Kiai Desa dan Kepedulian Sosial

Kalau Islam ingin mendapatkan tempat di masyarakat, maka dalam dakwahnya harus mampu mengatasi persoalan kemiskinan dan keterbelakangan yang dialami warga desa.




PONDOK BUAHBATU: Pandangan ini bukan keluar dari Ulama, Mubalig atau Kiai terkenal, melainkan dari seorang Guru Ngaji Desa pedalaman di Pinggir Hutan Arcamanik, Kampung Pondok Buahbatu, Desa Mekarmanik, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung. Nanang Muhamad Yusuf (58 tahun), demikian orang mengenalnya. Di pinggir hutan yang sepi itu, 15 tahun ia abdikan hidupnya sebagai guru ngaji di perdesaan. Ia juga mengurus masjid kampung yang didirikan oleh mertuanya. Bersama istrinya, Umi Rita dan beberapa tetangganya, bahu-membahu mengaktifkan kegiatan masjid, TK, dan belajar ilmu pertanian.

Di luar urusan Masjid, ia pun dikenal sebagai pengabdi sosial. Sekalipun secara ekonomi hanya punya kelebihan sedikit di atas rata-rata keluarga buruh tani, namun ia memiliki jiwa sosial yang kuat. Menolong orang dengan kemampuannya sampai tahap maksimal. Bahkan niat memiliki mobilnya pun lebih dimotivasi untuk pengabdian sosial. Sebenarnya ia merasa berat membeli mobil dengan sistem cicilan. Tetapi karena ada dorongan memberi manfaat bagi tetangganya, ia pun membeli mobil pick-up.

“Kalau saya tidak ada mobil repot. Dengan sedikit memaksa membeli mobil, saya bisa lebih maksimal berdagang dan mobil itu bisa membantu membawa orang sakit, “ tutur Nanang kepada Civic Islam Senin, 3 April 2017.

Nanang berasal dari Caringin Tilu, sebuah kampung di dekat kawasan Wisata Puncak Bintang. Sebelumnya ia juga dikenal sebagai guru ngaji di berbagai kampung seperti Kampung Buntis, Merak Dampit, Pasanggrahan, Caringin Tilu, banyak warga yang mengenal sosoknya.

Kawasan Bandung Utara (KBU) selama ini dikenal sebagai daerah tertinggal. Kemiskinan warga buruh tani menyolok pandangan mata saat kita masuk di perkampungan Desa Mekarmanik dan Desa Cimenyan. Kebanyakan warga bercocok tanam, namun mereka statusnya buruh tani karena mayoritas lahan dimiliki oleh orang-orang kota. Selain kemiskinan, juga banyak kampung yang tertinggal, mulai dari sarana pendidikan, kesehatan, dan pelayanan publik lainnya.

“Di sini jarang lulusan SMA. Paling juga lulusan SMP, itupun bisa dihitung dengan jari. Kebanyakan lulus SD, dan masih ada pula yang putus sekolah,” kata pria yang ramah ini.




Dakwah ekonomi

Sebagai guru ngaji, ia punya kesadaran untuk berdakwah dan mengembangkan nilai-nilai ajaran Islam. Karena setiap hari berurusan dengan problem di lapangan, dirinya merasa bahwa Islam harus mengatasi persoalan kemiskinan, menjadikan masyarakat lebih sejahtera. Menganut paham Ahlu Sunnah ala Nahdlatul Ulama membuat dirinya menyadari bahwa persoalan budaya atau persoalan paham merupakan rakhmat. Ia abaikan persoalan “furu’iah” dalam keagamaan. Ia pun tidak frontal dalam menghadapi paham-paham aliran kepercayaan yang masih kuat di masyarakat sekitarnya.

Menurut Nanang, problem dakwah bukan soal karena warga masih penganut agama kebatinan yang memang masih banyak diyakini warga Cimenyan. “Mereka tidak mau belajar ngaji atau sekolah bukan karena malas, tetapi karena ekonomi yang menekan. Pikirannya beras dan beras. Itupun sulit karena harus didapat dengan bekerja. Sementara sebagai buruh tani rata-rata hanya mendapatkan pekerjaan antara 10-15 hari kerja dengan upah Rp 60.000 untuk laki-laki dan Rp 40.000 untuk perempuan,” jelasnya.

Menghadapi kenyataan itu, Nanang berharap orang-orang di perkotaan untuk turun membantu warga desa dengan ilmu, pengalaman dan jaringan untuk bakti sosialnya di Kampung Pondok Buahbatu dan sekitarnya yang jaraknya hanya ditempuh dalam waktu 30 menit dari Lapas Sukamiskin Kota Bandung itu.



“Terbukti ketika teman-teman Dosen ITB dan wartawan dari Odesa-Indonesia membantu pelatihan pertanian dan mengurus masjid, kemajuan pesat sekali. Kami ingin orang-orang kota yang berpendidikan tinggi itu membantu kami agar warga mendapatkan ilmu pengetahuan dan mendapatkan kemajuan ekonomi. Insya Allah dengan amal seperti itu Islam bisa menjadi rahmat bagi warga desa,” harapnya.-Khoiril Anwar

SUMBER CIVIC ISLAM

Wawancara menarik dengan Kiai Nanang Muhamad Yusuf tentang Islam perdesaan dan aliran kepercayaan Sunda bisa disaksikan dalam video Nanang Muhammad Yusuf

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Keranjang Belanja