Pohon Kehidupan, Satu Desa Satu Pembibitan

Oleh FAIZ MANSHUR. Ketua Odesa Indonesia.

Orang bicara daulat pangan tapi tidak mau bekerja kedaulatan bibit. Bibit adalah kebutuhan mendasar urusan pangan karena di sana pertanian ditentukan gerak langkah kemajuannya.Basuki Suhardiman.

Urusan menanam bukan urusan petani semata karena pohon menyangkut urusan kehidupan setiap makhluk hidup. Pendidikan terbaik menumbuhkan karakter bisa bercermin dari praktik kegiatan menumbuhkan biji menjadi tanaman. –Budhiana Kartawijaya.

Miss Indonesia 2019 Alya Nurshabrina Mendorong Pembibitan Kelor di Cimenyan 2019

Sebelum Odesa Indonesia berdiri, Basuki Suhardiman telah menggelar pembibitan Kopi di Sindanglaya Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung. Ketika bibit kopi berkembang, di situlah kemudian secara tak sengaja Odesa Indonesia bisa memperoleh point kegiatan guna menjawab problem pertanian. Bibit kopi sebagai modal gerakan berurusan dengan petani. Bibit kopi bukan semata urusan ekonomi petani, melainkan juga mengarah pada usaha perbaikan tanaman tinggi karena tanaman kopi butuh pohon pegontrol matahari. Dengan kata lain, menanam kopi adalah menanam kebaikan untuk menyelamatkan tanah dari erosi, menumbuhkembangkan fotosintesis juga.

Dari kegiatan membagi bibit kopi, ada diskusi tentang budidaya, penghijauan, pasca panen, air bersih, hingga urusan sekolah anak-anak petani.

Kopi Arabica yang disebarkan membawa Odesa Indonesia masuk ke dalam jantung kehidupan kaum petani di Kecamatan Cimenyan Bandung Utara. Bibit tanaman memberi makna tentang pentingnya kesadaran kelas menengah untuk menjawab problem masyarakat lapisan bawah. Kita pun semakin agresif untuk mengembangkan bibit-bibit kebaikan melalui botani. Ada pengangguran terselubung, ada krisis air, krisis rumah tangga, ada anak putus sekolah, ada pula banyak orang sakit serta anak-anak kurang gizi. Tanaman memainkan peran dalam pergerakan Odesa Indonesia. Pohon kehidupan ditumbuhkan dengan semangat penuh optimisme memperbaiki kehidupan petani desa beserta anggota keluarganya yang selama ini tidak mendapatkan keadilan pembangunan dari negara.

Dari bibit kopi, menuju pada usaha tanaman lain karena tanaman kopi membutuhkan tanaman lain. Kelor (moringa oleifera) kemudian digulirkan sebagai bagian penting di luar urusan kopi. Lagi-lagi, yang dimainkan Odesa Indonesia adalah pembibitan. Menyediakan bibit kelor sebanyak mungkin sekaligus praktik pembelajaran ekonomi dan perbaikan gizi. Beberapa petani penganguran terselubung yang minat membibit kelor diberikan modal polybag. Sepanjang kerja satu tahun (2017), Ujang Rusmana sebagai pemegang mandat utama sukses memberikan pedoman kerja para petani membibit tanaman ajaib yang kaya gizi itu. Dari kegiatan bibit kelor itu, para petani bukan saja semakin cerdas urusan pembibitan, melainkan juga mendapat laba dari penjualan bibit kelor.

Berlanjut kemudian muncul inisiatif pengembangan tanaman lain. Dari kegiatan inilah cikal bakal terbentuk pemuda tani juga muncul karena pemuda menginginkan kreativitas dalam urusan tanaman, bukan semata mengurus pertanian model ladang yang menyiksa; musim panas dibakar, musim hujan diserbu flue. Pertanian model pembibitan sangat menarik karena melibatkan skil, inovasi dan terintegrasi dengan teknologi android. Aneka ragam bibit sayuran, buah, biji dan tanaman bunga mekar bersemi membuat gen manusia menemukan kebersamaan-karena genetika manusia lebih dekat dengan gen tanaman.

Odesa Indonesia percaya bahwa masalah keluarga pra-sejahtera yang miskin ekonomi, terbelakang pedidikan, serta kehilangan perekonomiannya bisa bangkit oleh kegiatan pertanian.Di desa-desa masih ada tanah sekalipun sejengkal, dan itu bisa untuk pertanian dengan konsep pembibitan atau pertanian intensif.

Satu pohon adalah sebuah senjata hidup. Satu pohon bisa menjadi lahirnya gagasan ekonomi. Dari pohon itu pula tumbuh kebaikan karena pohon mendatangkan pertolongan untuk kesehatan air, untuk kesehatan tanah, dan kesehatan udara.

Indonesia krisis air, Indonesia krisis tanah, Indonesia krisis udara. Petani di desa-desa sangat dekat dengan pohon, berbeda dengan orang kota yang hanya bisa bicara tentang arti pohon secara intelektual tetapi tidak pernah bekerja secara cerdas. Banyak bicara tapi tak beramal. Sementara kita tahu, perubahan bukan dari omongan, melainkan dari tindakan penuh kebersamaan.

Untuk mengubah Indonesia menjadi sehat tanah, sehat udara, sehat air dan sehat manusia, kita perlu menanam sumber pangan bergizi. Banyak botani herbal yang hebat tak diurus dan tak dikembangkan.

Pendidikan perubahan sosial di Indonesia mesti mengurus pertanian, dan pertanian yang kuat harus dibangun dari pembibitan.

SATU DESA SATU PEMBIBITAN:
Satu desa minimal harus ada satu pembibitan. Dengan adanya pembibitan itu sumber tanaman akan lebih murah. Sebab mahalnya harga bibit bukan karena bibitnya, melainkan karena didatangkan dari jarak yang jauh. Jika setiap desa memiliki pembibitan, maka program pertanian atau penghijauan yang dilakukan oleh LSM, Pemerintah atau Individu yang ingin menanam pohon akan lebih mudah, lebih murah dan lebih efektif dalam mendapatkan pasokan bibit. Kita bisa memangkas nilai dari harga bibit yang misalnya Rp 25.000 hanya menjadi Rp 10.000 karena bibit diperoleh dari jarak dekat.
Demi melangsungkan gerakan tanam pohon di setiap tempat, pembibitan harus dijadikan acuan menilai sebuah desa tersebut. Jika sebuah desa tidak memiliki pembibitan percayalah bahwa di situ ada kebuntuan pemikiran, ada kebuntuan kepemimpinan, dan bahkan ada ketidakpedulian pada kebaikan karena Indonesia semakin buruk akibat tidak berkembangnya tanaman.

Kepala daerah yang tidak memiliki program membangun pembibitan di setiap desa, maka ia sebenarnya berkualitas rendahan karena tidak memahami problem masyarakat tentang kesehatan tanah, kesehatan udara, kesehatan air dan kesehatan ekosistem.

Kepala daerah yang tidak punya program pembibitan di setiap desa adalah kepala daerah yang tidak punya niatan untuk memperbaiki keadaan, terlibat politik bingung tanpa tujuan, dan lebih banyak melempar masalah ketimbang bertindak konkret mengatasi keadaan; karena masalah gizi keluarga prasejahtera harus didapat dari tanaman sekitarnya; karena sumber air bisa didapat dari pohon-pohon yang banyak, karena masalah erosi harus dijawab dengan pohon, dan karena gerakan pembibitan ekonomi pertanian akan berkembang. Bahkan, dengan praktik pembibitan itu, kita bisa mengarahkan kegiatan pendidikan karakter melalui sekolah pembibitan.

Kalau sudah begitu, otaknya jangan ayo studi banding ke daerah lain atau ke luar negeri. Lakukan saja. Dengan model yang sederhana. Ada banyak orang bisa mengurus tanaman. Solusi ada pada kesediaan memproses diri, bukan mengambil ilmu dari luar daerah yang itu sebenarnya hanya modus untuk mencari anggaran. Banyak studi banding otaknya malah samangking miring. []

2 komentar untuk “Pohon Kehidupan, Satu Desa Satu Pembibitan”

  1. Pingback: Pembibitan di Cimenyan sebagai Solusi Erosi Kawasan Bandung Utara – Odesa Indonesia

  2. Pingback: Pemerintah Harus Mendirikan Pembibitan Tiap Desa untuk Kawasan Bandung Utara – Odesa Indonesia

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Keranjang Belanja