Dampak Corona di Pinggir Kota Bandung Utara

KAPAN KEADAAN INI BERAKHIR?
SUDAH tiga pekan terakhir ini, Nelis Haryati (34) berdiam di rumah. Perempuan warga Babakan Desa Cikadut Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung itu, kehilangan pekerjaan sebagai pembantu rumahtangga di sebuah kompleks perumahan. Pemilik rumah memintanya tidak bekerja dulu, seiring merebaknya wabah virus corona.

“Majikan saya tidak mau ada orang keluar masuk rumahnya. Katanya sih menjaga agar tidak ada penularan corona. Istilahnya lagi lokdon gitu ya. Kira-kira sejak 17 Maret lalu saya berhenti bekerka.

Dikira teh cuma 14 hari, ternyata sampai sekarang belum dipanggil lagi,” kata ibu tiga anak ini, Sabtu (4/4/2020).

Sudah hampir sebulan dia tidak mendapatkan penghasilan harian. Biasanya nelis membawa pulang uang Rp 40.000 setiap masuk kerja. Untuk menghemat pengaluaran, terkadang dia berjalan kaki ke tempatnya bekerja yang berjarak sekitar 3 km dari rumahnya. Sementara suaminya adalah buruh tani yang berpenghasilan tidak menentu.

Een Sukaesih (46) yang berprofesi seperti Nelis, juga harus kehilangan mata pencaharian dengan alasan yang sama. Sebelumnya, dia bekerja enam hari dalam sepekan dengan upah Rp 50.000 per hari. “Sekarang saya bingung, ke mana cari pekerjaan. Pasti orang komplesk lainnya juga sama, tidak mau ada yang bantu-bantu dulu,” kata Een yang bersuamikan buruh tani itu.

Nasib serupa juga dialami Ai Ayinah (35), warga Cisanggarung Desa Cikadut, yang sehari-hari berkerja sebagai pelayan di sebuah warung bakso di Arcamanik Kota Bandung. Dia berhenti sejak 12 Maret lalu, setelah warung bakso tersebut ditutup. Pemiliknya tidak mau ambil risiko dalam kasus corona.

“Dari tempat bakso itu, alhamdulillah saya dapat 50.000 per hari, dapat jatah makan dan ongkos ojek pergi pulan. Sekarang mah mengandalkan penghasilan suami saja. Dari hasil mengojek, paling dapat Rp 15.000 per hari. Ya mudah-mudahan mah cepat beres coronanya,” ujar Ai Ayinah.

Masih banyak lagi pekerja harian di kawasan utara berbatasan dengan Kota Bandung, yang kondisinya seperti tiga perempuan tersebut. Mereka yang selama ini menjadi tulang punggung keluarga, harus menerima kenyataan pahit akibat merebaknya wabah yang tidak pernah mereka duga.

Orang-orang seperti Nelis tidak punya keahlian lain. Menjadi pembantu rumah tangga di kompleks-kompleks perumahan, adalah pilihan yang paling mungkin untuk memenuhi kebutuhan dapurnya. Mereka tidak memiliki kerterampilan bertani, meskipun berada di lingkungan aktivitas pertanian.

Bantuan dermawan
Wabah virus corona yang membatasi gerak orang meninggalkan, juga berakibat terhadap pekerjaan di bidang transportasi seperti tukang ojek pangkalan. Dari hari ke hari mereka merasakan semakin menurunnya jumlah pengguna jasa ojek. Kendaraan mereka kini lebih sering beristirahat.

Roni (35) yang biasa beroperasi di jalur ojek Pasirimpun Cimenyan, sekarang memilih untuk memarkirkan sepeda motornya di rumah. Selain sepinya penumpang, Roni juga merasa serba salah. Di satu sisi sebenarnyua dia ingin tetap bekerja, namun di sisi lain harus menghindari berdekatan dengan orang lain.

“Kan sekarang ini kita harus selalu berjarak dengan orang lain, sebagai jaga-jaga. Ya terpaksalah saya harus berhenti mengojek. Saya sekarang memilih ke ladang dulu. Tetapi kan tidak segera menghasilkan uang, sementara ada kebutuhan yang harus dipenuhi setiap hari. Kapan semua ini akan berakhir ya,” keluhnya.

Profesi lain yang mengandalkan pemasukan harian adalah bakul panggul atau bakul sayur keliling bermotor. Engkus Kusnadi (36), warga Mekarmanik Cimenyan, merasakan betul omset jualannya melorot. Dia sebetulnya ingin melebarkan radius usahanya, semisal masuk kompleks perumahan, tapi sulit.

“Saya biasanya jualan di pinggir jalan. Ingin juga masuk ke perumahan, meski menambah waktu kerja. Namun tidak setiap perumahan mengizinkan pedagang seperti saya masuk dengan kondisi seperti ini,” katanya. Meskipun demikian, Engkus tetap menjalankan usahanya.

Dalam catatan Ujang Rusmana (39), petani yang menjadi relawan penyalur bantuan warga dari Yayasan Odesa Indonesia, saat ini ada ratusan pengojek pangkalan di kawasan Cimenyan yang didera persoalan pendapatan. “Sebagian memilih tak bekerja, sebagian tetap bekerja sekalipun hasilnya minim,” katanya, di sela penyaluran bantuan beras kepada para pengojek di Cikadut Kecamatan Cimenyan Jumat (3/4/2020).

Menurut Rusmana, jumlah pengojek di piggiran kota Bandung sebelah utara masih dibilang cukup banyak. “Di Pangkalan Sukamiskin saja ada 80-an pengojek yang masih bertahan. Di pangkalan lain seperti Cikadut seitar 50 pengojek. Sedangkan di Sindanglaya bisa lebih dari 100 pengojek,” jelasnya.

Ujang bersama relawan lainnya terus menghimpun bantuan dari para dermawan untuk disalurkan kepada yang membutuhkan. Sejauh ini bantuan sudah menjangkau sekitar 50 keluarga dengan berbagai latar belakang profesi. Terutama mereka yang terkena dampak wabah corona.

“Mudah-mudahan bantuan dari pada dermawan terus mengalir. Karena yang membutuhkan masih banyak. Walaupun ini terbatas, tapi setidaknya bisa membantu meringankan beban untuk sementara. Kami siap untuk menyalurkannya kapan pun,” ujar Abul Hamid (26) relawan lainnya. (Enton Supriyatna Sind/”PR”)***
Sumber Liputan Harian Pikiran Rakyat, Selasa 7 April 2020.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Keranjang Belanja