Basuki Suhardiman: Menanam Kopi Karena Alasan Ideologis

Pada presentasi dialog Malam Tahun Baru bertema “Masa Depan Jawa Barat: Antara Modernisasi dan Keterbelakangan” di Pasir Impun Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung, Minggu 31 Desember 2017, Basuki Suhardiman menyampaikan alasan pengembangan tanaman kopi yang selama ini dilakukan oleh Yayasan Odesa Indonesia. Basuki melalui Odesa Indonesia sudah menggerakkan petani menanam kopi. Lebih 60.000 bibit kopi dibagikan pada tahun 2017, dan masih akan ditambah pada tahun 2018.

Apa alasannya?
“Mengapa Odesa Indonesia mengembangkan kopi karena buat kami itu ideologis. Kita punya catatan bahwa VOC ( Vereenigde Oostindische Compagnie) bisa kaya karena kopi yang kita kenal sekarang kopi Arabica atau kopi Jawa. Masalah VOC bangkrut itu disebabkan korup,” kata Basuki.

Lebih lanjut Ahli Teknologi Informatika ini menjelaskan, setelah aset VOC diambil alih oleh Daendels, kemudian dikembangkan lagi. Saat Rafles berkuasa kemudian ada perang diponegoro dan setelah itu pada tahun 1830 ada program tanam paksa. Yang menarik menurut Basuki program tanam paksa di Pengalengan dilakukan. Mula-mula ditanam vanilla atau panili tapi gagal. Tiga tahun kemudian Rafles menanam kopi melanjutkan program belanda sebelumnya yang sudah berhasil. Pada tahun 1937 kopi Arabica itu panen pertama kali. Singkat cerita sampai 20 tahun kemudian hasil kopi luar biasa.

“Pada luas kebun kopi yang hanya 1.200 hektar, tapi mampu menghasilkan panen luar biasa. Terbukti mampu membayar hutang Perang Diponegoro yang nilainya kalau kita uangkan sekarang lebih 100 triliun, atau 200 triliun yang dihasilkan,” kata Basuki.




Pada perkembangan kemudian karena butuh lahan lain, Belanda menanam kopi di Aceh pada tahun 1890, di dataran tinggi Gayo yang sampai sekarang masih menghasilkan uang banyak, lebih separoh dari ekspor kopi itu dari Gayo. Namun sayangnya uangnya tidak dimiliki orang Aceh karena kontraknya lama sampai puluhan tahun. Pada tahun 1925 kopi di pengalengan terkena penyakit karat sampai habis.

Pada masa reformasi ini baru dimulai. Termasuk di Cimenyan ini mulai berkembang. Ada cerita kopi yang umurnya 100 tahun lebih di perbukitan hutan Arcamanik sampai Palintang. Karena alasan itu kita melanjutkan tanam kopi.

Pembaharuan bibit
Dalam hal urusan Kopi, Yayasan Odesa Indonesia menurut Basuki Suhardiman lebih memilih menyelesaikan masalah paling mendasar. Odesa menurutnya tidak akan larut pada event-event promosi tanpa bertindak konkret di lapangan. Yang dipilih Odesa Indonesia adalah mendorong petani memperbanyak tanaman kopi dengan pendidikan. Sebab menurutnya, bisnis kopi tetapi tidak memiliki pasokan yang kuat hanya akan sia-sia.

“Kalau kita mau serius usaha kopi solusinya ya tanam dulu. Soal pasar saya tidak pernah pusing. Semakin banyak semakin baik karena dunia kekurangan kopi, terutama kopi yang bermutu. Itulah mengapa kami serius terjun ke lapangan memperbaiki pola pertanian kopi para petani sebab akar masalah ada di kebun, bukan di pasar,” katanya.

Menurut Basuki, dalam usaha pertanian tidak boleh menggantungkan satu dua jenis tanaman. Keluarga petani membutuhkan penghasilan lain untuk mengurangi pengeluaran dan menambah nilai ekonomi. Kopi memiliki masa panen yang agak lama sehingga butuh tanaman lain seperti tanaman obat.

“Odesa Indonesia juga mengembangkan beragam tanaman yang bisa menjawab kebutuhan pangan keluarga melalui sistem tani pekarangan dengan menanam kelor, bawang, cabe, sayuran, bunga matahari dan lain sebagainya. Tanah sekecil apapun harus diurus dan membuktikan hasil nyata sebelum petani memperluas tanaman di ladang yang lebih luas,” paparnya.-Mudris.




1 komentar untuk “Basuki Suhardiman: Menanam Kopi Karena Alasan Ideologis”

  1. Pingback: Bertani Karena Alasan Ideologi – Odesa-Indonesia

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Keranjang Belanja