Pemenuhan Air sebagai Solusi Kemiskinan

Apapun tanah yang kita miliki, atau sekadar kita singgahi tiada banyak berguna manakala tiada air. Ketika orang hidup kekurangan air, pasti kehidupannya tidak wajar. Kehidupan sehari-hari akan tidak sehat tanpa air yang cukup. Urusan air menyangkut segala sendi aktivitas sehari-hari, mulai dari makan, minum, cuci pakaian, seksualitas, hingga ibadah. Air sangat vital.

Itulah mengapa di kampung-kampung miskin kehidupannya tidak beranjak sejahtera. Ekonomi mereka semakin sulit karena kekurangan air. Kisah-kisah kehidupan mereka sehari-hari mewarnai kegiatan Yayasan Odesa Indonesia di Cimenyan, Kabupaten Bandung. Ribuan rumah tangga kesulitan mengembangkan ekonomi dan sosialnya karena masalah mendasar ini.

Maka ketika air datang, mereka seperti merasakan adanya surga dalam hidup mereka. “Seperti mimpi….”kata Bu Yaya, warga Sentak Dulang Desa Mekarmanik, Kecamatan Cimenyan Kab.Bandung saat ditanya Gaby Natasya dari RCTI setelah beberapa hari mendapatkan pasokan air yang dialirkan berjarak 3 km. Gaby dan teman-teman wartawan RCTI selama 3 bulan ini membawa program kegiatan Miss Indonesia2018, Alia Nurshabrina. Mereka memilih kampung Sentak Dulang dan sekitarnya sebagai sasaran pengabdiannya karena alasan kampung ini terdapat 120 KK yang kesulitan air.

Sebagian rumah tangga petani itu memang sudah ada air, tetapi tidak layak, sementara ada 62 KK yang bukan hanya kekurangan air, melainkan tidak ada air selama lebih 20 tahun. Krisis lahan membuat kawasan desa Mekarmanik dan Cikadut ini tidak lagi menyediakan air yang baik. Banyak sumber air telah dimiliki orang kota dan dikomersilkan. Warga Kota Bandung justru mendapatkan air dari komersialisasi itu, sementara orang-orang di perbukitan itu tak berdaya untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari.

Ketika akhir September 2018 lalu air berhasil mengalir, warga Sentak Dulang, terutama ibu-ibu merasakan syukur. Dengan kehadiran air, apalagi di musim kemarau panjang itu, mereka tersadar bahwa puluhan tahun itu mereka telah mengalami kesengsaraan hidup. Sekarang mereka mendapat anugerah air sekalipun tidak mengalir ke satu persatu rumah tangga, melainkan dalam dua titik pengambilan di sarana MCK (Mandi,Cuci, Kakus) komunal. Itu sudah cukup bagi mereka untuk lebih bersyukur. Airnya bersih dan mengalir. Pagi, siang atau malam mereka bisa mengakses air, sumber hidup dan sumber kemanusiaan paling mendasar.

Rakyat Indonesia susah maju karena negara tidak mau serius mengurus golongan masyarakat pra-sejahtera, terutama yang berada di desa-desa susah air. Bahkan sedikit saja dana desa yang memperhatikan pentingnya sumber air. Kesadaran pemerintah akan air sangat minim. Padahal dengan air itulah sumber kebangkitan hidup masyarakat tertindas di lapisan bawah akan bisa bangkit dan hidup lebih manusiawi.

Air untuk rumah tangga pada golongan keluarga pra-sejahtera terutama di desa-desa harus menjadi skala prioritas karena air yang lancar dan sehat akan berdampak positif bagi kehidupan sehari-hari. Tanpa air mereka tidak akan bisa mengambangkan ekonominya, seperti mengadakan pembibitan, bertani pekarangan, wirausaha home-industry, dan termasuk pemenuhan spiritual/ibadahnya. -Faiz Manshur.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Keranjang Belanja