirian pangan sama sekali. Sekian juta penduduk tidak memiliki sumber pangan yang layak; semua akibat hilangnya sumber produksi pangan. Modernisasi semaju apapun, penghuni perkotaan akan butuh bahan pangan. Selama ini harga pangan warga Kota Bandung mahal karena semua produk pertanian didatangkan dari luar Kota Bandung. Memiliki daerah pertanian memang bukan otomatis bisa memurahkan harga. Itu lain urusan. Tetapi dengan pengelolaan secara langsung pada basis-basis produksi pertanian, perkotaan golongan metropolitan seperti Kota Bandung misalnya, akan bisa mendapatkan keuntungan dari produksi secara langsung yang tersistem dan terkontrol dari produk pertanian selaras dengan kebutuhan market, selain juga memajukan petani dan buruh tani di Cimenyan, Cilengkrang dan Cileunyi. Memperkuat basis pertanian melalui Pemerintahan Kota berarti juga memudahkan program Go-Green, apalagi di tiga Kecamatan tersebut bisa dijadikan basis penghijauan dengan prinsip Economy-Green; menciptakan produk pertanian yang sehat untuk jutaan penghuni perkotaan. Ada banyak tanaman pangan bergizi, tanaman obat untuk herbal atau tanaman untuk penghijauan pemasok oksigen penangkal radikal bebas seperti tanaman kelor, daun afrika, binahong, adas, pakis, bambu, kersen, dan sejumlah tanaman pangan seperti padi gogo, kopi, pisang, dan lain sebagainya. Karena itu, bergabungnya Cimenyan, Cilengkrang dan Cileunyi ke Kota Bandung bukanlah beban, melainkan sebuah anugerah. Tentu jika hal ini ditangkap oleh pemikiran yang punya visi dan agenda, bukan oleh cara pandang sempit hitungan ala politisi yang untung ruginya hanya sesaat.

Kelima
, selama ini Kawasan Bandung Utara (KBU) punya masalah besar terkait dengan kerusakan lingkungan. Odesa Indonesia yang setiap hari bergiat di Kawasan memandang persoalan tersebut bukan pada alam atau warga yang sulit, melainkan lebih disebabkan oleh Pejabat yang tidak memahami persoalan alam, tidak mengenal problem warga, dan tidak mau serius menuntaskan masalah dan lebih suka pura-pura tidak tahu untuk kemudian lari dari tanggungjawab. Masalah KBU bukan masalah yang berat selagi antara Gubernur, Walkota Bandung dan Bupati Bandung bisa sinergi dalam urusan ini. Tetapi hal ini mungkin mustahil karena agenda politik perbedaan lebih diutamakan ketimbang agenda persamaan. Untuk membereskan Bandung Utara hanya satu cara, yakni menggabungkan Cimenyan, Cilengkrang dan Cileunyi ke bagian Kota Bandung. Dengan itu koordinasi antara kepala daerah lebih efektif yaitu melibatkan Walikota Bandung dan Gubernur. Atau bisa jadi cukup dibereskan oleh Walikota Bandung karena urusan erosi sebenarnya tinggal urusan maksimalisasi penghijauan. Soal perijinan pembangunan melalui satu pintu supaya nanti kalau ada pelanggaran politik dari kepala daerah tidak saling lempar tanggungjawab.




PRINSIPNYA kota yang baik harus memiliki basis kultural yang majemuk dengan warna-warni kekayaan lokalnya seperti kekayaan infrastruktur metropolitan, kekayaan basis produksi pangan, kombinasi antara kultur metro dengan kultur desa, kekayaan akan basis produksi udara segar, air yang sehat, memiliki wisata alam yang dekat, murah dan efektif dijangkau dari sisi waktu, dan lain sebagainya. Cimenyan, Cilengkrang, Cileunyi perlu dipindah ke Kota Bandung.[]

Hormat Kami
Faiz Manshur
Ketua Odesa Indonesia
Situs https://odesa.id

8 komentar untuk “Cimenyan, Cilengkrang dan Cileunyi Bergabung ke Kota Bandung”

  1. Saya sebagai warga cimenyan khususnya desa mekarmanik Sangat setuju sekali.. Alasannya 1.jarak tempuh Ke Kantor pemerintahan lebih dekat Ke kota Bandung 2. Supaya tidak di Anak Tirikan, cek ajah Sekarang ke mekarmanik.. Lihat jalan rayanya berlubang Semua..jauh sekali dengan jalan yg Ada di daerah selatan yg dekat dngn soreang. 3. Yg Miskin makin Miskin , Banyak masyrakat Miskin, Bisa Di cek langsung… Kehidupan di mekarmanik tahun 2017 itu Sama dengan berada di tahun 1975. Jauh Dari keramaian apalagi kemewahan.

    1. terimakasih masukannya. demikian yayasan odesa bergiat untuk membuka persoalan ini menjadi lebih terang dan kita sama2 menemukan jalan keluar.

  2. Saya warga Cileunyi, kel. Cibiru hilir, amat sangat setuju dengan wacana di atas, tapi alangkah lebih baik wacana segera direalisasikan.

  3. Saya warga kelurahan padasuka kec. Cimenyan amat sangat setuju, katanya kelurahan tapi masih kabupaten, dan saya juga menunggu wacana ini cepat terialisasi kenapa karena saya warga kelurahan padasuka sudah 8 tahun mengajukan perbaikan jalan utama sampai sekarang belum juga ada bantuan, padahal lokasi saya sangat sangat dekat dengan kota mungkin karena warga kelurahan jadi dianak tirikan oleh kabupaten, mari teman teman warga kelurahan padasuka kita dukung ketua Odesa Indonesia biar wacana ini cepat terialisasi

Tinggalkan Balasan ke Atang Batalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Keranjang Belanja